공유

BAB 10 : Kopi Hitam

작가: TenMaRuu
last update 최신 업데이트: 2025-07-10 19:26:54

Cklek!!

Pintu itu tertutup di belakangnya.

Bunyi klik pelan itu terdengar begitu final, seperti kunci yang diputar di sebuah sangkar emas yang maha luas.

Alina tidak langsung bergerak. Ia hanya mematung di dekat pintu, punggungnya menghadap ke ruangan yang terasa asing.

Napasnya seolah tertinggal di luar sana, di koridor.

Kamar ini begitu besar, rasanya lebih luas dari seluruh ruang tamu di ruko Cipta Ruang Estetika. Langit-langitnya menjulang tinggi, dibingkai jendela kaca raksasa yang menyajikan pemandangan laut malam yang kelam dan tak bertepi.

Semuanya sempurna. Semuanya mahal.

Dan semuanya terasa begitu dingin.

Keheningan di antara mereka terasa tebal, nyaris bisa disentuh. Alina bisa merasakan kehadiran Revan di belakangnya seperti hawa dingin yang merambat, tapi ia tidak berani menoleh.

Adrenalin yang sejak tadi membuatnya berdiri tegak, yang memberinya keberanian untuk bernegosiasi, kini surut drastis seperti ombak yang ditarik paksa ke tengah laut.

Meninggalkan kehampaan.

Dan kelelahan yang luar biasa, yang terasa sampai ke tulang.

Tiba-tiba, dunia di sekelilingnya miring tanpa peringatan.

Lantai kayu yang kokoh terasa bergoyang di bawah kakinya, dan pandangannya menyempit menjadi sebuah terowongan gelap.

Ia terhuyung, tangannya meraba-raba dinding dingin, mencari pegangan pada kenyataan yang terasa lepas.

Seluruh energi di tubuhnya seolah lenyap begitu saja, menguap bersama harga dirinya yang baru saja ia gadaikan.

Di seberang ruangan, Revan yang tengah melepas jam tangannya, menyadari hal itu.

Alina tidak mendengar langkah kakinya, tapi ia tahu pria itu mendekat.

Revan tidak berkata apa-apa.

Hanya menunjuk sebuah sofa kecil berwarna krem di sudut kamar. Sebuah perintah tanpa suara.

"Duduk."

Alina menurut. Kakinya sudah terasa seperti jeli, tak sanggup lagi menopang tubuhnya. Ia berjalan gontai dan mendudukkan dirinya dengan berat di sofa itu.

Kainnya terasa lembut, tapi tidak memberikan kenyamanan apa pun.

Beberapa saat kemudian, Revan kembali.

Ia meletakkan sebotol air mineral yang dingin di atas meja kopi di depan Alina. Embun di botol itu langsung meninggalkan jejak di permukaan kayu yang mengilap.

Saat itulah, pandangan Revan tak sengaja jatuh pada sesuatu.

Buku sketsa Alina.

Buku dengan sampul hitam polos yang sudutnya sedikit terkelupas itu tergeletak di atas kopernya yang terbuka, sebuah pensil 2B terselip di antara halamannya.

Sebuah benda yang begitu personal, begitu penuh dengan coretan ide dan mimpi, terlihat sangat tidak pada tempatnya di tengah kemewahan yang steril ini.

Revan terdiam sejenak.

Untuk sesaat, garis rahangnya yang selalu kaku itu terlihat sedikit mengendur. Tatapannya yang biasanya tajam kini kehilangan fokus, seolah menembus dinding kamar ini untuk melihat sesuatu dari masa lalu.

Keheningan itu berlangsung cukup lama, sebelum akhirnya ia berbicara.

Suaranya datar, hampir seperti gumaman pada dirinya sendiri.

"Dulu aku juga sering begadang sampai pagi…"

Alina mengangkat kepalanya, sedikit bingung.

"...hanya untuk menyelesaikan satu detail fasad."

Revan masih menatap buku sketsa itu, bukan Alina.

"Kopi hitam adalah satu-satunya teman."

Setelah mengatakan itu, ia berbalik, memecah mantra aneh yang baru saja tercipta. Ia berjalan menuju lemari pakaiannya, seolah kalimat tadi tidak pernah terucap.

Meninggalkan Alina yang terpaku di sofa.

Ia menatap punggung Revan yang menjauh, lalu menatap botol air mineral di atas meja.

Pengakuan kecil itu…

Sebuah kalimat sederhana yang tidak ada dalam kontrak. Sebuah kalimat yang tidak punya tujuan bisnis.

Itu adalah sebuah retakan.

Sebuah retakan kecil di dinding es yang selama ini ia kira tidak akan pernah bisa pecah.

Dan entah kenapa, itu terasa jauh lebih berbahaya daripada semua ancaman dan perintah Revan sebelumnya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 10 : Kopi Hitam

    Cklek!!Pintu itu tertutup di belakangnya.Bunyi klik pelan itu terdengar begitu final, seperti kunci yang diputar di sebuah sangkar emas yang maha luas.Alina tidak langsung bergerak. Ia hanya mematung di dekat pintu, punggungnya menghadap ke ruangan yang terasa asing. Napasnya seolah tertinggal di luar sana, di koridor.Kamar ini begitu besar, rasanya lebih luas dari seluruh ruang tamu di ruko Cipta Ruang Estetika. Langit-langitnya menjulang tinggi, dibingkai jendela kaca raksasa yang menyajikan pemandangan laut malam yang kelam dan tak bertepi.Semuanya sempurna. Semuanya mahal.Dan semuanya terasa begitu dingin.Keheningan di antara mereka terasa tebal, nyaris bisa disentuh. Alina bisa merasakan kehadiran Revan di belakangnya seperti hawa dingin yang merambat, tapi ia tidak berani menoleh.Adrenalin yang sejak tadi membuatnya berdiri tegak, yang memberinya keberanian untuk bernegosiasi, kini surut drastis seperti ombak yang ditarik paksa ke tengah laut.Meninggalkan kehampaan.Da

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 9 : Syarat bagai bumerang

    Dunia di sekitar Alina tiba-tiba hening, seperti napas yang tertahan terlalu lama.Suara ombak yang tadi mengalun lembut, menenangkan hati, kini lenyap entah ke mana. Napasnya sendiri terasa tersendat, detak jantungnya yang tadi berlomba kencang seolah ikut tercekat di dada.Hanya ada dengung halus yang menusuk telinganya—tajam, nyaring, dan tak mau pergi.Di tengah semua itu, dua kata berputar liar di kepalanya, seperti jarum jam yang macet: penawaran bisnis.Koridor remang-remang itu terasa membeku bersamanya. Revan berdiri di sana, bayangan dingin dengan pesona yang selalu membuat Alina merasa kecil—tapi kali ini, ia tak benar-benar melihatnya. Matanya kosong, menatap jauh ke dalam dirinya sendiri.Di sana, di sudut pikirannya yang kelam, ada panggung lain yang jauh lebih menyakitkan, dan tirainya baru saja tersingkap.Wajah ayahnya muncul pertama kali, seperti lukisan tua yang warnanya mulai pudar. Pundak yang dulu gagah kini melengkung, ditindih beban yang seharusnya tak pernah i

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 8: Tawaran Manis atau Pahit?

    kalimat "Waktu Pribadi" itu menggantung di udara yang hangat, terasa lebih dingin daripada tatapan mata Revan.Apa artinya ‘waktu pribadi’ bagi dua musuh yang terperangkap dalam status suami-istri di sebuah pulau terpencil?Alina tidak perlu menunggu lama untuk mencari tahu.Tanpa sepatah kata pun, Revan berbalik dan berjalan menuju koridor yang sama tempat kamar Alina berada.Jantung Alina berdebar begitu kencang.Rasanya seperti akan melompat keluar dari dadanya.Setiap langkah Revan di atas lantai kayu yang mengkilap terdengar seperti ketukan palu hakim yang akan membacakan vonis.Alina mengikutinya. Bukan karena patuh, tapi karena ia tahu, berlari pun tidak ada gunanya. Di pulau ini, Revan adalah rajanya.Pria itu tidak berhenti di depan kamar Alina. Tidak juga di depan kamarnya sendiri.Ia berhenti di depan sebuah pintu ganda yang besar dan megah di ujung koridor.Pintu kamar tidur utama.Kamar tidur… mereka.Ya.. Di sinilah pertunjukan berakhir. Di sinilah kenyataan yang paling b

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   Bab 7: Skenario Makan Malam

    BAB 7: SKENARIO MAKAN MALAMAlina berdiri di tengah kamarnya yang luas, matanya tertambat pada gaun yang terhampar di atas ranjang.Gaun sutra itu berwarna biru laut, dalam dan pekat, dengan kain yang lembut mengalir sempurna—jenis yang langsung terbayang harganya tak murah.Tapi baginya, gaun itu tak lebih dari sehelai kain asing. Tak ada cerita yang tersimpan di lipatannya, tak ada kenangan yang menempel di jahitannya.Persis seperti dirinya malam ini: ‘kosong’, tapi harus berpura-pura ‘penuh’.Baiklah, pikirnya dalam hati, nada pasrah mengendap pelan. Malam ini, aku jadi orang lain. Bukan masalah besar.Gaun itu bukan cuma pakaian. Ia adalah jubah peran, lambang bahwa Alina telah menyetujui skenario yang sudah digariskan Revan Adhitama—sutradara sekaligus penguasa cerita ini.Ada secercah dorongan di hatinya untuk melawan, untuk mengenakan kaus lusuh dan celana pendek saja, sekadar mengguncang pria itu. Tapi lalu apa? Revan takkan mengangkat alis pun. Dia memang tak pernah peduli.J

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 6 : Sangkar Emas yang Sempurna

    Pertanyaan ‘bagaimana dia bisa tahu?’ menghantam Alina lebih keras daripada ombak tadi.Lututnya terasa lemas.Bukan karena kekaguman pada vila itu lagi, melainkan karena rasa ngeri yang aneh dan merayap dingin di tulang punggungnya.Pria ini… seolah bisa membongkar isi kepalanya. Selera arsitekturnya, sesuatu yang begitu personal, bagian dari jiwanya yang paling murni dan ia banggakan, terasa seperti sebuah buku terbuka yang baru saja dibaca Revan dengan mudahnya. Ia merasa telanjang, bukan secara fisik, tapi secara intelektual. Identitas profesionalnya, benteng terakhirnya, kini terasa sudah luber begitu saja.Ini lebih menakutkan daripada semua kontrak dan aturan yang ia buat.Revan tidak menunggu jawaban. Ia melangkah melewati Alina yang masih mematung, berjalan masuk ke dalam vila seolah kalimatnya tadi adalah sebuah hukum alam yang tidak perlu diperdebatkan.Dengan enggan, Alina mengikutinya masuk, setiap langkah terasa berat.Interiornya sama menakjubkannya dengan eksteriornya.

  • Istri Kontrak Tuan Pewaris Dingin   BAB 5 : Telah Tiba di 'Neraka'

    Deru mesin speedboat yang membelah laut biru menjadi satu-satunya suara yang mengisi keheningan di antara mereka. Alina memeluk tasnya erat-erat, berusaha memfokuskan pandangan pada garis cakrawala yang membentang lurus.Aku tidak akan terlihat lemah di depannya.Batinnya terus merapal mantra itu.Awalnya, perjalanan itu terasa baik-baik saja. Guncangan kecil bahkan terasa menenangkan.Namun, saat kapten kapal menambah kecepatan dan ombak mulai sedikit meninggi, perut Alina mulai bergejolak. Rasa mual yang aneh itu merayap naik dari ulu hatinya.Ia menelan ludah, berusaha menekannya kembali.Ia melirik Revan sekilas. Pria itu duduk dengan tenang, punggungnya lurus, menatap lurus ke depan seolah guncangan kapal sama sekali tidak berpengaruh padanya.Tentu saja. Pria seperti dia pasti sudah terbiasa dengan kemewahan seperti ini.Sementara Alina, seorang arsitek yang lebih sering berjibaku dengan debu proyek daripada deburan ombak, kini merasakan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status