Home / Romansa / BENIH PRESDIR LUMPUH / Bab 38 Mendesah Pelan

Share

Bab 38 Mendesah Pelan

Author: Simbaradiffa
last update Last Updated: 2024-12-05 00:03:06

William dengan refleks berdiri dari kursi rodanya seperti orang yang hendak berjalan, menangkap tubuh Fiona yang hampir jatuh ke lantai. Namun, karena tubuh William yang tidak stabil, membuatnya ikut terjatuh secara bersamaan. Dengan cepat, dia menggunakan tangannya untuk menahan kepala Fiona agar tidak terbentur lantai.

Sejenak William menatap Fiona yang terpejam. “Fiona!” panggil William panik, mengguncang tubuhnya yang lemas. Dia mencoba membangunkan Fiona, tapi wanita itu tidak merespons. Wajah cantiknya begitu pucat.

Rasa bersalah menyelimuti hati William. Dia memeluk Fiona erat, mencoba menenangkan dirinya yang mulai diliputi kepanikan. Dengan tangan gemetar, dia merogoh sakunya dan menelepon Max.

Tidak butuh waktu lama, Max datang membantu William membawa Fiona keluar dari ruangan itu. Mereka segera membawanya ke mobil dan meluncur ke rumah sakit terdekat.

Di perjalanan, William terus memegang tangan Fiona yang dingin. Tatapannya penuh rasa bersalah. Untuk pertama kalinya dalam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 103 Semua Menjadi Gelap.

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah tirai kamar, menciptakan pola cahaya di lantai kayu. Nessa terbangun dengan kepala berat, mengingat kejadian semalam yang masih membekas. Namun, suasana pagi ini terasa berbeda. Dawson kini terlihat lebih hangat.“Pagi,” sapa Dawson sambil menyodorkan secangkir teh.Nessa menerima cangkir itu. “Terima kasih,” jawabnya pelan.Dawson duduk di kursi samping Nessa, menatap ke arahnya. “Aku bisa mengantarmu ke kampus hari ini,” ucapnya.Nessa menggeleng pelan. “Hari ini aku tidak ada kelas,” jawabnya.Dawson mengernyit, matanya menelusuri pakaian rapi yang dikenakan Nessa. “Tapi kau sudah berpakaian rapi. Mau ke mana?”Nessa menarik napas dalam-dalam. “Aku bekerja paruh waktu di sebuah kafe. Hari ini aku berniat mengundurkan diri.”Dawson terdiam sejenak, lalu bertanya, “Untuk apa kau bekerja? Bukankah aku sudah bilang, kau tidak perlu memikirkan hutang itu lagi?”“Sebelum kamu mengetahui utang itu, aku sudah bekerja. Aku ingin menyel

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 102 Terjebak Dalam Rasa

    Satu langkah di belakangnya, Nessa terus menatap sekeliling.Bukan ini yang dia bayangkan. Ketika pria itu memintanya menjadi pacar pura-pura untuk satu malam, ia mengira akan dibawa ke restoran mewah, seperti duduk berdampingan dengan gaya formalitas, dan selesai. Namun, ternyata dia malah mengajaknya ke klub malam.Nessa menarik tangannya untuk berhenti.“Tunggu. Ini bukan restoran.”Nada suaranya curiga, bahkan sedikit dingin.Pria itu menoleh santai. “Ya, bukan. Tapi aku tidak pernah bilang aku akan membawamu ke restoran.”“Kau mau apa? Jangan bilang—”“Kau berpikir aku akan berbuat yang tidak-tidak?” ucapnya menyela dan tersenyum sinis. “Kalau aku punya niat buruk, aku tidak akan repot-repot membuatmu berpura-pura jadi pacarku.”Nessa mengernyit. “Kau tetap saja menyebalkan.”“Kau harus berhenti memanggilku begitu … mulai sekarang,” katanya cepat. “Setidaknya malam ini, saat di depan teman-temanku, panggil aku dengan benar—namaku Ethan.”“Terserah. Tapi aku tetap tidak mau masuk

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 101 Karena Sentuhan Itu

    Nessa terdiam, sama sekali tidak marah dengan Dawson yang tiba-tiba menciumnya. Dawson yang tidak mendapatkan penolakan dari istrinya, kembali mencium Nessa lebih dalam lagi.Suasana di dalam kamar tiba-tiba berubah menjadi hangat yang menggantung di udara, tetapi di sela-sela ciuman mereka. Ponsel Dawson berdering keras, memecah suasana. Ia segera menghentikan ciuman itu dan menoleh ke arah nakes, tempat ponselnya diletakkan.Dawson segera bangkit dari atas ranjang dan menjauh. Nessa tetap di tempat. Ia menggigit bibirnya sendiri. Jantungnya masih berdetak cepat. Ia hampir terbawa arus perasaannya.Dari kejauhan, terdengar suara Dawson berbicara lewat telepon, tapi terlalu pelan untuk didengar jelas.“Ya, aku mengerti. Aku akan mengurusnya malam ini...” “Tidak. Jangan lakukan apa pun sebelum aku tiba.”Nessa akhirnya membalikkan badannya ke sisi lain, menarik selimut dan memejamkan mata.Beberapa saat kemudian, Dawson kembali. Ia melihat istrinya sudah tertidur, napasnya teratur.

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 100 Sudah Mengecup Bibirnya

    Salah satu dari mereka—yang paling depan—menatap Nessa dari ujung rambut sampai ke kaki, lalu menyeringai.“Apa aku tidak salah lihat? Jangan-jangan kamu sudah jatuh miskin, sampai kerja di tempat seperti ini?”Nessa menarik napas panjang. Menahan semua amarah yang sudah menggelegak di tenggorokannya. Ia mencoba menatap mereka dengan tenang dan berkata, “Apa ada yang ingin dipesan? Kalau tidak, silakan pergi. Anda menghalangi pelanggan lain.”Jawabannya itu seperti cambukan yang menghantam harga diri ketiganya. Salah satu dari mereka melangkah maju, hendak membalas dengan sindiran lain, tapi suara dingin menghentikannya. “Cukup.”Suara itu berasal dari pria menyebalkan yang sejak tadi berada di samping Nessa. Mereka semua menoleh ke arahnya.Tatapan matanya tajam, dingin, tanpa senyum sedikitpun.“Jika tidak ingin membeli apa pun, silakan pergi dari sini. Atau kalian harus membayar kerugian minuman yang kalian buat jatuh.”Gadis-gadis itu tampak tidak percaya. Salah satunya mencoba

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 99 Sepasang Tangan Kokoh

    Pria itu—dengan jas hitam dan mata tajam—tersenyum melihat siapa yang baru saja masuk dan melamar kerja di tempat itu.“Wow … kita bertemu lagi lebih cepat dari yang kukira.”Nessa langsung memutar bola matanya. Dalam hati, ia menghela napas panjang. ‘Harusnya aku curiga kenapa tempat ini terasa kurang bersahabat sejak masuk.’Ia menoleh pelan ke arah sumber suara, dan benar saja—pria menyebalkan dari lampu merah itu. Pria yang hampir menabraknya. Pria yang sekarang duduk santai sambil menikmati kopinya, seperti sedang menonton pertunjukan yang menghibur.“Kenapa kau ada di sini?” tanya Nessa malas, suaranya datar.Pria itu menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, masih dengan senyum mengganggu di wajahnya. “Kebetulan. Ini kafe favoritku. Aku sering mampir ke sini setelah jam kantor.”“Dan kebetulan aku melamar kerja di tempat yang salah,” gumam Nessa pelan, lebih untuk dirinya sendiri.“Tidak salah, kok. Bahkan menurutku… ini sangat menarik, kita bisa bertemu setiap hari,” jawab pria i

  • BENIH PRESDIR LUMPUH   Bab 98 Jangan Sentuh Aku

    Pagi itu langit mendung, seolah menyamai suasana hati Nessa. Ia baru saja keluar dari rumah Evelyn, setelah semalaman tidur dengan gelisah. Meski Evelyn berusaha menenangkannya, rasa tidak tenang itu masih menggantung di dada. Wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun tanda senang. Matanya lelah, langkahnya malas.Bukannya langsung pulang, Nessa memilih berjalan kaki di trotoar, membiarkan angin dingin pagi menyapu wajahnya. Ia tidak ingin cepat-cepat kembali ke rumahnya. Rasanya pengap. Terlalu banyak pikiran.Di pinggir jalan, lampu lalu lintas telah berubah. Nessa melangkah maju begitu lambat saat menyeberang. Namun pikirannya terlalu sibuk untuk memperhatikan sekeliling. Ia tidak menyadari bahwa sebuah mobil melaju cukup kencang dari arah kanan yang akan menerobos jalanan. Mobil itu berusaha berhenti, namun jaraknya terlalu dekat.Suara klakson berbunyi. “KLAKK—!”Sopir itu membanting setir ke kanan, dan BRAKKK!—mobil menabrak pembatas jalan dan berhenti mendadak. Orang-orang di seki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status