Aku menghentikan mobil di depan toko kue, membeli beberapa buah tangan untuk di bawa ke rumah Amak. Biasanya aku membuat singgang ayam kampung atau ikan nila, jika ingin berkunjung ke rumah mertua, karena ini darurat jadi aku memilih yang mudah saja.Jarak tempuh dari kota, menuju rumah Amak kurang lebih sekitar satu jam perjalanan. Melewati hamparan kebun karet dan sawit di setiap tepian jalannya. Pemandangan yang indah di kala siang hari, tapi sangat menyeramkan jika malam tiba.Konon katanya, sebelum di jadikan pemukiman warga, di sini dulunya adalah hutan belantara. Banyak cerita seram dari penduduk pribumi maupun pendatang.Pada tahun 1976 pemerintah mengadakan Transmigrasi. Dan kini hutan-hutan itu di ubah menjadi pemukiman yang padat penduduk. dulunya jarak rumah satu ke rumah yang lain sangat jauh, karena masih sepi orang yang tinggal.Meskipun kini sudah ramai dan padat oleh rumah-rumah warga, nuansa seram itu masih tetap ada. Dan masih sering terdengar dentuman alat tradisona
POV ZAKI.Aku menoleh ke belakang, ketika mendengar benda terjatuh dengan bunyi yang cukup keras. Betapa terkejutnya aku, ketika mendapati Tania sudah terbaring di tanah dengan keadaan pingsan.Aku membopong tubuh kurus istriku masuk kedalam rumah. Amak dan Apak tergopoh berlari menghampiriku, rasa panik terlihat dari raut wajah yang sudah menua itu."Kenapa Tania, Zak?" Amak bertanya, dengan nada gemetar."Indak tau Mak." Aku meletakan Tania di atas kasur santai, yang berada di ruang tv."Pake ini mak." Apak memberikan minyak kayu putih.Amak mengoleskan minyak kayu putih di hidung, tangan dan kaki Tania. Aku hanya mematung. bingung, tidak tau apa yang harus di lakukan.Aku meratapi wajah pucat Istriku yang terbaring lemas di sampingku, tangannya sangat dingin, namun keringat terus mengalir."Tania, bangun nak." Suara Amak yang sangat khawatir."Telpon bidan desa Zak, cepat ....!" Aku segera menghubungi bidan desa. Namun bu Bidan sedang menangani pasien yang aka melahirkan."Bawa ke D
Flashback..Keributan besar terjadi kala itu penyebabnya adalah karena aku tidak kunjung menikah, padahal usiaku saat itu sudah menginjak usia 30 tahun.Seandainya mereka tau kalo aku sudah menikahi wanita idaman yang sangat cantik bagaikan bidadari surga.Wajahnya sangat sempurna berkulit putih, hidung mancung bermata biru. Tubuh tinggi semampai dengan rambut hitam yang menjuntai, membuatku sulit untuk berpaling darinya.Laki-laki mana yang tidak tergila-gila melihat bidadari secantik itu? Tapi anehnya, ketika aku mengenalkan istriku kepada orang tua serta keluarga besar, mereka semua tidak melihatnya.CK, entah benar tidak lihat atau pura-pura saja. Bahkan mengatakan jika aku sudah tidak waras, padahal mereka yang mulai gila, sudah menolak menantu idaman para mertua seperti Putri istri yang menikahi secara siri.Istri cintaku itu pandai melakukan apapun, tangannya lihai dalam memasak berbagai jenis masakan. Rasanya sangat lezat, lebih enak dari restoran berbintang.Pernah aku menyar
.Sesampainya di rumah aku langsung masuk kedalam kamar, dengan kasar aku hempaskan tubuh ini di atas kasur. Emosiku tidak terkendali lagi, tanpa sadar aku membanting semua benda yang berada di kamar.Prraang ... Bruk!Apak dan Amak mengetuk pintu kamar ini, suara gaduh dari benda jatuh yang ku lempar sepertinya terdengar oleh mereka.Akan tetapi aku tidak menghiraukan Amak dan Apak, membuka pintu pun rasanya malas. Akhirnya ketukan itupun menghilang dengan sendirinya.Aku memejamkan mata, untuk mereda emosi yang sudah memuncak di kepala. Duduk termenung di sudut dinding sambil ku pandangi kekacauan yang aku buat sendiri."Sayang. Tenangkan lah hatimu." Kecupan lembut mendarat di pipiku, ternyata istriku yang secantik seperti bidadari telah datang. Dia memeluk erat tubuh ini, dan seketika amarah ku mereda."Sayang ... besok lusa abang akan menikah lagi." Aku menunduk lesu."Kenapa abang gak kasih tau aku dulu, kalo mau kesana. Abang jahat. Abang bohong sama aku!""Maafkan abang Putri.
POV AUTHOR..Ssrak ... Ssrak ... Bruk ....!Mahluk berbulu dengan mata besar melompat dari satu pohon ke pohon lain, lalu kemudian dia melompat di atas atap rumah kayu milik Zaki.Kukunya yang tajam menggores rumah yang beratapkan seng itu, bunyi gesekan yang terdengar terasa ngilu ditelinga. Semakin lama semakin keras suara kuku beradu dengan atap itu.Mata merah menyala lebar, terbelalak melihat ke penjuru arah. Hidungnya kembang kempis mengendus sesuatu dari ketinggian rumah Zaki."Argh ... bedebah, gadis Prugu itu telah meninggalkan tempat ini!" Teriaknya marah.Tangan panjang menggapai apa saja yang berada di dekatnya, dan mengguncang kuat-kuat pohon-pohon yang dilaluinya.Mahluk itu membuka rahang mulutnya lebar. Tampak taring panjang yang menyembul keluar dan lidahnya menjulur panjang terlihat sangat mengerikan.Dengan kencang dia berteriak melolong panjang. Tangan yang berbulu dengan kuku-kuku panjang itu mengguncangkan tiap-tiap pohon yang dia lewati.Sejenak matanya memindai
POV TANIA.Aku membuka mata perlahan, memandang sekitar tempatku berada saat ini. Terasa asing sekali, seingatku tadi sedang berada di rumah Amak. mengapa kini tubuhku tergeletak di atas semak belukar seperti ini.Aku memindai keseluruhan tempat yang seperti hutan ini. Teramat sunyi dan sepi sekali.Kepalaku terasa berdenyut sedikit sakit saat disentuh di bagian belakang, seperti terbentur benda keras. Dengan susah payah aku berusaha untuk bangkit, pelan-pelan aku duduk bersandar di akar pohon yang sangat besar.Entah kenapa tiba-tiba bisa di tempat seperti ini, sebab aku sendiri tidak ingat apapun yang terjadi sebelumnya. Bunyi monyet owa-owa terdengar riuh, beberapa bahkan terlihat malu-malu mengintip dari celah-celah ranting pohon di atasku.Hari terlihat mulai gelap, entah karena mendung atau memang hari sudah malam. Aku mulai gelisah karena tidak mempunyai senter atau apa saja yang bisa digunakan sebagai penerangan.Bagaimana nanti jika ada binatang buas, atau hewan berbisa. Aku
POV ZAKI.______Setelah selesai mandi aku menghampiri Tania. Berniat ingin meminta izin, rencananya hari ini aku akan pulang ke kebun terlebih dulu.Mendengar kekacauan di bukit Ragusa, hati ini rasanya tidak tenang.Ku pandangi wajahnya yang cantik natural itu. Sudah beberapa hari ini dia mendiamkan aku tanpa alasan yang jelas. Di ajak bicara pun menjawab hanya seperlunya saja."Sayang, hari ini aku mau pulang. Mau lihat kondisi rumah dan ....""Dan selingkuhan kamu udah nunggu, kan?" Belum selesai aku bicara, Tania langsung menjawab."Selingkuhan?""Iya, selingkuhan. Malam itu aku melihat kalian bercumbu mesra. Cih, menjijikan." Suaranya sedikit meninggi.Aku mengerutkan kening, merasa bingung dengan arah pembicaraannya itu. "Sayang, kamu ngomong apa sih?""Alah, pura-pura gak tau. Aku sudah lihat semuanya. Aku benci sama kamu mas, benci!" Tania melempar bantal dan berjalan keluar meninggalkan aku, yang masih bingung."Dek, kamu ngomong apa sih? Coba jelasin dulu apa maksud kamu." A
POV ZAKI._____"Assalamualaikum." Tanganku mengetuk pintu rumah Nek Imah."Waalaikumsalam." Jawaban dari dalam rumah. Tidak lama wanita tua yang masih sehat itu keluar."Nek." Aku mencium punggung tangannya."Kau Zak, masuk lah.""Iyo Nek.""Duduk lah dulu, Zak. Nenek buatkan minun sebentar." Nek Imah meninggalkanku di ruang tamu.Mataku berkeliaran melihat ke seluruh sudut di ruang ini. Tempat yang cukup besar untuk menerima tamu ditambah dengan hiasan-hiasan dinding dan guci yang tersusun rapi.Aku memandang gambar yang tergantung di dinding. Lukisan kuda yang ditunggangi laki-laki berpakaian seperti seorang Raja beserta pengawalnya.Entah mengapa, saat melihat aku seperti terbawa dan berimajinasi ketika memandangi gambar Kuda yang tengah berbaris.Dengan kaki terangkat, seperti sedang berlari ditepian sungai. "Sangat paripurna lukisan ini." Aku memuji.Guci keramik yang lumayan besar berada di sudut ruangan ini, karena penasaran aku mendekat ke arahnya.Melihat dan meraba permukaan