Share

PERTENGKARAN HEBAT

Author: SAVANA ALIFA
last update Last Updated: 2023-08-24 23:55:49

"Berani-beraninya kamu bermesraan dengan pria lain di hadapanku?!" Cecar Arka, ia mengeratkan genggaman tangannya di pergelangan tangan Kei. Padahal luka memar di tangan Kei belum memudar sepenuhnya, tapi kini Arka kembali membuat luka baru.

"Lepas, mas. Kamu menyakitiku," ucap Kei dengan lirih. Matanya berembun, setiap pria itu kasar, hatinya terasa sakit.

"Ini pantas kamu dapatkan, kamu harus aku beri pelajaran agar tidak bertindak sesukamu! Kenapa kamu memeluk pria lain, hah?" Sentak Arka.

Kei memejamkan matanya saat suara bentakan pria itu terdengar memekakkan telinganya. Air mata yang sedari tadi menggenang kini meluruh sudah. "Dia hanya temanku, mas. Bukan kah dia juga sahabat mu?" Ucap Kei. Perempuan itu mulai terisak. Sakit di pergelangan tangannya tak seberapa jika di bandingkan dengan rasa sakit yang hatinya rasakan karena perlakuan pria itu.

"Teman? Aku meragukan itu! Apa dia juga sudah menikmati tubuhmu?! Apa kamu juga merayunya? Aku percaya padanya, tapi kamu? Jalang sepertimu pasti lihai menggoda seorang pria."

Kei sontak menatap Arka, air matanya semakin deras mengalir. Bagaimana bisa Arka menuduhnya dengan tuduhan yang begitu keji, padahal Arka tahu betul bahwa Arka adalah yang pertama untuknya. "Jaga bicaramu, mas. Tidak cukup kah kamu melukai ku? Hatiku sudah cukup sakit dengan semua perlakuanmu, kenapa kamu menambahnya dengan tuduhan tidak masuk akal seperti itu? Aku bukan wanita murahan," sangkal Kei.

Bak tersayat ribuan sembilu, hatinya begitu perih. Suami yang selama ini ia anggap pria idaman ternyata begitu kejam. Atas dasar dendam yang bahkan Kei tak tahu, Arka terus menyakitinya.

"Aku tidak akan pernah merasa puas sebelum melihatmu menderita. Jika perlu, menangis darah lah di depan ku Shaletta Kei!"

"Cukup! Cukup, mas. Kamu menyakitiku atas kesalahan yang sama sekali tidak aku tahu. Lepaskan aku, mas! Aku tidak mau hidup dengan pria kejam sepertimu! Aku sungguh mencintaimu, mas. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu merubah cintaku menjadi kebencian, kamu kejam!"

Arka tertawa, ia merebut paperbag yang Hiko berikan pada Kei lalu melemparnya. Dengan kasar Arka mendorong Kei, hingga Kei mundur membentur dinding di belakangnya.

"Akh.." ringis Kei saat punggungnya terasa nyeri. Belum sempat menegakkan tubuhnya, Arka kembali menghampirinya.

Pria itu menyeringai, menghimpit tubuh Kei dengan kuat ke dinding. "Apa sakit? Aku senang melihatmu kesakitan!" bisiknya.

Aura dingin dari pria itu membuat Kei sangat ketakutan, ia mencoba meronta agar Arka melepaskannya.

"Lepaskan aku, mas. Dadaku sesak," ucap Kei dengan suara berat. Himpitan Arka benar-benar kuat, tulang-tulang di tubuhnya terasa sakit dan remuk.

"Memohon lah Shaletta Kei, aku ingin melihat kau mengemis padaku!" Bisik Arka lagi, suara pria itu benar-benar terdengar menakutkan. Tatapan matanya tajam, kedua matanya bahkan tampak memerah karena amarah.

Kei menggeleng, meski ia takut setengah mati, tapi ia tak sudi memohon pada Arka. Hal itu membuat kemarahan Arka semakin menjadi.

"Wanita sialan!" Arka menjauhkan dirinya, tapi bukan untuk melepaskan Kei, ia cengkram lengan Kei dengan kuat, lalu menyeret perempuan itu ke dalam kamarnya. Dengan kasar Arka menghempaskan tubuh Kei ke atas ranjang, "Berani melawanku? Kamu akan tahu sendiri akibatnya!"

Kei beringsut mundur, ia begitu takut. Arka seperti iblis berwujud manusia, semua yang pria itu lakukan sangat menyakitinya. Isak tangisnya semakin keras saat Arka menghampirinya lalu menarik ke dua kaki Kei dan menindihnya.

Bayangan ketika pria itu mencekiknya kembali berputar di benak Kei, Kei menggeleng sebagai bentuk penolakan atas apa yang Arka lakukan padanya. Ia takut, sangat takut. Apalagi melihat rahang Arka mengeras, urat-urat di wajah pria itu terlihat jelas.

"Jangan sakiti aku lagi, mas," ucap Kei seraya terisak.

Arka menyeringai, membuat pria itu terlihat menakutkan berkali-kali lipat. "Memohonkan!" Bisiknya.

Kei kembali menggeleng, rasanya begitu berat jika harus memohon. Penolakan Kei benar-benar memancing amarah Arka, pria itu kembali mencekik leher Kei yang bahkan masih memerah karena perbuatannya.

Kei meronta, kedua tangannya memukul-mukul punggung Arka. Ia tatap mata Arka dengan nanar, berharap pria itu melepaskannya. Dan entah mengapa, Arka mulai terganggu dengan tatapan itu. Pria itu berteriak gusar lalu melepaskan Kei begitu saja.

"Uhuk uhuk uhuk," Kei terbatuk hebat, ia memegang lehernya yang terasa sakit. Ia hirup udara sebanyak-banyaknya, oksigen dalam paru-parunya terasa menyempit, tenggorokannya kering, suaranya tercekat. Ia hanya bisa meraung kesakitan seraya meringkuk membelakangi Arka.

"Brengsek!" Umpat Arka, entah mengumpat siapa. Pergolakan dalam batinnya membuat pria itu kesal. Batinnya tengah berperang, antara kasihan dan kebencian.

Tanpa mengatakan apapun, Arka pergi begitu saja. Ia mengunci pintu kamar agar Kei tak keluar semaunya.

"Le-lepaskan aku, mas. Jangan kurung aku, buka pintunya," ucap Kei dengan suara parau. ia berusaha bangkit, berjalan tertatih menuju pintu. Ia gedor benda itu sekuat yang ia bisa, nyatanya gedoran itu tak menimbulkan suara sedikit pun, tenaganya benar-benar terkuras.

"Uhuk uhuk uhuk," Kei kembali terbatuk, ia jatuh meluruh ke lantai, tangisnya terdengar begitu pilu. "M-mas, buka pintunya!" Suara Kei bahkan hilang, untuk menelan ludah saja rasanya sakit.

***

Beberapa saat berlalu, Kei tengah membaringkan tubuhnya saat Arka kembali memasuki kamar. Perempuan itu sontak bangun dan beringsut takut, sisa-sisa air mata masih tampak membasahi pipinya.

Kei memalingkan wajahnya saat Arka duduk di sisi ranjang menatapnya. Ia kembali bergeser, memberi jarak lebih jauh dari Arka. Seperti itu lah hubungan mereka sekarang, Kei tengah berusaha membentengi dirinya dari Arka, memberi jarak sejauh mungkin agar ia tak terus terluka.

Baru saja Arka hendak bicara, suara ketukan di pintu kamar menghentikannya. Dengan malas ia beranjak untuk membuka pintu.

Rumi menunduk segan, "Maaf, Tuan. Ada tamu yang mencari, Nyonya."

Arka mengerutkan dahinya, ia menatap Rumi seolah bertanya siapa yang mencari istrinya? Rumi hanya menggeleng sebagai jawaban.

Seraya berdecak, Arka keluar kamar untuk melihat siapa yang datang mencari Kei. Tidak lupa juga ia menutup pintu dan kembali menguncinya dari luar.

Dari depan pintu kamar, ia sudah dapat melihat ke ruang tamu bawah. Matanya membulat sempurna saat mengetahui siapa yang datang mengunjungi rumahnya. Ia mengusap wajahnya dengan gusar, kepanikan terlihat jelas di raut wajahnya.

"Sial!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BELENGGU DENDAM SUAMI KEJAM   RINDU

    Sudah larut malam, tapi Kei belum juga bisa terlelap. Beberapa kali ia mengubah posisi tidur, miring ke kanan miring ke kiri, semuanya tak membuatnya nyaman.Entah mengapa perasannya mendadak tak karuan, pikirannya terus tertuju pada Arka yang beberapa jam yang lalu mengirimnya sebuah pesan, bahwa pria itu akan pulang larut malam. Entah ada apa, mungkin pekerjaannya sedang banyak, atau mungkin juga menghindari Kei karena Kei tak juga mau memberi jawaban atas permintaannya.Terbersit sebuah ide, "Apa aku harus melakukan itu?" gumamnya.Seperti ada sebuah dorongan, Kei pun bangkit dari pembaringan, lalu beranjak keluar kamar.Sepi, bahkan lampu di beberapa ruangan sudah padam, tapi Arka belum juga pulang. Kei tak tenang, tapi Kei enggan mengirim pria itu pesan untuk sekedar bertanya kapan pulang?Perempuan itu menghela nafas panjang, menguatkan tekad untuk melakukan ide yang beberapa saat lalu terbersit dalam benaknya.***Arka menghela nafas panjang saat melangkah memasuki rumah. Sebag

  • BELENGGU DENDAM SUAMI KEJAM   MEMAAFKAN

    Jam makan siang tiba, tapi Starla masih tak keluar dari kamarnya. Mungkin karena kakinya masih sakit, meski tak sesakit tadi sebelum Cio membantunya."Bi, Starla belum makan siang?" Tanya Kei yang baru saja tiba di ruang makan. "Belum nyonya, mungkin kakinya masih sakit," jawab Bi Inah.Kei menghela nafas panjang, tadi ia sempat mencurigai Starla. Kepercayaannya pada perempuan itu tak mudah untuk kembali seperti dulu, tapi sepertinya Starla memang tak berbohong, sesuai dengan yang Cio katakan tadi."Biar aku saja yang membawakannya makan siang bi, bibi tolong siapkan yah," kata Kei lagi. Mungkin ia harus meminta maaf pada Starla.Bi Inah mengangguk, "Baik Nyonya," jawabnya.Sembari menunggu makanan untuk Starla siap, Kei meminum jus alpukat kesukaannya, lalu menusuk buah melon yang sudah di potong kecil-kecil dengan garpu. Rasanya manis, Kei sangat menyukainya, apalagi buah melon itu mampu mengusir rasa mualnya ketika makan.Beberapa saat kemudian, nampan berisi makanan untuk Starla

  • BELENGGU DENDAM SUAMI KEJAM   KECURIGAAN KEI

    Starla menepis tangan Cio saat pria itu hendak memapahnya dan membantunya berjalan, “Aku bisa sendiri,” katanya dengan sedikit ketus.Cio mengerutkan dahinya, bukankah beberapa saat yang lalu sikap gadis itu sudah sedikit mencair? Atau karena ada hal urgent saja Starla mau bicara dengannya?“Kaki kamu terkilir, aku hanya ingin membantumu,” ucap Cio. Pria itu mengerutkan dahi saat Starla memanggil pak Bimo yang masih berbicara dengan petugas pemadam kebakaran yang berhasil menaklukan ular cobra di sana.“Pak, tolong banti saja ke sana,” Starla menunjuk sebuah bangku, kakinya benar-benar sakit, sepertinya ia harus beristirahat sebentar.Pak Bimo menatap Cio, ia tak mengerti dengan situasi antara Cio dan Starloa. Tapi taka da salahnya ia bertanya pada Cio lewat tatapan mata. Dan cio memberikan jawaban dengan gelengan kepala, Bimo yang mengerti pun menjawab, “Maaf bu, tapi tangan saya kotor. Tadi saya sempat memegang ular itu.”Cio bersorak dalam hati, Bimo bisa ia ajak berkompromi meski

  • BELENGGU DENDAM SUAMI KEJAM   SEPERTI ORANG GILA

    Cio mengambil payung dari jok belakang, ia buka lalu ia gunakan untuk memayunginya dan Starla. Membuat gadis itu memutar bola matanya dengan malas."Tidak perlu menggunakan payung, aku sudah terbiasa dengan panas," Starla menolak, ia menjauh dari Cio, tapi Cio tak menyerah dan kembali melindungi gadis itu dengan payung."Kalau tidak memakai payung, kepala kamu bisa pusing. Panasnya lagi terik, sudahlah, apa susahnya menurut?"Starla berdecak, tapi ia tak menolak lagi. Mungkin Cio salah meminum obat, kenapa pria itu menjadi sangat perhatian padanya? Biasanya Cio tak akan perduli apapun tentangnya, apalagi sejak kejadian di villa dulu, pria itu bersikap seperti tak mengenalnya.Dulu, ketika mereka bersahabat, Cio memang sangat perhatian, melindungi Starla seperti layaknya melindungi Kei. Tapi setelah kejadian di villa, Cio seperti orang asing. Apalagi Kei menjadi objek balas dendam Arka, Cio semakin membencinya.Lalu kenapa sekarang Cio kembali bersikap baik? Apa pria itu ingin menjalin

  • BELENGGU DENDAM SUAMI KEJAM   KARMA

    Beberapa saat berdiam diri di balik pintu sebuah ruangan, helaan nafas panjang terdengar berhembus dari mulutnya. Setelah benar-benar siap, tangannya terangkat mengetuk pintu di hadapannya."Masuk," sahutan dari dalam sana.Sekali lagi Starla menghela nafas panjang, kemudian ia hembuskan dengan sedikit kasar, jika bukan karena paksaan sang kakak, ia malas menemui Cio lagi. Bukan karena benci, tapi kata-kata pria itu seketika berputar begitu saja ketika ia melihat wajah Cio. Dan hal itu membuat hatinya kecewa."Selamat pagi pak."Suara itu membuat Cio sontak mengalihkan pandangan, tanpa ia sadari, bibirnya melengkung mengukir senyum, "Starla?" sapanya."Maaf pak, saya kesini ingin melakukan peninjauan proyek, apa Zifa bisa menemani saya?" Starla tak ingin berbasa-basi bicara, ia langsung membicarakan tujuannya datang kesana."Zifa?" ulang Cio, mungkin ia ingin mengatakan, KENAPA HARUS ZIFA? AKU ADA DI SINI!Starla mengangguk, "Kalau begitu, saya langsung ke ruangan Zifa saja. Permisi,

  • BELENGGU DENDAM SUAMI KEJAM   PERMINTAAN

    "Kenapa aku lagi kak? Kakak saja, aku sibuk," tolak Starla saat Arka kembali memintanya bertemu dengan Cio untuk meninjau proyek mereka."Kakak lebih sibuk darimu, ayolah Star, kakak akan memberikan tanggung jawab penuh untukmu di proyek ini. Bukankah ini jalan yang menguntungkan untuk karirmu? Ini proyek pertamamu, dan ini bukan proyek abal-abal, Star. Proyek besar loh, kalau kamu berhasil, kemampuan kamu akan di perhitungkan banyak lawan," Arka terus membujuk. Melihat perkembangan mental sang adik yang sudah sangat baik, ia ingin Starla juga bisa seperti dirinya, berdamai dengan masa lalu lalu hidup lebih tenang dan bahagia. "Kakak, aku tidak perduli dengan karirku, aku bekerja hanya untuk belajar dan juga membantumu. Jadi kakak saja yang pergi," tolak Starla lagi, ia enggan bertemu dengan Cio. "Tapi kamu sudah pintar, kamu tidak perlu belajar lagi. Kamu hanya perlu menunjukkan kemampuanmu pada semua orang. Star, kelak yang akan memegang perusahaan ini juga kamu, kamu harus mencar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status