Share

BANGKITNYA SANG MENANTU HINA
BANGKITNYA SANG MENANTU HINA
Author: Trinagi

Bab 1. Mertua Kejam

Author: Trinagi
last update Last Updated: 2023-07-03 00:37:29

"Dasar benalu. Menantu tidak berguna! Seharusnya kamu ngaca. Anak saya tidak pantas menikah dengan kamu!" Teriak mertua saat melihat aku masih di kamar. Beliau berdiri di pintu bilik sembari berkacak pinggang, dengan mata melotot bagaikan singa kelaparan yang siap menerkam mangsanya.

 

"Maaf, salah saya apa, Bu?"

 

"Kamu tidak tau dimana salahmu? Makanya ngaca, Kau ... ngaca?" Begitulah omelan yang setiap hari aku dengar dari mulut ibu mertua. Membuat kupingku selalu panas dan emosiku sangat membara. Sebagai seorang laki-laki aku merasa harga diriku sudah diinjak-injak.

 

"Ibu selalu saja menghina dan memaki saya. Emang saya ada salah apa?" Sudah bosan rasanya diri ini dimaki-maki oleh mertua, aku bagaikan sampah di matanya.

 

"Tidak perlu dijelasin. Manusia otak udang kayak kamu tidak akan faham apa-apa." Hinaan demi hinaan terus dilancarkan untukku.

 

"Bu, apa gunanya ibu marah-marah sementara saya tidak tau salah saya dimana?"

Sudah lelah berlemah lembut dengan mertua tapi tidak a da gunanya. Capek hati dan fikiran.

 

"Dasar pengangguran. Gak tau diri. Otak udang."

 

"Ya Allah, Bu. Saya tanya sama Ibu. Siapa bilang saya pengangguran?" Kali ini aku tidak mau diam diperlakukan tidak manusiawi oleh mertua.

 

"Gak usah kau tanya siapa yang bilang. Orang bodoh pun tau kamu itu pengangguran. Kerjanya di kamar tidur-tiduran kayak kerbau."

 

"Walaupun di kamar tetapi saya bisa menghasilkan uang kok, Bu." Jelasku pada ibu mertua. Sebagai seorang kreator digital, aku tidak membutuhkan kantor untuk bekerja. Hanya cukup komputer dan juga paket internet.

 

"Halah ... banyak sekali gayamu. Dirumah bisa menghasilkan uang? Uang dari mana? Dari langit? Menghayal terus. Dasar pemalas, kerjanya hanya makan tidur aja. Masih berguna kerbau biarpun hanya makan tidur aja, bisa dijual. Lah kamu?" Suara bentakan wanita paruh baya itu, memekakkan telinga. Sungguh tidak mempunyai harga diri sedikitpun sebagai seorang kepala rumah tangga dimata mereka.

 

Yang jelas suara lengkingan wanita yang telah melahirkan istriku itu, terdengar ke tetangga. Diri ini seorang menantu namun aku diperlakukan seperti binatang.

 

"Kalau Ibu tidak percaya, tanya Naya. Saya selalu memberikan uang belanja buatnya." Aku pelankan suara bukan karena takut terhadap ibu mertua tetapi aku malu didengar tetangga.

 

"Memberi uang belanja? Apa kamu berfikir uang yang kamu berikan itu cukup untuk kebutuhan anakku? Kalau kau tidak sanggup membiayai anakku, kau ceraikan saja dia. Masih banyak lelaki yang bertanggung jawab diluar sana. Masih banyak lelaki yang bisa membahagiakan Naya." Hina wanita betubuh gempal itu.

 

"Jangan kau harap menumpang hidup sama anakku, ya? Tidak akan kubiarkan kau menggerogoti gaji anakku yang mati-matian aku sekolahkan." Lanjutnya lagi seraya melangkahkan kaki masuk ke kamar sambil mengedarkan pandangan ke seluruh isi ruangan.

"Kamar kayak kandang babi. Jorok. Apalah istimewanya kamu, tidak ada nilai plus yang aku lihat. Kurasa kau dukunin anakku sehingga jadi tunduk sama kamu," 

"Jangan suka berprasangka buruk terhadap orang lain, Bu. Gak baik." nasehatku.

 

"Ibu gak usah takut, Naya tidak akan kelaparan menjadi isitri saya. Cuma tidak juga kaya raya."

"Halah sombong. Dari mana kau bisa menghasilkan uang? Ngepet kau di kamar?" sindir mertua dengan senyum mengejek.

 

"Saya gak sehina itu, Bu. Gini-gini saya masih tau mana yang hak dan yang bathil."

 

"Sok suci. Jijik kali ku lihat laki macam kau itu. Keluar kau dari kamar. Jangan harap kau akan menikmati semua kekayaan dan gaji anakku! Kau pikir dengan menikahi anakku hidupmu akan berubah. Tidak akan ku biarkan sepersenpun uang anakku jatuh ke tanganmu." Telunjuknya menekan dan mendorong kasar keningku, bagaikan anak kecil yang sedang dihukum oleh gurunya.

 

Sungguh sangat sakit perlakuan mertua seperti ini. Semenjak menikah aku memang tidak pernah mendapat perlakuan yang baik dari orang tua Naya.

Mungkin mereka ada benarnya juga karena aku belum bisa menjadi suami yang  membahagiakan istri. Apalagi pekerjaan aku hanya di kamar, tidak memakai baju rapi dan berdasi.

 

Naya wanita yang telah membersamai selama setahun belakangan ini, bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil di sebuah instansi pemerintahan dengan gaji yang tidak pernah aku tahu berapa dan diri ini tidak ingin mengetahui gaji sang istri. Biarpun dia berpenghasilan sendiri tetapi aku tetap menafkahinya dengan semampu yang kudapat.

 

Dan aku tidak seperti yang mertua tuduhkan. Diri ini bukan lelaki pemalas. Semua pekerjaan pasti aku terima asalkan bisa mendapatkan rupiah untuk menghidupi keluarga kecil kami. Segala usaha terus aku lakukan untuk bisa membahagiakan sang istri. 

 

Namun, karena aku hanya seorang pemuda miskin dan tidak mempunyai pangkat dan jabatan, jelas-jelas tidak bisa dibanggakan sehingga mertua sangat membenci. Apapun yang aku perbuat, kebaikan apapun yang aku kerjakan tidak pernah nampak dimatanya. Hanya pandangan kebencian selalu aku terima dan umpatan yang keluar dari mulutnya. Layaknya aku ini hanya seekor binatang yang tidak mempunyai hati dan perasaan.

 

Perlakuannya sangat berbeda jauh dengan menantu ibu yang lain. Seperti Andre suaminya Melly, kakak Naya yang selalu diagung-agungkan dan dibanggakan didepan tetangga dan sanak saudara. Karena dia anak orang kaya dan mempunyai ayah seorang direktur perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang.

 

"Dasar menantu pembawa sial. Dari dulu hidupmu hanya jadi beban saja. Ceraikan saja anakku. Tak sudi aku punya menantu seperti kamu, Bayu!" Maki mertua penuh emosi seraya keluar dari kamar. Suaranya menggelegar seperti harimau yang mau menerkam mangsanya.

 

"Ibu, kenapa ibu memperlakukan mas Bayu seperti budak? Walau bagaimanapun mas Bayu itu suami Naya, Bu. Tolonglah jaga perasaan dia disini."

 

Entah sejak kapan Naya sudah berada di ruang tamu keluarga besar Hadiningrat. Dengan tergesa-gesa dia berlari menuju ke kamar kami.

 

Sebenarnya kamar ini tidak layak disebut kamar melainkan sebuah gudang. Bertemankan tikus dan kecoa itulah yang kami rasakan setiap hari.

Tapi tidak mengapa yang penting Naya tidak berjauhan dengan orang tuanya.

 

Setiap aku berniat mencari rumah kontrakan Naya selalu saja menolaknya. Dengan alasan lebih bagus uangnya kita tabung dan dengan sedikit bersabar kami pasti bisa membangun rumah sendiri. 

 

Yah ... begitulah Naya. Dia belum pernah mendengar bagaimana hinaan dan cacian ibu dia terhadap suaminya. Selama setahun berumah tangga, hari ini Naya melihat dan mendengar dengan mata kepala sendiri bagaimana hinanya aku di mata ibunya.

 

Lemah. Ya ... aku memang lelaki yang lemah karena begitu cintanya aku terhadap Naya sehingga menganggap hinaan itu hanyalah angin lalu saja.

 

"Apa kau bilang? Naya ... kau sudah di manfaatkan sama Bayu sang benalu yang akan menggerogoti kamu sampai kamu jatuh miskin."

 

"Bu, saya tidak begitu. Saya tidak pernah menyentuh sedikitpun gaji Naya. Kalau Ibu tidak percaya tanya saja sama anak Ibu sendiri." Aku bangkit dari kursi dan menuju ke arah mertua berdiri saat ini.

 

Dan memang kenyataannya aku tidak pernah mengambil atau menanyakan gaji dari Naya. Toh dengan uangku yang tidak seberapa masih mencukupi kebutuhan kami berdua.

Bahkan aku sering membelikan ibu dan Melly makanan dan itu uang dari hasil jerih payahku.

 

"Ibu ... mas Bayu tidak seperti yang Ibu tuduhkan. Kali ini saja, Naya mohon tolong dengarkan Naya, Bu." Mohon Naya seraya menangkupkan kedua tangannya di dada.

 

"Alah ... dasar lelaki pecundang. Kau ceraikan dia,  seribu lelaki akan mengantri untuk menjadi suamimu, Nay. Sekali ini saja. Tolong kau dengarkan Ibu, nak."

 

"Bu ..."

 

"Kau ini sedang diperalat sama suami parasit itu. Dia menikah denganmu untuk merubah nasib dia. Untuk mengangkat martabat dia sendiri sementara kita dipermalukan."

 

"Dipermalukan bagaimana, Bu?" tanya Naya

 

"Kamu pikir, Ibu tidak malu punya menantu tidak bekerja? Bagai benalu, hanya mengurung diri di kamar."

 

"Enak banget hidupnya. Makan sudah ada yang sediain. Kau suruh ganti aja kelamin dia. Gak ada yang bisa dibanggakan sedikitpun."

 

"Bu, hentikan. Sudah cukup ibu menghina mas Bayu. Dia juga manusia. Dan sekedar Ibu tau. Sampai kapanpun Naya tidak akan berpisah dengan mas Bayu. Beliau itu suami Naya. Surga Naya di telapak kakinya."

 

Prok ... prok ... prok.

 

"Hmm ... hebat sudah adekku ya. Semenjak menikah dengan benalu sudah mulai melawan orang tua. Sudah hilang akal sehatmu, Dek."  Seketika kak Melly keluar dari kamar dan mendekati Naya yang masih berdiri di pintu kamar kami.

 

"Keluar kalian dari rumah ini ... sekarang." Bentak kak Melly.

 

"Dan kau Naya. Kalau kau tidak meninggalkan benalu itu. Ibu tidak mau lagi menganggap kamu sebagai anak." Ancam ibu mertua.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab. 105. Selesai

    Tiga bulan telah berlalu. "Kak, tadi malam pak Bayu melamar kakak untuk menjadi istrinya. Beliau sangat menginginkan kakak menjadi ibu sambung bagi putra semata wayangnya," ujarku pada kakak ipar yang sedang membuat sarapan untuk sekeluarga. "Kamu jawab apa?" tanyanya seraya terus mengaduk nasi diatas penggorengan. "Bayu belum berani membuat keputusan. Semua keputusan Bayu serahkan kepada Kakak. Kan yang menjalani rumah tangga bersama pak Abdi, Kakak. Bukan Bayu," ujarku seraya duduk diatas kursi meja makan Pagi-pagi aku telah bertandang ke rumah mertua untuk menyampaikan berita gembira ini. Menurut aku sih kabar gembira. Karena akhirnya kak Melly dilamar oleh pak Bayu yang merupakan seorang perwira polisi. Setelah rumah kami selesai dibangun, kami bertiga pindah ke rumah baru. Sementara kak Melly dan ibu mertua tetap bertahan di rumah sewa, begitu juga pak Abdi. Jadi mereka tetap bertentangga sampai sekarang. "Kakak tidak mau, Bay. Kakak masih betah menjanda," jawab kak Melly.

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 104. Keinginan Aldo.

    Melly"Tante, kenapa tidak mau menikah dengan ayahku. Apa ayahku terlalu jelek sehingga tante tidak mau menjadi istrinya?" tanya Aldo memelas.Bukan aku tidak mau menjadi istri dari pak Abdi. Tapi bagaimana ya? Pak Abdi sendiri tidak pernah membahas masalah itu. Masak aku duluan yang harus nyosor beliau? Dimana harga diri aku sebagai wanita. Walaupun seorang janda aku juga punya harga diri. Tidak mudah obral sana sini."Tante tidak bisa menikah dengan polisi. Tante takut melihat lelaki berseragam coklat. Bisa-bisa Tante pipis di celana karena ketakutan," ujarku berbohong. Pak Abdi hanya melihat sekilas saja, kemudian melempar pandangannya keluar kamar hotel. "Ayah Aldo tidak jahat, Tante. Ayolah Tante menikah dengan ayah Aldo. Kalau tidak mau, Aldo bunuh diri!" Ancam bocah lima tahun itu. Kemudian dia berlari ke luar penginapan. Baru saja sampai penginapan dia sudah banyak drama, padahal capeknya saja belum hilang."Aldo!" Teriak pak Abdi seraya mengejar jagoannya yang hendak menyebe

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 103. Andre Diringkus Kembali

    "Bajingan kamu," teriak Andre. Tangannya memegang sebilah belati dan melempar ke arahku. Bersyukur tidak mengenai tubuh ini karena sempat mengelaknya. "Jangan kau harap akan keluar hidup-hidup dari sini." Ancam mas Andre dengan melancarkan tendangan demi tendangan ke arahku sehingga mengenai perut ini. Bugh Sebuah tendangan mengenai dada membuat tubuh ini limbung dan hampir saja terjatuh jika saja tidak segera aku pegangan ke dinding. Sebelum dia melancarkan kembali aksinya, para aparat keamanan sudah mengepung sehingga membuat dia tidak bisa berkutik lagi. Aku segera mundur dan polisi pun melaksanakan tugasnya. "Bedebah kau, pengkhianat. Kau menjebakku dengan pura-pura menjadi kurir. Dasar bajingan!" Segala sumpah serapah keluar dari mulut busuk mas Andre. Dia sangat sakit hati karena telah dijebak tetapi dia tidak sadar jika perbuatannya dengan menjebak aku dengan Risma lebih sakit lagi. "Kamu tidak kenapa-kenapa kan, Bay?" tanya pak Abdi. Dia bertanya dengan nafas tersengal-s

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 102. Ternyata Andre

    "Tadi malam wanita yang bernama Sofia menelpon aku. Dia mengancam akan menyebarkan foto bugil kita berdua jika kita tidak jadi menikahi!" ucapan Risma membuat emosiku naik keubun-ubun."Jadi, dalangnya Sofi?" tanyaku dan dijawab dengan anggukan oleh wanita yang telah dijebak denganku dikamar hotel itu."Kamu kenal wanita itu?" tanya Risma takut-takut."Aku gak terlalu kenal sama dia tapi setauku, Sofi sahabat dekat dengan Andre, mantan kakak ipar," beberku. Kurasa ini ada hubungannya dengan Andre. Mungkin juga dia sudah keluar dari tahanan dan pasti sedang merencanakan kehancuran aku dan Naya. Aku tidak akan tinggal diam atas perlakuan mereka itu. Akan kutuntut siapapun dia, walaupun sampai ke lobang semut. Tidak akan kubiarkan mereka bebas menikmati udara segar diluar sana."Tapi kenapa aku yang dijadikan korban disini?" tanya Risma dengan suara serak."Kebetulan saja kamu ada disitu," jawabku dengan tangan mengepal kuat, buku-buku jariku memutih sangking kuatnya. Jika ada Andre di

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 101. Pelakunya Adalah

    "Kau harus menikah dengan Bayu." titah Sopia."Kau tau sendiri 'kan. Bayu itu sudah punya anak dan istri. Aku tidak sudi berbagi suami. Aku tidak mau menjadi pelakor dalam rumah tangga orang," tandasku."Sekarang pilihan semuanya kuserahkan padamu. Menikah dengan Bayu dan namamu akan bersih. Video syur kamu akan ku hapus tetapi ... " suara Sopia terputus dan aku merasakan ada yang tidak beres dengan perkataannnya."Tetapi apa." Aku semakin penasaran dengan wanita berhati srigala ini. Yang jelas aku sudah dijebak oleh mereka."Jika kamu menolaknya siap - siap aja kamu menerima hinaan dan cacian karena foto syur kamu dengan Bayu akan aku sebarkan.""Kamu manusia paling jahat berhati iblis.""Hahaha ... sekarang kamu pilih mana. Aku tidak akan memaksamu. Semua ku serahkan kepadamu," ujar Sofia seraya memutuskan panggilannya.Aku harus mengikuti perintah Sofia sebelum foto itu disebar. Diri ini menjadi curiga kenapa bisa aku dan Bayu bisa berada sekamar hotel. Berarti Sofia yang telah mem

  • BANGKITNYA SANG MENANTU HINA   Bab 100. Siapa Pelakunya?

    "AAAAARRRRGGGGHHHH." Aku menyugar kasar rambut ini. Apa yang telah terjadi tadi malam. Kenapa diri ini bisa berada di kamar hotel bersama wanita? Siapa yang telah membawa aku berdua dengan Risma kemari?Dan ...Wanita ini kenapa tidak menolak saat dibawa ke hotel dan tidur dengan orang yang tidak dikenal sama sekali. Atau ini semua hasil perbuatan Risma? Otakku terus bertanya - tanya.Masih teringat terakhir aku minum jus orange dan aku masih sadar, sesudah itu kepala ini terasa sangat pusing dan tiba - tiba saja pandangan ikut gelap. Hmmm ... apakah ada orang yang sengaja menjebakku dengan menaroh sesuatu dalam minuman?"Aku gak mau tau. Kamu harus bertanggung jawab atas perbuatanmu terhadap aku.""Risma ... aku gak kenal kamu. Dan aku juga tidak tahu apa yang telah terjadi tadi malam. Aku yakin kamu telah menjebak aku. Kamu kan yang menaruh obat dalam minumanku?" Tuduhku kepada wanita yang baru kukenal tetapi telah membuat hancur duniaku. Apa yang akan terjadi jika Naya mengetahui

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status