Share

Bab 14. Hadiah Yang Berharga

Pawana perlahan-lahan telah beringsut dan berusaha untuk turun dan duduk dilantai. Tetapi adalah di-luar dugaannya bahwa Ki patih telah mencegahnya, “Jangan beringsut, Duduk sajalah disitu.”

Pawana masih juga beringsut. Namun sekali lagi ia mendengar Ki Patih itu berkata, “Aku menghendaki kau duduk di tempatmu.”

Pawana tidak berani bergeser lagi. Tetapi keringatnyalah yang kemudian membasahi seluruh tubuh dan pakaiannya.

“Jangan merasa segan,” berkata Ki Patih, “aku yang menghendaki kau duduk disitu. Tidak apa-apa. Kita akan berbicara tanpa ketegangan karena jarak diantara kita.”

Pawana tidak menjawab. Tetapi ia sudah lebih dahulu dicengkam ketegangan.

“Pawana,” berkata Ki Dipayana kemudian, “biarlah aku yang mulai.” Ki Patih itu berhenti sejenak, lalu katanya, “Apakah hari ini kau akan kembali ke Tanah Perdikan Madukara?,”

“Hamba Ki Patih. Hamba akan kembali ke Tanah Perdikan Madukara.” jawab Pawana sambil menunduk.

“Sudah berapa hari kau berada disini?.” bertanya Ki Patih pula.

Pawan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status