Share

BAB 2

Penulis: Favreaa
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 19:07:40

Dengan penuh semangat dan senyum yang selalu merekah di bibir, Yaya masuk ke kafe yang telah dijanjikan Rian, untuk mereka bertemu. Dari jauh dia sudah melihat kehadiran kekasihnya itu.

Yaya mempercepat langkahnya. Dia sudah tak sabar ingin bertemu dengan pria itu. Sampai dihadapan Rian, dia langsung duduk di samping sang kekasih.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Rian, begitu Yaya sudah duduk dengan sempurna di kursi.

"Aku baru sampai, bukannya tanya kabar, atau tanya yang lain. Kenapa langsung tanya pesananku. Seperti tergesa-gesa saja," jawab Yaya.

Rian tersenyum simpul mendengar jawaban gadis itu. Dia mengusap kepalanya dengan lembut.

"Aku takut kamu sudah lapar. Makanya mau pesan makanan langsung," jawab Rian dengan lembut.

Yaya tersenyum mendengar ucapan kekasihnya. Pria itu selalu memberikan perhatian khusus untuknya. Dia juga selalu bertutur kata lembut, tak pernah sekalipun Rian membentaknya atau bersuara keras.

"Kalau begitu, aku pesan makanan dulu," balas Yaya.

Yaya lalu memanggil pelayan kafe, dan memesan makanan kesukaannya.

"Mas, sudah pesan makanan?" tanya Yaya.

Rian menjawab dengan menganggukan kepalanya. Dia lalu menarik napas dalam, dan membuangnya. Itu dilakukan berulang kali. Dalam diam Yaya melirik, heran melihat kekasihnya yang tampak sangat gugup.

"Mas, apa ada masalah?" tanya Yaya. Dia menatap sang kekasih dengan tatapan yang penuh cinta.

"Kita bicarakan setelah makan aja."

Rian melihat pelayan membawa pesanan makanan mereka sehingga menunda obrolan. Yaya melihat sikap pria itu agak berbeda, tapi dia tak mau mendesak agar bicara. Lebih baik tunggu setelah makan seperti yang Rian katakan.

Mereka makan dalam diam. Tak ada yang bersuara. Yaya yang memang lapar, menyantap makanan hingga habis tak tersisa, berbeda dengan Rian, pria itu tak menghabiskan makanannya.

Setelah selesai makan, Yaya yang melihat Rian masih belum menyentuh makanannya, akhirnya bertanya juga.

"Mas, sebenarnya ada masalah apa? Kenapa kamu seperti banyak pikiran?" tanya Yaya akhirnya.

Rian meletakan sendok makan ke piring. Dia merubah posisi duduknya menghadap ke kekasihnya. Meraih tangan Yaya dan menggenggamnya.

"Sayang, sebelumnya aku minta maaf jika apa yang akan aku katakan ini akan membuat kamu marah, terluka dan kecewa. Tapi satu yang perlu kamu ingat, jika aku masih tetap mencintaimu hingga saat ini," ucap Rian.

Yaya terkejut mendengar ucapan Rian. Dia makin penasaran dengan apa yang terjadi.

"Mas, jangan buat aku cemas begini. Sebenarnya apa yang terjadi? Dari kemarin kamu selalu meminta maaf," balas Yaya.

Rian menarik napas dalam, lalu membuangnya secara perlahan. Dia melakukan itu berulang kali. Sehingga Yaya yang melihat jadi makin kuatir dan tak sabar ingin mendengar apa yang terjadi.

"Mas, jangan diam saja. Katakan apa yang sebenernya terjadi? Apa yang ingin kamu sampaikan? Bukan berita buruk'kan?" tanya Yaya lagi.

"Sayang, maafkan aku ...."

"Jangan meminta maaf terus, Mas. Katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan!" seru Yaya mulai tak sabar.

Rian menatap wajah Yaya dengan intens. Ada rasa bersalah yang besar melihat tatapan sendu gadis itu. Belum mengatakan hal sebenarnya saja, dia sudah sangat kuatir dan takut. Apa lagi jika mendengar apa yang akan Rian sampaikan.

"Yaya, aku tak bisa menikah denganmu. Aku ingin membatalkan pernikahan kita" ucap Rian dengan pelan.

Suara Rian yang pelan, tapi sanggup membuat Yaya terkejut dan syok. Dia langsung melepaskan genggaman tangan mereka. Tersenyum miris.

"Aku tak suka candaan kamu, Mas!" ujar Yaya.

"Aku tidak sedang becanda, Yaya. Aku ingin membatalkan pernikahan kita," balas Rian.

Ucapan Rian kali ini membuat Yaya benar-benar terkejut. Dunianya seperti mau runtuh dan hancur. Pernikahan yang telah mereka rencanakan akan batal. Persiapan yang sudah hampir selesai harus dihentikan.

"Kanapa harus dibatalkan, Mas? Katakan padaku alasannya!" seru Yaya dengan suara terbata.

Yaya merasa dadanya sesak. Tapi dia berusaha tetap tegar. Dia juga berusaha menahan air mata agar tak jatuh membasahi pipinya. Dia harus tahu alasan dari pembatalan pernikahan mereka.

"Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita."

"Aku sudah dengar itu, Mas. Yang ingin aku tau apa alasan kamu membatalkan semua ini!"

"Karena kita sudah tak sejalan lagi. Aku sudah tak bisa menggenggam tanganmu lagi. Aku harus pergi dari kehidupan kamu, Yaya."

Yaya tertawa sumbang mendengar jawaban dari Rian. Padahal di awal obrolan tadi, dia mengatakan jika masih cinta. Tapi saat ini berkata hal yang berbeda, jika dia tak sejalan lagi.

"Apa karena ada wanita lain?" tanya Yaya langsung. Dia menebak itulah alasan kuat Rian harus membatalkan pernikahan mereka.

Padahal selama ini, Yaya begitu percaya dengan pria itu. Dia merasa gadis paling beruntung karena mendapatkan kekasih yang sangat perhatian dan baik. Ternyata di balik semua sikap manisnya, dia menyimpan bara api yang siap membakar dirinya.

"Aku salah. Aku khilaf, Yaya. Tapi percayalah aku masih mencintaimu. Aku menyesal karena tergoda dengan wanita lain," ucap Rian.

Kembali terdengar tawa Yaya. Dia sudah bisa menebak jika itulah alasan utama mereka berpisah.

"Omong kosong macam apa ini? Jika memang Mas mencintaiku, tak akan ada wanita lain. Jangan katakan semua karena kesilapan. Perselingkuhan itu terjadi karena memang ada keinginan!"

"Maafkan aku, Yaya."

Rian mencoba meraih kembali tangan Yaya. Namun, gadis itu langsung menepisnya. Seperti sangat jijik. Dia tak ingin di sentuh pria itu.

Yaya menarik napas dalam. Dia memukul dada nya yang terasa sesak. Sudah dia coba menahan air mata, tapi tak bisa juga di bendung. Akhirnya tangisan itu tumpah juga.

"Apa salahku, Mas? Kanapa kau tega melakukan ini padaku?" tanya Yaya dengan terbata di sela Isak tangisnya.

"Kamu tak salah, aku yang salah. Aku yang tak bersyukur memiliki kekasih sebaik kamu. Jika saja waktu dapat di putar kembali, aku tak ingin melakukan kesalahan itu. Aku hanya ingin menikah denganmu, tapi aku sadar... aku tak pantas untukmu. Kamu berhak mendapatkan pria yang jauh lebih baik dariku," ucap Rian.

"Jika waktu dapat berputar kembali, aku yang tak mau tetap bersamamu. Aku pasti akan meminta agar aku tak pernah kenal dengan pria pecundang seperti kamu! Aku menyesal pernah mengenal pengkhianat seperti kamu, Mas!" ucap Yaya.

Yaya lalu berdiri dari duduknya. Dia meraih dompet yang ada di dalam tas dan mengeluarkan uang untuk pembayaran makanan.

"Terima kasih atas luka yang kamu berikan ini. Aku pastikan tak'kan pernah lagi ada pria seperti kamu tinggal di hati ini. Yang ingin aku gali adalah rasa tanggung jawabmu. Mungkin janji yang kau ucapkan memang tak di-asuransi. Mungkin juga gombalan yang setiap kali aku terima tak benar-benar dari hati. Semoga tak ada penyesalan nantinya. Selamat atas pengkhianatan mu, aku bersyukur karena kamu mau jujur mengatakan semuanya sebelum kita melangkah ke jenjang pernikahan!" ucap Yaya.

Yaya lalu pergi dari tempat itu dengan tergesa. Tak ingin melihat wajah pria itu lagi. Rian juga berdiri. Dia merasa belum selesai mengatakan semuanya. Dia harus mengajar Yaya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BATAL NIKAH   BAB 30

    Bima terdiam mendengar pertanyaan ibu Maura. Tak tahu harus menjawab apa. Jika berkata jujur, pasti nama Yaya yang akan jelek. Apa lagi dia sudah tahu bagaimana perilaku sang ibu tiri. Tadi Joe telah menyelidiki dengan bertanya pada beberapa tetangga mereka."Apa Nak Bima dan Yaya telah menikah?" Kembali ibu Maura mengajukan pertanyaan.Yaya yang baru datang dengan Arabella setelah mengantar makanan untuk tetangganya yang telah baik dan memberikan kabar, langsung tersenyum sinis mendengar pertanyaan ibu tirinya itu."Kenapa Ibu ingin tau, apakah itu ada pengaruhnya buat kehidupan Ibu? Menikah atau pun belum, aku tak pernah minta tolong dengan Ibu, jadi berhenti ingin tau tentang kehidupanku!" seru Yaya.Ibu Maura cukup terkejut mendengar ucapan Yaya. Dia pikir gadis itu akan diam saja seperti di rumah sakit. Dia ingin menarik perhatian Bima setelah melihat mobil dan royalnya pria itu. Buat ustad sekelas kampung saja dia memberikan uang jutaan."Jangan berkata begitu, Yaya. Walau aku i

  • BATAL NIKAH   BAB 29

    Jenazah ayah terbaring di tengah ruang tamu. Yaya masih terus menangis. Arabella yang selalu berada di samping gadis itu selalu menghapus air matanya. Sambil sesekali mencium pipinya.Banyak tetangga memandangi gadis itu. Mungkin dalam hati mereka bertanya, siapa gadis cilik yang nempel dengannya. Sementara itu Bima dan Joe duduk di halaman rumah Yaya di bawah tenda sederhana.Dengan berjalan perlahan Ellen mendekati dua pria itu. Dia membawa baki berisi dua gelas teh hangat dan kue."Silakan minum, Mas. Pasti capek perjalanan menuju ke sini," ucap Ellen dengan centilnya.Bima tak menanggapi ucapan Ellen, justru membuang muka. Hanya Joe yang mencoba tersenyum."Terima kasih," ucap Joe."Apakah Mas tak ingin masuk?" tanya Ellen. Joe menjawab dengan gelengan kepala.Saat ini jenazah sedang di mandikan. Setelah tu kembali di bawa ke ruang tamu. Saat kain kafan akan ditutup, Yaya mendekati jenazah. Dia meninggalkan Arabella sebentar. Untung bocah itu mau di tinggal."Ayah, ini terakhir ka

  • BATAL NIKAH   BAB 28

    Yaya mengangkat wajahnya dan melihat Arabella berlari mendekati. Di belakang bocah itu ada Bima dan Joe. Gadis itu merentangkan tangannya agar sang bocah masuk dalam pelukannya. Saat ini dia memang butuh pelukan walau hanya dari anak kecil. Tangis Yaya pecah saat Arabella telah berada dalam pelukannya. Membuat bocah itu ikut menangis. "Mami bohong. Mami mau tinggalin aku'kan?" tanya Arabella di sela tangisnya. "Mami ada perlu, Sayang," jawab Yaya di sela Isak tangisnya. Tadi siang, sepulang sekolah, gadis cilik itu meminta bertemu Yaya sesuai janji Oma dan papinya. Saat dibilang Yaya tak ada di perusahaan karena pulang kampung dia tantrum dan tak mau makan. Hingga malam tak juga menyentuh nasi. Akhirnya Bu Rangga, meminta sang putra mengantar cucunya bertemu Yaya. Pria itu terpaksa mencari tahu alamatnya dari file di perusahaan. Jam sepuluh malam mereka berangkat. Bu Rangga tak mengizinkan dia

  • BATAL NIKAH   BAB 27

    Yaya akhirnya mendapat izin masuk walau sebenarnya jam besuk telah selesai. Dia meletakan tas di bangku tunggu. Berjalan masuk dengan perlahan.Ketika dia masuk ke ruangan itu, dia hampir tidak bisa mengenali ayahnya. Wajahnya pucat dan lesu, terhubung dengan berbagai alat yang membuatnya tampak rapuh dan rentan. Tangis Yaya tak dapat lagi dia tahan. Air mata jatuh membasahi pipinya."Ayah, bangunlah. Aku tak sanggup melihat ayah begini. Walau ayah tak menyayangiku, itu lebih baik dari pada melihatmu begini," rengek Yaya sambil mengusap matanya yang berair.Tiba-tiba, ayahnya Yaya terlihat bergerak perlahan. Matanya yang terpejam sepertinya mencoba membuka sedikit demi sedikit. Yaya langsung mendekatinya."Ayah, maafkan aku," ucap Yaya terisak.Ayahnya Yaya tampak berusaha tersenyum. Tangannya terangkat perlahan seperti ingin bersalaman. Gadis itu meraihnya dan menggenggamnya. Dia lalu menciumnya."Maaf, karena aku baru bisa pulang," ujar Yaya dengan suara terbata karena menangis.Air

  • BATAL NIKAH   BAB 26

    Yaya akhirnya memutuskan pulang kampung. Bersyukur juga dia bisa menenangkan Arabella. Bocah itu tak merengek lagi minta ikut karena dijanjikan akan bertemu lagi besok dan seterusnya setelah pulang sekolah.Bima memberikan cuti seminggu. Kebetulan Yaya memang telah satu tahun bekerja di perusahaannya.Yaya termenung dalam bus yang membawanya pulang. Satu tahun sudah dia meninggalkan kampung halamannya. Hari raya saja dia tak pulang.Ketika hampir sampai di kampung, gadis itu menarik napas dalam untuk menenangkan gejolak dalam dadanya. Jantungnya berdetak lebih cepat. Dia gugup, walau telah satu tahun berlalu luka itu belum sembuh dengan sempurna.Yaya memang memberikan nomornya pada salah satu tetangga. Tujuannya memang untuk bertanya tentang ayah. Walau sebesar apa pun kecewanya pada sang ayah, tapi tak bisa menutupi rasa cintanya.Sampai di terminal, Yaya langsung menuju rumah dengan menggunakan ojek. Dia hanya membawa tas kecil dengan

  • BATAL NIKAH   BAB 25

    Yaya menggandeng tangan bocah cilik itu menuju ke ruang kerja atasannya. Saat sampai di depan ruang itu, Yaya mengetuknya. Hingga terdengar suara sahutan barulah gadis itu masuk. Di dalam ruangan tampak Joe sedang sibuk dengan laptopnya.Gadis itu tersenyum dengan Joe dan Bima. Dia lalu mendekati meja kerja atasannya itu."Pak, Ara minta di antarkan ke ruang ini.""Ya, Yaya. Sekali lagi aku minta maaf karena telah merepotkan kamu," ucap Bima."Tak perlu minta maaf, Pak. Ara tak ada mengganggu saya," balas Yaya.Bima berdiri dari duduknya dan mendekati Arabella lalu menggendong. Yaya tersenyum melihat itu. Dipikirnya sang bocah pasti sudah mau di tinggalkan. Dia lalu pamit."Pak, kalau begitu saya pamit dulu," ucap Yaya."Ya, Yaya." Bima hanya menjawab dengan singkat.Yaya lalu berbalik dan berjalan menuju pintu keluar, tapi menjelang sampai diambang pintu terdengar teriakan Arabella. Dia menangis minta ikut. Gad

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status