Share

CHAPTER 6

       Buku tulis tebal dengan hard cover sebagian sudah penuh oleh tulisan iseng Lisa saat menunggu bus datang. Kadang jika tak ada inspirasi menulis, ia hanya membaca hasil tulisan tangannya.  Kebanyakan tulisannya diambil dari pengamatan saat menunggu bus.     Ternyata banyak inspirasi  yang mudah dilihat dalam rutinitas sehari-hari yang bisa ditulis. Sering ia tersenyum sendiri melihat hasil tulisannya karena teringat bagaimana tingkah manusia sangat aneh dan lucu. Dan bisa jadi ia juga aneh, senyum-senyum saat membaca tulisannya sendiri.

       Tapi hari ini cukup aneh. Beberapa orang tersenyum padanya termasuk seorang perempuan yang pernah menjadi bahan tulisannya. Mungkin karena mereka adalah sesama penumpang bus yang rutin menunggu pada jam yang sama. Lisa membalas senyum mereka. Ada yang salah dengannya, hingga di satu titik, Lisa merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak dan mukanya memerah. Saat menunduk sambil menggoyangkan kaki, tak disadari ia memakai sepatu yang berbeda. Sebelah kanan sepatu warna hitam bintik putih, sebelah kiri warna pink. Pantas saja! Entah bagaimana Lisa menyembunyikan rasa malu. Wajahnya memerah. Ingin Lisa pulang dan mengganti sepatu tapi pasti akan terlambat masuk kerja. Ia melirik ke arah sekitar. Tak ada yang melihatnya, kecuali that bastard!

       Lelaki itu, seperti biasa, memasang muka minim senyum, bahkan tak ada keceriaan sama sekali. Demikian juga saat ini, ia mendekati Lisa tanpa ekspresi sambil menyodorkan kantong plastik.

       “Aku bawakan sandal jepit buat kamu. Ukuran sembilan. Ganti sepatu kamu dengan ini.”

       Hah…

       Tanpa pikir panjang, Lisa mengambil tas plastik dari tangan lelaki itu lalu mengganti sepatunya dengan sandal. Ukurannya pas. Dengan muka merah, Lisa memandang lelaki itu.

       “Terima kasih.”

       “Apa yang kamu pikirkan sampai salah pakai sepatu?”

       Lisa menggeleng, ”Hanya bad mood.”

       Lelaki itu tersenyum tipis. Lisa melihatnya tersenyum dua kali. Pertama saat lelaki itu membaca sesuatu di hand phone miliknya, kedua pada saat ini. Lisa membalas dengan tersenyum. Bukan apa-apa, karena membalas senyumnya adalah kesopanan dan penghargaan untuknya yang telah memberikan pengganti sepatu.

       “Sekali lagi, terima kasih. Kok bisa tahu ukuran kakiku?”

       “Menebak saja.”

       Pembicaraan terputus setelah mendengar petugas Trans Jakarta berteriak menginfokan rute bus. Lisa pun berdiri, bersiap masuk bus. 

       “Aku pergi dulu. Terima kasih, ya.”

       Bastard –ehm- lelaki itu, hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala. Ia memandang Lisa hingga masuk ke dalam bus.

                                ***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status