"Bu...!" Panggil Kimmy setelah menuruni tangga dan tidak melihat siapa-siapa.
"Tristan....!" panggilnya sambil menengok ke ruang samping yang juga kosong.
Kimmy bingung karena tidak mendapati siapapun di rumahnya. Di dapur juga tidak ada orang padahal biasanya pagi-pagi begini ibunya masih berkutat membuat sarapan. Kimmy belum masuk kerja karena kakinya masih agak pincang , mungkin besok dia baru bisa kembali memakai sepatu.
Kimmy lapar dan ternyata ibunya juga belum masak, terpaksa dia mendadar telur untuk sarapan. Belum sampai Kimmy menghabiskan telur dadarnya tiba-tiba dia mendengar deru mobil memasuki halaman. Kimmy langsung berdiri untuk mengintip dari jendela dapur.
"Dari mana saja kalian?" Heran Kimmy begitu melihat Tristan dan ibunya keluar dari mobil dangan menenteng barang belanjaan.
"Ibu dari belanja, Kim. Memangnya apa yang kau lihat? tidak mungkin ibu pergi arisan hanya pakai daster."
"Ibu pergi ke pasar menggunakan mobil sepert
Kimmy heran karena saat dirnya pulang dari kantor, teryata Tristan juga masih di kamar. Tadi siang sebenarnya Tristan sepat membantu ibu Kimmy membenahi kran air, karena malah tambah rusak akhirnya mereka menyerah dan memanggil tukang. Tristan kembali lagi ke kamar setelah itu dan menurut ibu Kimmy, dia memang belum keluar lagi. Karena khawatir Kimmy pun hanya meletakkan tasnya di meja kemudian langsung menengok Tristan di kamarnya. "Tristan..." dia memanggil dulu untuk permisi. "Masuklah." Kimmy semakin heran melihat Tristan yang sedang fokus menyusun sobekan kertas di atas nakas. "Apa yang kau lakukan? " Karena penasaran Kimmy pun langsung mendekat. "Aku akan menghapalkannya untuk menciummu." Kimmy langsung menyeringai aneh. "Aku tidak akan memaksamu lagi, Kim," kata Tristan saat mendongak untuk menatap Kimmy yang masih berdiri di depannya. "Aku akan sabar menunggumu sembuh dan siap untukku lagi."
Minggu pagi Kimmy buru-buru bangun karena sedang senang hatinya dan berniat untuk mengajak tristan jalan-jalan. Tapi saat dia turun ternyata Tristan malah masih belum kelihatan."Apa Tristan belum bangun, Bu?" tanya Kimmy menghampiri ibunya yang masih membuat sarapan pagi.Sang ibu hanya mengedikkan bahu yang artinya memang tidak tahu dan sama-sama belum melihat Tristan. Kimmy jadi curiga jika Tristan masih bersikeras hapalan lagi. "Tristan..." Kimmy memanggil dulu seperti biasa sebelum masuk ke kamarnya. Tapi kali ini Tristan tidak menjawab dan ternyata pria itu masih tidur bahkan nampak sedang malas bergerak.Kimmy berjalan pelan mendekati Tristan, untuk sekedar memastikan apa dia baik-baik saja karena jujur saja Kimmy juga mulai khawatir melihat Tristan seperti itu."Tristan kau demam!" kaget Kimmy begitu menyentuh dahinya yang terasa panas."Apa kau mandi lagi di malam hari?"Tristan tidak menjawab tapi sepertin
Tristan terlihat pucat dan tiba-tiba jatuh pingsan karena mungkin sejak tadi ia sudah coba menguatkan diri untuk membawa Kimmy sampai di rumah.Kimmy langsung panik dan lupa dengan keterkejutan bang Hanif karena setelah itu ia langsung sibuk menggoncang-goncang tubuh Tristan yang lemas tak bergeming di atas halaman paving."Tristan...bangun Tistan..." pria itu masih sama sekali tidak merespon dan telapak tangannya juga dingin."Bang tolong aku," Kimmy mendongak pada tunangannya yang masih berdiri kaku, kemudian Kimmy juga berteriak memanggil ibunya.Mereka semua membawa Tristan ke dalam rumah."Apa kita harus membawanya ke rumah sakit?"panik ibu Kimmy.
Pagi harinya Kimmy kembali ijin untuk tidak turun bekerja karena masih menghawatirkan kondisi Tristan. Kimmy minta untuk mengerjakan semua pekerjaannya dari rumah saja, toh Tristan juga belum ada di kantor jadi sebagian besar pekerjaan Kimmy masih bisa dia tangani dari rumah. Kimmy hanya bohong pada Jacline jika dirinya sedang kurang enak badan. Sebenarnya Kimmy juga tidak sepenuhnya bohong karena dia sendiri memang agak lesu karena kurang istirahat dan terlalu banyak pikiran.Tristan terlihat cukup sehat dan sama sekali tidak membahas apapun tentang ingatannya sejak ia bangun tadi pagi. Bahkan dia lebih sibuk membantu ibu Kimmy di banding menghiraukan Kimmy yang ada di rumah tapi masih sibuk dengan pekerjaannya.Tristan sedang membantu ibu Kimmy menyiram tanaman di halaman ketika Hanif datang. Tristan hanya terlihat acuh tak menghirauk
[jangan lupa minum obatmu tepat pawaktu]Kimmy meninggalkan secarik pesan di atas nakas yang langsung Tristan temukan begitu dirinya bangun.Kimmy sudah berangkat pagi-pagi karena ada beberapa laporan yang harus segera ia selesaikan sebelum rekan kerjanya uring-uringan di akhir bulan. Maklum dia sudah terlalu banyak mengambil libur bulan ini. Atau mungkin dia bisa di pecat bulan depan jika masih saja bekerja dengan kualitas seperti ini. Walaupun sejak awal Kimmy tidak pernah ingin bekerja untuk Tristan tapi bagaimanapun ia tetap harus memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya.Sebenarnya ini masih pagi, karena itu dia masih tidak percaya ketika melihat Pamela sudah berada di lobby. Kimmy pikir mungkin ada urusan yang agak mendesak mengani tanggung jawab Tristan yang harus ikut dia sele
Tristan mendatangi kamar Kimmy di tengah malam ketika ayah dan ibunya tidur. Tristan berjalan hampir tanpa suara karena itu Kimmy juga sempat terkejut ketika tiba-tiba pria itu sudah ikut naik ke atas tempat tidurnya."Tristan kenapa kau ada di sini? " Kimmy buru-buru bangun untuk duduk."Tidurlah lagi aku bersumpah tidak akan mengganggumu dan akan kembali ke kamarku sebelum ayah dan ibumu bangun.""Tidak Tristan. Kembalilah ke kamarmu! " tegas Kimmy coba menatap Tristan dengan tegas meskipun dengan pencahayaan kamarnya yang masih agak gelap."Aku hanya ingin tidur bersamamu, dan aku bersumpah tidak akan menyentuhmu atau minta yang macam-macam."Kimmy beringsut mundur untuk mengambil
"Ibu pikir Tristan menjemputmu?" tanya ibu Kimmy begitu melihat putrinya pulang seorang diri dengan wajah malas."Tidak,Bu. Sepertinya Tristan pulang ke rumahnya sendiri.""Apa maksudmu?" ibu Kimmy langsung kembali bertanya sambil mengangkat gagang spatula dari penggorengan."Ingatannya sudah pulih dan dia mungkin tidak akan kemari lagi." Sedih Kimmy sambil melihat nasi goreng yang belum selesai dibuat ibunya."OH, sayang sekali." ibu Kimmy pun ikut memperhatikan nasi goreng yang baru setengah jadi dia buat. Meski sebenarnya bukan hanya sekedar makanan tersebut yang membuatnya sedih. Bagaimanapun Tristan sudah seperri anak laki-laki baginya.Nampaknya ibu Kimmy juga jadi enggan untuk
Walaupun Kimmy sudah bertekat untuk melanjutkan hidupnya sendiri tapi nyatanya hanya beberapa hari dia tidak melihat Tristan berkeliaran di rumahnya saja ia sudah rindu seperti ini. Kimmy juga tidak melihat Tristan kembali muncul di kantor, dan yang membuat Kimmy semakin tidak nyaman adalah tatapan rekan-rekan kerjanya. Sejak keributannya dengan Pamela tempo hari, semua orang jadi pada suka berbisik-bisik tiap kali dirinya berlalu di depan mereka. Ada yang menatap jijik, ada pulan yang menyeringai miris tanpa simpati. Kimmy yakin semua orang telah beranggapan kotor tentang dirinya yang telah menggoda Tristan Murai. Bahkan Jacline sama sekali tidak percaya jika tidak ada permainan kotor di antara mereka."Jangan bilang selama ini sebenarnya kau juga tahu kemana Tristan menghilang!" kesal Jacline karena Kimmy yang masih saja berkelit dengan semua tuduhannya sebagai penghianat yang tega menghianati pria sebaik Hanif."Apa kau juga ingin menghakimiku seperti mereka?" kata