Share

BANGKIT
BANGKIT
Penulis: Rini siska lestari

Ulang Tahun

Tepat hari ini putri tunggal dari keluarga Atmaja genap berusia 15 tahun. Tuan Atmaja sudah mempersiapkan acara untuk merayakan ulangtahun putrinya.

"Pa... Papa," teriak Aini dari lantai atas.

"Iya sayang, ada apa kamu teriak-teriak?"

"Papa ingat tidak hari ini hari apa?" Tanya Aini.

"Terimakasih sayang berkat kamu Papa jadi ingat kalau hari ini ada rapat," ucap tuan Atmaja sembari mencium kening putrinya.

Tuan Atmaja pergi meninggalkan putrinya dengan senyum yang merekah. Ia tahu jika hari ini adalah ulangtahun sang putri, hanya saja ia ingin memberikan kejutan kepada anaknya.

Aini yang ditinggal sendirian di meja makan merasa sedih, pasalnya di hari ulangtahunnya sang papa sibuk bekerja. Ia segera pergi mengambil tas sekolahnya dan berpamitan kepada sang mama.

"Ma, Aini berangkat ke sekolah," katanya dengan wajah lesuh.

"Kamu kenapa sayang? Tidak seperti biasanya kamu sedih begini?" Tanya Wulan penasaran.

"Tidak ma, Aini hanya kesal dengan papa," adunya.

Setelah mengatakan jika dirinya kesal terhadap perilaku papanya, Aini bergegas pergi sekolah dengan diantar oleh supir pribadinya.

Di sekolah Aini mendapat banyak ucapan selamat ulang tahun dari teman-temannya. Ia juga mendapatkan kejutan dari teman sekelas dan juga Aska, Aska merupakan anak dari teman papanya Aini dan Aini tidak terlalu suka bergaul dengan Aska.

"Happy birthday tuan putri," ucap Aska dengan membawa kue ulang tahun.

"Thanks, kamu nggak usah repot-repot bawa kue seperti ini! Aku tidak suka strawberry," jelas Aini menolak pemberian Aska.

"Maaf, aku lupa jika kamu tidak suka strawberry. Ini ada hadiah dari aku, semoga kali ini kami suka dengan hadiahnya,"

Aini menerima hadiah yang diberikan oleh Aska, ia juga menerima cake yang sudah dibawakan oleh Aska hanya saja ia memberikan cake itu kepada teman-temannya.

Aini masuk kedalam kelas dan langsung menuju ketempat duduknya. Meja Aini penuh dengan hadiah yang diberikan oleh adik serta teman sekelasnya.

"Lo Kenapa? Tumben banget muka Lo sedih?" Tanya Rabithah.

"Bokap gue sibuk, bahkan dia lupa kalau hari ini gue ulangtahun," ungkap Aini.

"Ya sudah, nanti kita rayakan ulang tahun Lo sama teman yang lain. So, Lo nggak boleh sedih lagi. Oke!" Hibur Rabithah

"Thanks, cuma Lo temen yang ngertiin gue."

Bel telah berbunyi menandakan jika pelajaran pertama segera dimulai. Wali kelas mereka masuk dan mengucapkan selamat atas bertambahnya umur Aini, setelah itu ia langsung memulai pembelajaran.

Aini lumayan pintar dalam pelajaran, sejak kelas VII ia selalu mendapatkan juara kelas. Aini juga pernah menjadi juara umum di sekolahnya, walaupun seperti itu ia selalu berkata jika ia masih belum pintar.

Sifat rendah hati yang diajarkan oleh orangtuanya membuat ia selalu disayangi oleh teman-temannya. Aini tidak pernah membedakan seseorang dengan status kekayaannya.

Aini berteman dengan semuanya, bahkan ia sering membagikan makanan kepada anak jalanan dari uang saku yang ia sisihkan.

"Ai, kamu hari ini kan ultah teraktir kita dong," rayu Reza.

"Boleh, tapi nanti setelah aku merayakan bareng anak-anak jalanan."

"Lo udah kaya Ai, jangan kaya hati lagi dong, Gue kan minder jadinya," ungkap Rama.

Mereka yang sedang memasukan buku pelajaran kedalam tas tertawa, setelah mendengar ucapan dari Rama. Inilah Aini si gadis kecil yang kaya hati dan suka menolong.

Dapat dikatakan jika Aini sudah kaya sejak lahir, tetapi ia tidak pernah sombong akan kekayaannya. Aini selalu hidup sederhana layaknya manusia biasa.

"Lo semua kenapa pada ketawa?" Tanya Rama bingung.

"Ucapan Lo yang bikin kita semua tertawa," jelas Reza.

"Ai kok gue malu punya temen kaya mereka," bisik Rabithah

"Hei kelinci, gue denger apa yang Lo bisikan ke Aini."

Rabithah tidak memperdulikan Reza dan Rama, ia menarik tangan Aini menuju kantin. Ketika mereka menuju kantin, Aini di hadang oleh junior mereka yang memberikan ucapan serta hadiah ulangtahun untuknya.

"Terimakasih," ucap Aini kepada mereka semua.

Mereka berdua melanjutkan tujuan mereka yaitu kantin. Aini memesan nasi goreng karena hari ini ia ulang tahun, sedangkan Rabithah memesan bakso kosong.

"Ai..." Sapa Aska.

"Iya, ada apa As?" Tanya Aini bingung.

"Maaf soal cake tadi, kamu mau cake rasa apa biar nanti aku antar kerumah!!"

"Nggak perlu Aska, Mama sudah buat cake untuk aku," Tolak Aini.

"Minggir minggir, tongkrongan Lo itu disana," usir Rama

"Bener, tongkrongan Lo itu bareng anak-anak yang terkenal akan kekayaannya tetapi sombong," sambung Reza menimpali ucapan Rama.

Aska pergi meninggalkan meja Aini setelah di usir oleh Rama dan juga Reza. Mereka berdua sangat tidak suka berurusan dengan Aska karena mereka pernah menjadi korban bully sewaktu di kelas VII.

Mereka bersyukur karena di sekolah masih ada seseorang yang tidak memperdulikan kasta untuk berteman, seperti Aini.

Drtt drttt drrrtt

Handphone Aini bergetar, ia bergegas membuka pesan yang masuk.

'Happy birthday gadis kecil, maafkan Abang yang belum bisa ngucapin langsung ke kamu. Kamu mau hadiah apa dari Abang?'

Aini menerima pesan dari Arghanta, kaki tangan ayahnya dan merupakan sosok Abang yang selalu Aini sayangi.

"Cie cie ada yang dapat pesan dari ayangnya ni," goda Rama.

"Apaan sih kalian, ini cuma pesan dari bang Anta. Udah lanjut lagi makannya keburu bel masuk nanti!" ucap Aini mengalihkan pembicaraan.

Waktu sudah menunjukan pukul 2 sore, dimana anak-anak berhamburan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing.

Reza dan Rama pulang bersama karena jarak antara rumah mereka tidak jauh. Sedangkan Rabithah dan Aini sedang menunggu jemputan.

Ketika Rabithah dan Aini sedang asik bercerita, tiba-tiba saja ada mobil mewah yang berhenti di depan mereka. Turunlah seorang pria tampan dengan setelan jas berwarna navy, ia datang menghampiri Aini dengan memberikan sebuket mawar.

"Happy birthday baby," ucap pria itu.

Aini langsung memeluk pria itu, ia adalah Bisma Adinata kakak dari Arghanta Dinata. Aini masih mencari sosok pria lainnya di dalam mobil Bisma.

Bisma yang mengetahui jika Aini sedang mencari adiknya langsung memberikan penjelasan, "Dia masih sibuk, tahukan kalau papa kamu kasih dia pekerjaan yang cukup banyak."

Aini menarik nafas setelah mendengar penjelasan dari kak Bisma. "Oke, sekarang kakak mau jemput aku atau mau ngajak aku jalan-jalan?" Tanya Aini.

"Ya Allah saya dilupakan," ucap Rabithah yang sejak tadi hanya menjadi pendengar atas obrolan Aini dan Bisma.

"Sorry, gue nggak ingat kalau Lo belum balik."

"It's oke, karena kakak gue sudah datang. Gue balik duluan, ya!" Pamit Rabithah.

Aini masuk kedalam mobil Bisma, ia meninggalkan Bisma diluar tanpa berbicara. Rasa kesal yang ia rasakan bertambah, pasalnya pagi tadi sang papa lupa akan ulangtahunnya dan siang hari ini Abang tersayangnya tidak dapat hadir.

Selama perjalanan menuju rumah Aini, Bisma hanya berbicara dengan angin karena Aini sejak tadi tidak menjawab apa yang Bisma tanyakan.

"Kakak antar kamu sampai rumah, setelah itu kakak akan kembali bekerja," ucap Bisma tegas.

"Bukannya kakak bilang mau mengajak aku berjalan-jalan? Mengapa setelah mengantarkan aku pulang kakak pergi lagi?"

"Kamu seperti tidak berniat untuk merayakan ulangtahun kamu. Kakak tahu kamu tidak suka jika kakak yang menemanimu."

"Aku tidak bermaksud seperti itu kak..."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status