Oldi menginginkan Elena dimakamkan di lokasi di mana perempuan itu tewas. Tenaga medis yang datang bersama Bernard tidak keberatan memenuhi permintaan itu. Tapi mereka tidak membawa peralatan untuk prosesi pemakaman, sedangkan peralatan yang ada di kastil rusak berantakan.
Permasalahan baru teratasi setelah dua helikopter jenis angkut militer mendarat di sekitar kastil membawa sebuah peti dan perlengkapan lain untuk prosesi penguburan sesuai permintaan Jonan.
Tidak lama pengurusan jenazah berlangsung, satu jam kemudian Oldi sudah menaburi gundukan tanah merah dengan bunga matahari. Air mata Oldi berderai saat berjongkok dekat batu nisan berupa bongkahan puing yang mengakhiri hidup Elena. Kalung berlian dan tas mungil tergantung di ujung bongkahan yang runcing.
"Di sini aku pertama kali menemukan cintaku," isak Oldi pilu. "Di sini pula aku kehilangan cintaku. Hari-hari begitu singkat bagi kita. Tapi namamu akan terukir s
Seekor burung pemakan daging melayang-layang di udara yang tidak begitu cerah, sesekali terdengar suaranya yang menyeramkan. Tiba-tiba burung itu menukik dengan sayap menguncup ke permukaan sungai, cakar-cakar berkuku tajam mencebur ke air menimbulkan percikan hebat di sekitar, lalu terbang lagi membawa tangkapan ikan. Sungai itu tidak begitu lebar, berair tenang, dan berkelok-kelok membelah hutan belantara. Kanan kiri ditumbuhi pohon-pohon besar dan tua dengan sebagian akar terendam air, berongga-rongga membentuk pemandangan yang menyeramkan. Dahan malang-melintang menutupi angkasa sungai. Tanaman perdu yang hampir mati tumbuh rebah menambah sempit permukaan air. Sepanjang tepian sungai bertanah landai lalu menanjak membentuk lereng hutan. Kabut tipis menyelubungi hutan itu menciptakan aroma mistis. Sebuah perahu bermotor melaju pelan-pelan menuju ke hilir. Perahu model houseboat tanpa dinding, berlantai datar, atap melengkung dengan empa
Seekor ular berbisa bergerak melingkar menaiki batang bakung emas yang tumbuh subur dengan sulur bunga panjang melengkung, lalu berdiri tegak dengan ekor melilit pada sulur bunga. Ular itu berada di jalan yang hendak mereka lewati. Raka bergerak mendekat dari arah belakang. Kakinya berjinjit agar tidak menimbulkan suara. Setelah cukup dekat, tangannya secepat kilat menangkap leher ular dan membuang jauh-jauh. Lalu balik lagi ke mereka yang menunggu di bawah lereng dan mengambil barang bawaan yang teronggok di tanah. Di wajah ketiga gadis itu masih tersimpan perasaan ngeri. Mereka tidak tahu ular jenis apa, tapi pernah melihat keganasan binatang itu di internet. Mereka memasuki hutan baru beberapa meter nyawa sudah terancam. Masuk lebih dalam lagi pasti banyak binatang berbahaya. Inara dan kedua temannya tidak melihat ular itu bertengger di bunga bakung emas karena terselubung kabut. Mereka benar-benar mengandalkan Raka dan Jonan. Mereka tidak ada pers
Rumpun bunga matahari bergoyang tertiup angin. Kupu-kupu besar datang dan terbang berputar-putar mengibaskan sayap yang berwarna-warni, kemudian hinggap di kuntum bunga. Seekor kadal pemangsa tiba-tiba melompat ke luar dari dalam rumpun bunga mencaplok kupu-kupu itu, lalu menelannya sedikit demi sedikit. Inara dan kedua temannya sampai bergidik ngeri melihatnya. Mereka baru tiba dari lembah. Rumpun bunga itu berada di pinggir dataran rumput hijau yang dikelilingi pohon rimbun dan rumpun semak. Raka mengamati situasi sejenak. Padang rumput itu cukup luas, aman dari genangan air bila hujan, dan jika ada ancaman binatang buas bisa diantisipasi lebih awal karena kedatangannya terlihat. "Lokasi ini cukup strategis." Raka berjalan ke tengah padang rumput dan menaruh barang bawaan di atas rumput diikuti teman-temannya. Jonan dan Oldi segera menyiapkan peralatan untuk mendirikan tenda. Raka pergi mencari kayu ke tepi hutan untuk me
Raka mempelajari peta Pulau Tak Bernama sambil makan apel. Oldi dan Jonan makan pir. Inara, Maysha, dan Kirei menyantap potongan buah menggunakan garpu. Mereka duduk mengelilingi meja beralas karpet bulu. Ada lima kaleng minuman dan beberapa butir anggur ruby yang belum tersentuh di meja. Di depan Raka ada botol air mineral. “Ada di mana kita?” tanya Inara. “Sektor empat.” Gadis-gadis itu berpandangan. Ketegangan muncul di wajah mereka. Sektor empat adalah daerah yang harus mereka hindari karena sangat berbahaya. Banyak kejadian yang belum terpecahkan hingga saat ini. “Hutan larangan,” desis Kirei ngeri. “Hutan mana kenal undang-undang?” kicau Oldi. “Ada larangan segala.” “Hutan ini tertutup untuk wisata alam,” kata Kirei ciut. Keganasan hutan ini melelehkan nyalinya. "Ada plank peringatan di sekitar sungai." "Kamu lihat plank itu?" tanya Jonan. Kirei tidak melihat di sepanjang sungai ada papan peringatan.
Sekitar tenda cukup terang dalam penerangan cahaya bulan. Sekali-sekali terdengar suara binatang yang membangkitkan perasaan seram, disusul lolongan panjang serigala. Di dalam tenda, sebuah lampu badai tergantung di tengah-tengah dengan cahaya redup, membuat keadaan di dalam lebih gelap daripada di luar, sehingga kelihatan jika ada binatang buas datang mengancam melalui bayangannya. Raka dan Jonan tidur terlentang di alas tenda tanpa melepas sepatu tactical. Mereka mengenakan celana loreng ala pasukan komando dan kaos crew neck yang elegan. Oldi tidur meringkuk di atas karpet bulu berbantal carrier. Dia memakai penutup kepala, blazer, kaos lengan panjang, dan celana jeans dengan ujung dimasukkan ke dalam kaos kaki tebal. Kelihatan heboh sekali. Kirei dan kawan-kawan berbaring beralas karpet bulu dengan bantal berisi udara. Kirei dan Maysha mengenakan jaket, Inara mengenakan sweat shirt. Tapi waktu itu tidak kelihatan karena sebuah selimut menutupi sel
Ceret yang dijerang di atas kompor mini berbunyi. Inara matikan kompor dan angkat ceret menggunakan serbet, lalu menuangkan airnya ke dalam gelas berisi susu bubuk di atas meja, semuanya ada enam gelas. Diaduknya satu per satu. Selain gelas, di meja ada enam piring kosong lengkap dengan pisau dan garpu. Hari ini dia kebagian jadwal menyiapkan sarapan pagi. Beres membuat susu, Inara meracik sandwich sambil sesekali menoleh ke teras lewat pintu tenda yang terbuka lebar. Kirei, Maysha, dan Jonan duduk santai di atas karpet bulu di teras menunggu hidangan sarapan pagi siap. Kirei bersikeras ingin pulang. "Pokoknya aku mau pulang kalau tim penolong datang. Tidak mau meneruskan petualangan, kapok." Dari semalam gadis itu merengek ingin pulang seperti anak kecil, membuat jengkel teman-temannya. Memangnya di kota gampang panggil taksi? "Berani pulang sendiri?" tatap Inara separuh mencemooh. "Kalau terjadi pelecehan seksual di kapal penjemput, te
Burung-burung berkicau meramaikan hutan. Suara binatang lain sesekali terdengar menyemarakkan suasana. Seekor harimau muncul dari rumpun semak dan mengaum keras. Burung-burung berhenti berkicau. Beberapa kera kecil yang bermain di tanah terkaing-kaing kabur ke atas pohon. Hutan mendadak sepi. Harimau itu berjalan dengan lambat melewati pepohonan. Di suatu tempat, dia mendongak ke sebuah dahan rindang seperti melihat sesuatu. Makhluk misterius bersembunyi di balik rimbunnya daun. Suara tarikan nafasnya yang ganjil dan menyeramkan terdengar sayup-sayup. Harimau itu terpaku diam. Matanya memandang dengan gentar. Makhluk tak kasat mata itu melompat turun dari dahan, berjalan mendekat secara perlahan. Suara tarikan nafasnya terdengar semakin nyaring. Tiba-tiba harimau kabur ketakutan, berlari sekencang-kencangnya menuruni lereng menuju ke lembah. Kejadian itu terlihat oleh Raka di kejauhan. Matanya memicing mencoba melihat lebih
Raka berlari dengan cepat menerabas semak-semak. Dia berharap Jonan menyadari adanya bahaya besar ini sehingga waspada terhadap ancaman yang muncul sewaktu-waktu. Mereka mendirikan tenda di area terbuka. Raka mulanya berpikir lokasi itu aman dari serangan binatang, tapi kemudian menjadi kesalahan besar karena mereka menjadi sasaran empuk orang-orang bersenjata. Makhluk ganas itu adalah ancaman yang paling serius. Dia bisa datang dan membantai mereka kapan saja. Situasi di sekitar tenda terang benderang karena hari ini cuaca sangat cerah, sehingga mereka tidak dapat melihat kemunculan makhluk itu. Hutan jinak ini jadi demikian liar karena kehadiran orang-orang mencurigakan dan makhluk ganjil itu. Mereka membuat wisatawan yang tersesat tidak bisa keluar hidup-hidup dari hutan ini. Raka memilih jalan yang tidak mudah dilewati, daerah yang kemungkinan kecil mereka jelajahi. Dia ingin menghindari kontak senjata dengan orang-orang asing itu sehingga tidak m