Share

17. Perjodohan

Aku tersentak mendengar pernyataan pria beruban itu. Sebagai anak berumur delapan belas tahun tentu saja kata-kata bapak itu sungguh menakutkan. Apalagi saat orang itu tersenyum lebar.

Di mataku dia terlihat seperti menyeringai. Persis serigala yang siap menerkam mangsanya. Refleks tanganku memegang lengan Kakek.

"Coba lihat rumah ini, Nduk!" Tangan laki-laki itu menyapu sekeliling. "Kamu akan tinggal di rumah besar ini kalo kamu bersedia--"

"Mbok sing eling, Yang." Lelaki muda itu langsung menyela, "Eyang ini sudah sepuh. Sudah gak pantes nikah lagi. Apalagi calonnya masih bocah begini," cerocos pemuda itu menggebu-gebu.

Kepalaku refleks mengangguk. Memberikan dukungan pada omongan cucu pria tua itu.

"Owalah, Le ... Le." Juragan Ngarso tertekekeh geli. Hal itu tentu saja membuatku dan cucunya dilanda binggung. "Yo sopo sing mau nikah? Wong Eyang ki wis tua, sudah waktune mikir akhirat. Mosok kepengen nikah," tuturnya sembari memukul pundak cucunya dengan gemas.

"Lah terus sapa yang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status