Dunia di sekitar Alina tiba-tiba hening, seperti napas yang tertahan terlalu lama.Suara ombak yang tadi mengalun lembut, menenangkan hati, kini lenyap entah ke mana. Napasnya sendiri terasa tersendat, detak jantungnya yang tadi berlomba kencang seolah ikut tercekat di dada.Hanya ada dengung halus yang menusuk telinganya—tajam, nyaring, dan tak mau pergi.Di tengah semua itu, dua kata berputar liar di kepalanya, seperti jarum jam yang macet: penawaran bisnis.Koridor remang-remang itu terasa membeku bersamanya. Revan berdiri di sana, bayangan dingin dengan pesona yang selalu membuat Alina merasa kecil—tapi kali ini, ia tak benar-benar melihatnya. Matanya kosong, menatap jauh ke dalam dirinya sendiri.Di sana, di sudut pikirannya yang kelam, ada panggung lain yang jauh lebih menyakitkan, dan tirainya baru saja tersingkap.Wajah ayahnya muncul pertama kali, seperti lukisan tua yang warnanya mulai pudar. Pundak yang dulu gagah kini melengkung, ditindih beban yang seharusnya tak pernah i
Terakhir Diperbarui : 2025-07-09 Baca selengkapnya