Share

Bab 7 Perdebatan

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 14:55:58

"Jika aku mengatakan yang sejujurnya, apa kamu menerima alasan itu, Ken?" ulang Devano dengan tatapan menuntut jawaban.

Kenanga justru memalingkan wajah dari laki-laki berwajah tampan itu. Menurutnya, apa pun alasan mereka telah menjadikan taruhan adalah sesuatu yang murahan. Dia bukanlah barang yang bisa dijadikan alat taruhan.

Bi Ina yang tidak ingin terlibat pembicaraan dengan kedua anak muda itu, memberi isyarat keluar dari kamar. Kenanga menatap langkah Bi Ina, lalu berpaling pada Devano dengan tatapan sinis.

"Kenapa diam, Ken? Aku melakukan itu karena aku ..."

"Karena kamu dan Dion sama saja, Kak! Aku mengenalmu dari kita sama-sama kecil, tapi setelah kamu berteman dengan Dion, lantas mengabaikan pertemanan kita!"

"Kenangaaaa ... bukan itu alasannya!" Devano menekan suaranya.

"Aku tidak butuh alasan, Kak. Jadi, biarkan aku pergi dari sini. Aku benci kalian berdua!" sentak Kenanga sembari bangkit.

Devano ikut bangkit seraya meletakkan mangkuk ke atas meja. Laki-laki itu segera menghalangi Kenanga yang mengambil paksa kopernya. Devano tidak menyerah. Dengan cepat, dia menutup pintu, lalu menguncinya dan mengantongi kunci itu.

"Devano!" sentak Kenanga dengan tatapan tajam. "Buka pintunya, kamu jangan seenaknya begini!" lanjutnya ketakutan.

Devano tidak menggubris. Dia justru maju selangkah mendekati Kenanga hingga membuat wanita itu semakin takut. Selama lebih dari dua puluh tahun berteman dengan Devano, baru kali ini melihat laki-laki itu berbuat nekad.

"Kak, apa yang kamu lakukan?" tanya Kenanga dengan suara bergetar menahan tangis.

Devano menyeringai senang melihat ketakutan di wajah Kenanga. Kenanga terus mundur menghindari Devano hingga tubuhnya bersandar di dinding. Devano terkekeh penuh kemenangan dan semakin mendekati Kenanga.

Kini, jarak di antara keduanya hanya tinggal beberapa centi saja. Devano yang bertubuh jangkung itu, meluruskan kedua lengan di sisi tubuh Kenanga. Wajahnya menunduk, menatap dalam Kenanga yang mulai menangis.

"Kakak, aku takut. Lepaskan aku!" pinta Kenanga memelas. Matanya terpejam rapat, membuat air matanya mengalir ke pipi.

"Kamu lucu sekali, Ken!" ucap Devano menggoda.

"Lepaskan aku! Ingat, Kak, aku istrinya Dion, temanmu!"

"Aku sudah tahu. Berjanjilah kamu tidak akan keras kepala lagi, maka aku akan melepaskanmu, Ken!" ucap Devano pelan.

"Janji apa?" tanya Kenanga sembari membuka mata. Pandangannya berkabut, penuh ketakutan.

Devano tersenyum dengan tatapan penuh arti pada Kenanga. "Jangan pergi dari rumah ini, setidaknya sebelum kamu dan Dion baikan!" pintanya.

Devano segera beranjak menuju meja dan mengambil kotak tisu, lalu memberikan pada Kenanga. Dengan ragu, Kenanga mengambil benda itu dan mengusap air matanya.

Dia menatap Devano dengan aneh. Devano memang tidak pernah menyentuhnya selama Kenanga resmi menjadi istri Dion.

"Kak ..."

"Pikirkan tawaranku! Tenangkan dirimu di sini sampai Dion datang menjemputmu, bersimpuh di kakimu, Ken!"

"Tapi aku tidak akan kembali padanya, Kak. Pengkhianatan itu tidak bisa aku maafkan."

"Kamu berkata begitu karena masih emosi, Ken!" sahut Devano sembari tersenyum miris.

"Tidak!" Kenanga menggeleng berkali-kali. "Laki-laki yang selingkuh tidak akan sembuh, Kak. Apalagi, Kak Risma hamil. Dia tidak akan selingkuh jika mencintaiku. Aku akan mendaftarkan gugatan cerai padanya."

"Kamu serius? Tidak akan menyesali keputusanmu, Ken?" tanya Devano memastikan.

Kenanga mengangguk lemah. Meskipun hatinya terlalu sakit dikhianati, toh Kenanga tidak munafik jika dia begitu mencintai Dion.

"Dengan jalan itu, aku akan memaafkannya, juga berhenti mencintai dia, Kak."

"Cinta ... " ulang Devano sembari tersenyum masam.

Laki-laki itu mengangguk, kemudian membuka pintu. Dia menoleh pada Kenanga ketika sampai di ambang pintu. Sudut bibir Devano melekuk tipis. Sebaris senyum yang menyimpan sebuah harapan.

Sejenak, Devano tersadar. Harapan itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Devano tidak ingin gegabah dan dibuai oleh harapan. Seketika, senyum di bibir Devano menghilang dan berganti tatapan sendu.

"Baiklah, nanti sore kita jalan-jalan, ya. Kali ini aku tidak mengharapkan penolakan, Ken!"

Kenanga terdiam, lalu mengangguk samar. "Baiklah, tapi ajak Bi Ina sekalian, ya!" pintanya.

"Tentu saja!" jawab Devano kemudian berlalu.

*

Kenanga menyunggingkan senyum dengan pandangan tidak lepas dari anak-anak yang berlarian. Taman flamboyan sore itu memang ramai dengan anak-anak. Dari jarak beberapa meter, Devano ikut tersenyum melihat Kenanga. Rencana Devano berhasil membuat wanita itu menghilangkan sejenak duka hatinya.

Devano mengarahkan lensa kamera digital pada Kenanga dan mengabadikan wajah wanita cantik itu di sana. Sesekali sudut bibir Devano melengkungkan senyum tipis.

"Rupanya kamu mulai jatuh cinta dengan istriku!" sindir sebuah suara di belakang Devano.

Kedua mata Devano terpejam sejenak, lalu mengerutkan bibir geram. Kedatangan Dion sama sekali tidak diharapkan dan justru merusak suasana sore itu.

Devano menoleh dan tersenyum miring pada Dion. "Sayang sekali, kehadiranmu tidak diharapkan, Dion!" sindirnya.

"Ah, tentu saja. Kamu pasti senang, kan, di antara kondisi keluarga kami?"

"Tentu saja!" jawab Devano, lalu menoleh ke arah Kenanga. "Bukankah itu bagian dari kesepakatan kita, Dion?" lanjutnya, lalu terkekeh.

Dion mengepalkan kedua tangan. "Shit!" umpatnya, lalu mendorong dada bidang Devano.

Keributan kecil itu, terdengar hingga ke telinga Kenanga dan Bi Ina. Kenanga segera berdiri dan meninggalkan kedua orang yang masih adu argumen itu.

"Kenanga, tunggu!"

Kenanga tidak menghiraukan panggilan Dion. Wanita itu mempercepat langkah menuju ke mobil Devano. Namun, langkah Kenanga terhenti ketika melihat Risma berdiri di depan pintu mobil Dion. Kakak tirinya itu menyunggingkan senyum satu sudut sembari bersidekap.

Kenanga langsung membuang pandangan dan memegang tangan Bi Ina. Wajah angkuh Risma semakin membuat Kenanga muak.

"Hei, kenapa kamu terburu-buru, Kenanga? Apa kamu tidak kangen denganku?" tanya Risma, lalu mendekat. Bibirnya yang dipoles lipstik bold itu tersungging senyum kemenangan.

"Kangen? Jangan mengejekku, Kak!"

"Mengejek? Tanpa aku ejek pun kamu sudah menyedihkan, Ken?"

Kenanga menghela napas, lalu melirik Bi Ina. Wanita itu mengisyaratkan pada Kenanga untuk tidak meladeni Risma. Mereka lantas melanjutkan langkah menuju mobil Devano.

"Kenanga!" panggil Risma tidak terima Kenanga pergi begitu saja. "Aku yakin kamu pasti tertarik dengan Devano, kenapa tidak dilanjutkan hubungan kalian?"

"Aku bukan kamu yang tega berkhianat, Kak!"

"Aku penghianat? Asal kamu tahu, Ken, kamulah yang pengkhianat! Apa salahnya aku mengambil milikku, hah?" teriak Risma penuh amarah.

"Apa maksudmu, Kak?"

"Ken, kita pergi! Tidak ada gunanya meladeni mereka berdua!" lerai Devano sembari membuka pintu mobil untuk Kenanga.

"Jangan lupa juga, Dev, tanpa campur tanganmu, pernikahan Dion dan Kenanga tidak akan terjadi!"

"Apa maksud kalian?" tanya Kenanga dengan tatapan menuntut jawaban dari keduanya.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Ekstra Part Terakhir

    Kenanga tersenyum tulus. “Tentu aku ridha dan bahagia, Kak,” jawabnya, lalu mendongak menatap Devano. “Kita lanjutkan hidup ini dengan saling memaafkan dan menjadi keluarga, ya, Sayang!” lanjut Kenanga sambil mengusap lengan Devano dengan lembut. Dion bisa melihat tatapan penuh cinta Kenanga pada Devano. Tidak bisa dipungkiri, ada perasaan cemburu yang masih bercokol di hati menyaksikan kebahagiaan Kenanga dan Devano. Namun, berkali-kali Dion menyadarkan diri jika membiarkan rasa cemburu itu sesuatu yang salah. Kenanga benar, mereka harus melanjutkan hidup dengan pasangan masing-masing. Seketika, Devano mengangguk menyetujui ucapan istrinya. “Tentu saja. Tidak mungkin kita musuhan terus, apalagi ada Carla di antara keluarga ini, kan? Katakan padaku, Yon, kapan kalian menikah. Kami yang siapkan tempat resepsinya.” “Em, biar Risma yang menentukan, Dev,” jawab Dion sembari menatap Risma. “Aku tidak ingin pesta mewah, lebih baik uangnya untuk keperluan Carla nanti,” ucap Risma s

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Ekstra Part 2

    Tiba-tiba perasaan takut itu memenuhi relung hati Kenanga. Dia menunduk, menatap Dzevad yang masih menyusu. Sedangkan Mbak Ayu masih berdiri di ambang pintu menunggu perintah dari bosnya. Dia juga ikut sedih jika Carla dibawa pergi oleh orang tua kandungnya.Pasalnya, kehadiran Carla di dalam keluarga kecil Devano, menjadi hiburan tersendiri. Terlebih ketika Dzevad belum lahir. Merawat Carla dari usia bayi, tentu menimbulkan kedekatan batin pada Devano dan Kenanga. Itu juga yang dirasakan para ART.Mereka juga menganggap Carla seperti anak sendiri, tanpa memandang masa lalu orang tua bocah itu. Bahkan, Devano dan Kenanga dengan bangga memajang foto keluarga bersama Carla di dalamnya.“Apa yang harus kulakukan, Mbak?” tanya Kenanga lirih.Momen ini cepat atau lambat pasti terjadi. Namun, Kenanga tidak menyangka jika mereka datang begitu cepat. Rasanya Kenanga belum siap kehilangan Carla. Dan mungkin tidak pernah siap.“Bu, mungkin mereka hanya ingin melihat baby Dzevad. Rasanya tidak m

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Ekstra Part 1

    "Carla pas ulang tahun nanti minta kado apa, Sayang?” tanya Kenanga sambil mengusap rambut putri cantiknya.Beberapa hari lagi, usia Carla tepat tiga tahun. Bocah berwajah cantik itu menatap polos pada Kenanga, lalu jari telunjuknya mengetuk dagu dengan gerakan ala orang dewasa yang sedang berpikir.Melihat tingkah lucu Carla, Kenanga tertawa kecil, kemudian memeluk bocah itu. Seperti biasa, Carla selalu menghadiahi ciuman gemas di pipi setiap mendapat pelukan dari mamanya.Sejenak, senyum Kenanga memudar ketika teringat sesuatu. Hari ini Risma mendapat kebebasan bersyarat dari tahanan. Sedangkan Dion justru sudah bebas beberapa Minggu yang lalu. Itu artinya? Kenanga menggeleng tanpa sadar jika mengingat keberadaan Carla. Ya, sesuai perjanjian dulu, Dion dan Risma bisa mengambil Carla kapan pun setelah mereka bebas.Namun, hari ini menjelang ulang tahun yang ke-3 Carla, Kenanga akan kehilangan anak asuhnya itu. Ada rasa takut dan tidak rela Carla pergi dari kehidupan mereka. Kenanga

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 72 Tamat

    “Tunggu, Sayang!” pinta Devano ketika melihat Kenanga bersiap kembali turun.Devano meraih tangan Kenanga dan memintanya duduk di sisi tempat tidur. Laki-laki itu mengambil sesuatu dari dalam laci nakas sebelah kiri ranjang. Lantas dia ikut duduk di samping Kenanga.Pandangan Kenanga tertuju pada kotak berwarna biru navy di pangkuan Devano. Tidak ingin istrinya penasaran terlalu lama, Devano membuka kotak itu.Ternyata isinya satu set perhiasan emas putih dan sebuah display key mobil mewah. Devano meraih tangan Kenanga dan meletakkan kotak perhiasan itu di sana.“Ini hadiah pernikahan dariku, kamu yang simpan. Kamu nyonya rumah ini, jadi, mulai sekarang jangan canggung lagi!”Kedua mata Kenanga berkaca-kaca. Tidak hanya diperlakukan seperti ratu, tetapi dimanjakan dengan berbagai kemewahan dari Devano.“Aku akan mengikuti semua aturan kepala keluarga di rumah ini, selagi itu benar. Kuharap ini adalah pernikahan terakhir kita, Mas,” ucap Kenanga, lalu memeluk erat Devano.Di bahu Kenan

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 71 Pernikahan Impian (Menjelang Tamat)

    Langkah Risma diikuti oleh tatapan sendu Kenanga. Wanita itu mengusap matanya yang memanas. Devano merangkul bahu sang istri dengan perasaan bersalah.“Maafkan aku, Sayang,” ucap laki-laki itu lirih.“Aku tidak mempermasalahkan itu, Mas. Cuma merasa aneh saja, kenapa dia langsung menganggapmu special someone?” tanya Kenanga bingung.Memang aneh, jika Risma tidak mengenali Kenanga. Namun, justru merasa begitu dekat dengan Devano. Padahal, dulu Risma sangat membenci Kenanga dan selalu membuat ulah dengan Devano.“Aku juga merasa aneh.” Devano melirik sekitar, kemudian mengajak Kenanga memasuki mobil.Dia tidak ingin Risma kembali melihatnya dan membuat ulah. Sesampai di dalam mobil, Devano tidak juga menjalankan mobilnya. Namun, dia justru menatap ke arah bangunan rumah sakit jiwa itu.“Aku harus mencari cara supaya mendapatkan informasi detail mengenai Risma.”Kenanga langsung menoleh pada suaminya. “Maksud Mas apa?” tanya wanita itu heran.“Sayang, apakah kamu tidak melihat kejanggala

  • BERBAGI RANJANG DENGAN KAKAK TIRI    Bab 70 Kejanggalan

    Deburan ombak di laut lepas sana yang tanpa henti, seolah ikut mengiringi kebahagiaan dua orang di atas tempat tidur itu. Seperti biasa, Devano selalu memuja setiap inci tubuh Kenanga dengan hati-hati. Dia perlakukan Kenanga begitu lembut. Itulah janji Devano, dia memang ingin memperlakukan Kenanga layaknya ratu hingga wanita itu melupakan semua rasa sakit yang pernah ada. Kenanga tersenyum dan sesekali memejamkan mata, ketika ciuman Devano menghujani wajah lembabnya. Udara di sekitar pantai memang dingin kala malam hari. Namun, tidak bagi pasangan suami istri itu. Tubuh mereka justru basah oleh keringat. Devano menyingkirkan anak rambut Kenanga yang terjuntai ke pelipis, lalu mencium kening wanita itu. “Terima kasih, ya, Mas,” ucap Kenanga dengan tatapan dalam. Sebelah tangan Kenanga memeluk bahu tegap Devano. Keduanya saling pandang penuh cinta dan sesekali balas tersenyum. Devano sedikit menoleh, melirik jam digital di atas nakas. Laki-laki itu terkekeh pelan menyadari waktu s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status