Aku melongo tak percaya kala mendapati gerbang kastil besar nan suram dijaga oleh seekor makhluk yang tak pernah mampu kubayangkan. Tiap matanya yang merah mengingatkanku pada cerita-cerita mistis yang selama seabad terakhir kutolak kebenarannya.
"Dia bukan yang paling kejam, Grace, jadi jangan berhenti bernapas sekarang."
Ungkapan Hard tak membuatku mampu bernapas lega. Sebaliknya, kutelan ludah dengan susah payah.
"Jadi, kaulah gadis dengan dua garis keturunan?" tanya salah satu kepala naga.
Sementara aku terpaku pada kepala naga yang bertanya, kepala yang lain terbahak lantang. Telingaku berdenging tak keruan. Lekas kututup telinga rapat tanpa mengalihkan pandang.
"Tolong, hentikan!"
Kulihat, Hard tengah berdiri membentengi. Ia terlihat begitu gagah.
"Hard! Aku tau dia anakmu! Tapi, fisiknya yang selemah manusia tak akan mampu menjadi
Ada yang tau kenapa Hard nyuruh si Grace sembunyi di balik punggung Hydra kalo kesudut? Hayo hayoooo komeeeen
Aku baru menyadari satu hal yang luput dari pandangan sejak masuk dalam dunia bawah tanah. Apalagi, aku dan Hard telah berada di depan sang penguasa bumi, dunia bawah, kegelapan, bahkan sihir sekalipun."Membungkuk, Grace!"Aku tergagap, lantas turut membungkukkan punggung saat terdengar derap langkah yang bergerak anggun. Derit langkahnya begitu halus hingga membuatku geli sendiri karena harus menahan denging kecil pada telinga."Hard."Suaranya terdengar tak asing bagiku, tapi di mana pernah kudengar suaranya?Kulirik Hard yang mulai menegakkan punggung, lantas kuikuti gerakannya perlahan. Wajah Dewi Hekate yang tampak anggun dengan senyum menawan pun menyambutku hangat. Ini tak seperti dalam cerita Hard."Dewi Hekate adalah perwujudan dunia, bumi dan seisinya. Jadi, jangan terkejut saat kau melihatnya. Dia punya sisi buruk yang paling buruk. Bahkan, orang
"Aku menuntut Nathalie, inkubus tertua dan terakhir untuk mengembalikan pengantinku!"Senyum Nathalie lesap seketika saat mendengar tuntutanku di aula besar kastil kerajaan. Menurut Hard, itu tak akan pernah dibayangkan mengingat ini adalah kunjungan pertamaku ke dunia bawah. Ya, bagaimanapun juga aku harus mengakhirinya."Berani sekali kau!"Dalam sekejap, perempuan cantik itu merubah diri menjadi wujud yang sesungguhnya. Tanpa pakaian, ia memamerkan lekuk tubuhnya yang proporsional.Dari samping, Hard pun tak ingin ketinggalan aksi. Dengan sigap, ia melompat dan menjadi benteng yang berdiri kokoh di hadapan."Manusia rendahan sepertimu tak berhak menuntut apa pun dariku!"Kedua matanya menyalak penuh amarah. Sayapnya pun hampir mengepak saat terdengar jentikan suara dari arah lain. Dari sang penguasa kegelapan."Jaga bicaramu, Nath! Dia
"Jika aku boleh memilih, harusnya aku menjadi seorang putri bangsawan daripada menjadi monster penghisap gairah."Pengharapan di salah satu bilik pengakuan dosa menjadi menutup uraian segala salah yang pernah kulakukan semasa hidup. Tak ada tangis atau bahkan penyesalan yang menelusup dalam hati.Suara gemericik membuatku sadar bahwa Jean masih berada di bilik yang lain. Lantas, lekas kuselesaikan ritual dengan menjanjikan satu hal."Jika Kau ampuni dosa dan khilafku selama hidup karena takdirMu-lah yang menuntunku, aku akan menjadi manusia yang lebih baik nantinya."Tiba-tiba suara ketukan dari bilik sebelah terdengar. Tanpa kujawab, Jean sudah menguntai kata. "Sepertinya, kau tak pernah melakukan hal yang salah, Grace."Aku mengernyit, lantas segera ke luar bilik. "Tak baik mendengar pengakuan dosa orang lain, Jean."Jean mengintip dari balik tirai. Ia meng
Kubuka kedua mata meski berat terasa. Hanya silau cahaya yang kudapat. Sudah matikah aku?Kukerjap-kerjapkan mata, berharap seberkas cahaya itu segera hilang dan berganti dengan pemandangan yang biasa kutemukan saat baru bangun di kasur apartemen. Sayangnya, bukan itu yang kudapatkan.Beruntung, sebelum pergi ke dunia bawah aku telah mengakui semua dosa yang kubuat. Setidaknya, dosa yang kubawa ke alam baka tak sebanyak sebelumnya."Grace?"Aku menoleh, mencari sumber suara yang memanggil namaku. Kurasa aku mengenal suara itu."Hard? Aku masih hidup?"Lantas terdengar tawa khas yang menggema, lalu disusul oleh tepukan tangan. Aku masih mencoba meraba-raba di mana keberadaan Hard."Jangan memaksakan diri. Kau masih hidup saja sebuah keberuntungan tersendiri."Aku mengernyit heran, lantas menajamkan telinga dan penciuma
"Sudah siap?"Aku masih tercengang kala mendapati sosok itu berdiri di depan pintu. Ada kalanya, harus merasuk lebih dalam dari biasanya. Entah mengapa, tapi melihatnya menyungging senyum meski dengan gurat wajah penuh lelah membuatku lega seketika."Untuk?" tanyaku padanya.Ia melipat tangan di dada, lantas menyandarkan sisi samping bahunya pada kosen pintu. "Haruskah kuceritakan sejak awal? Kau pasti punya banyak pertanyaan."Aku tersenyum kambing, lantas menggeleng pelan. "Biarkan aku sarapan dulu. Setidaknya agar aku bisa konsentrasi saat ceritamu mengalir jauh."Ia terbahak, lalu saat derit jejak penyatuan di kamar sebelah terdengar, ia mengunci mulut rapat-rapat. "Aku benci ide Hard. Kutunggu di luar."Aku masih menghisap energi yang menguar pekat saat Jonathan telah menutup pintu kamar. Jika aku dan Hard bisa kembali dari dunia bawah, serta Jonathan ya
"Jadi?""Dewi hanya ingin menilaimu sebelum mengabulkan tuntutan.""Kau tau akan berakhir dengan pertempuran?" Aku melotot pada Hard. Kali ini, ia sudah kelewatan. "Lalu kenapa kau tak memperingatkanku?"Hard terdiam, lantas ia menatapku penuh permohonan. "Bukankah sudah kuperingatkan, Grace? Jika kau tersudut sembunyi ke Hydra. Seti--""Itu bukan peringatan, Hard! Itu hanya sekadar saran. Peringatan yang benar hanya berbunyi, 'bersiaplah, Grace, bisa jadi nanti Nathalie akan menyerangmu'," potongku."Ma-maaf jika menurutmu itu salah, tapi aku belum terbiasa mengatakan hal-hal seperti itu dengan terus terang."Aku mondar-mandir di depan keduanya yang dipasung kebisuan. Lantas, kembali menuntut cerita selengkap-lengkapnya."Seperti yang kau tau, Grace.""Aku minta cerita sedetil mungkin, Hard."Har
"Jadi, sejak awal bukan Jonathan yang dia incar?"Aku menghela napas panjang saat Hard melipat tangan sembari menatapku lekat. Bahkan, pemburu iblis dengan jam terbang tinggi pun mampu dikelabui."Tunggu! Bolehkah aku bertanya sesuatu?"Kini, Jonathan mulai buka suara setelah membeberkan fakta yang mencengangkan."Apa?" tanya Hard. Agensiku sekarang beralih pada Jonathan."Kenapa setelah aku mati, Grace juga akan mati? Bukankah seharusnya Grace dulu yang harus mati agar dia bisa membunuhku?"Pria bermata cokelat madu itu mengernyit, glabela pun berkerut mengikuti gestur wajah yang diperam tanya."Mengenai itu, lebih baik kau tanyakan pada Grace. Aku pergi dulu.""Mau ke mana, Hard?""Bicarakan saja empat mata."Aku terdiam bersama Jonathan yang terus menuntut jawab. Enggan ras
Aku sedang berjalan-jalan setelah sebelumnya berlari cukup kencang demi menghindari kejaran Jonathan. Untuk saya ini, aku tak ingin melihatnya meski sepuluh hari yang lalu diri ini bersikeras menyelamatkannya.Setidaknya, sekarang Jonathan tahu kebenaran mengenai makhluk sepertiku yang telah jatuh ke dalam parit bernama cinta. Bukan lagi kebahagiaan, melainkan kesakitan, penderitaan yang mungkin akan kualami mengingat pria itu sama sekali tak berempati. Aku tahu pasti, yang ada dalam pikirannya hanya tentang Jean.Aku yang baru mengenalnya hampir dua bulan yang lalu saja sudah tergila-gila pada Jonathan. Apalagi ia yang telah lama mengenal Jean?Kususut air mata yang berderai dan meninggalkan jejak basah pada kedua pipi. Lantas, meraupnya kasar walau tanpa air. Jalanan yang kulewati tampak begitu lengang. Padahal ini adalah jalur dengan perhentian khusus para pengemudi truk.Apa karena terlalu