Home / Horor / BONEKA KEMATIAN / KEANEHAN YANG TERJADI

Share

KEANEHAN YANG TERJADI

Author: Alya Snitzky
last update Last Updated: 2025-03-13 13:01:19

Pada malam harinya, Daru baru saja selesai menidurkan anak perempuannya dan akan bersiap tidur. Tiba-tiba suara seperti gelas pecah dan sesuatu yang terjatuh terdengar dari dapur.  Ia pun bergegas melangkah ke dapur untuk memeriksa.

Ketika tiba di dapur, ia melihat alat-alat masak jatuh dan beberapa barang berserakan di lantai. Tampak Mbok Inah datang dengan tergopoh-gopoh.

“Loh, ini kok berantakan, Pak?”

“Saya juga ga tau Mbok. Ga mungkin kan kalo ada tikus.”

Mbok Inah menggelengkan kepalanya, “Rasanya nggak mungkin, Pak. Bukankah minggu lalu Bapak sudah memeriksa semua lubang kecil yang ada di rumah ini supaya tikus dan serangga tidak bisa masuk."

Daru menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Apa yang dikatakan oleh Mbok Inah ada benarnya juga. Setiap 3 bulan sekali ia selalu memeriksa lubang-lubang kecil yang ada di rumahnya supaya tikus atau serangga-serangga tidak bisa masuk ke dalam rumah. 

"Apa mungkin pencuri,  Mbok?"

"Kalau itu saya nggak tahu, Pak. Loh, kok pisau yang besar ga ada ya Pak?"

Daru mengerutkan dahi, "pisau apa Mbok?"

"Itu Pak pisau yang biasa Mbok pake untuk memotong daging. Pisaunya kan ada satu set. Yang lain ada semua. Hanya pisau yang biasa Mbok pakai untuk memotong daging yang hilang."

Daru mengerutkan dahinya, rasanya tidak mungkin jika benda itu sebesar itu bisa hilang begitu saja.

"Ya sudahlah Mbok semuanya sudah rapi kan? Mbok masuk saja ke kamar biar saya yang berjaga."

Mbok Inah menuruti perkataan majikannya itu. Wanita separuh baya itu pun kemudian kembali ke kamarnya yang ada di belakang. Sementara Daru sendiri masuk ke dalam kamar kemudian mengambil pistolnya. 

Lelaki itu mulai memeriksa ke setiap sudut rumah sambil memegang pistol miliknya. Tetapi tidak ada siapapun di dalam rumah itu selain keluarganya.

Lelaki itu kemudian masuk ke dalam kamar Soraya. Ternyata anak perempuannya itu tertidur dengan lelap. Tetapi dahi Daru kembali berkerut saat menyadari jika boneka Bella tidak ada di pelukan sang anak. Ia pun mulai mencari di kolong tempat tidur dan sekitar lantai. Mungkin saja boneka itu terjatuh. Akan tetapi boneka Bella tidak ia temukan di sudut kamar sang anak..

"Apa mungkin ada yang mencuri boneka Soraya? Tapi untuk apa mencuri boneka?" Pikir Daru.

Kalina yang menyadari jika sang suami tidak kembali ke kamar pun mulai menyusul. Ia melihat Daru baru saja keluar dari kamar Soraya sambil memegang pistolnya. 

"Ada apa sih? Aku tadi mendengar di dapur ada suara berisik. Lalu kamu tiba-tiba membawa pistolmu keluar. Apa ada yang mencurigakan, Mas?" Tanya Kalina.

"Tadi aku mendengar ada suara jatuh. Ternyata di dapur sudah berantakan. Dan anehnya lagi pisau daging menghilang. Dan tadi ketika aku kamarnya Soraya boneka Bella milik Soraya juga tidak ada."

"Aneh sekali kalau boneka itu tidak ada Mas. Nggak mungkin kan boneka Bella itu bisa jalan sendiri? Aku rasa Soraya yang sudah lupa meletakkan bonekanya. Kamu kan tahu sendiri anak itu sering ceroboh menyimpan mainannya di sembarang tepat. Besok juga pasti ketemu."

Daru hanya tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. Dia pun menggandeng tangan Kalina supaya sang istri masuk kembali ke kamar mereka. 

Tak lama kemudian Kalina pun terlelap. Sementara Daru sendiri tidak bisa tidur dan merasa sangat gelisah. Dia melirik jam di dinding ternyata sudah pukul 12.00 malam. Nalurinya sebagai seorang polisi seolah memerintahkan untuk berjaga-jaga. 

Hingga pada akhirnya Daru pun memejamkan mata sambil duduk bersandar di tempat tidurnya. Lelaki itu mulai terlelap, tetapi tiba-tiba saja bayangan jenazah Anwar yang mengerikan itu muncul kembali. Dan tiba-tiba saja terdengar suara yang membuatnya kembali terbangun. 

Dengan cepat Daru pun bangkit dan keluar dari kamar. Masih menggenggam pistolnya Ia pun berjalan mengendap-ngendap memeriksa ke setiap sudut rumah. Tetapi tidak ada apapun. 

Pandangan matanya terarah ke dapur dan kamar mandi yang ada di belakang. Daru mengerutkan dahi karena lampu dapur dan kamar mandi menyala. Padahal dia ingat betul jika tadi sebelum ia masuk kamar lampu itu sudah dimatikan. 

Dengan cepat Daru melangkah menuju ke dapur. Ia terkejut saat melihat pisau dapur yang sebelumnya dikatakan oleh Mbok Inah hilang setelah kembali dan berada di meja. 

Perlahan tetapi tetap waspada  Daru pun melangkah menuju ke kamar mandi yang ada di belakang. Dan laki itu spontan berteriak ketika melihat ada banyak sekali darah di sekitar kamar mandi. 

Teriakandaru tentu saja membangunkan semua orang yang ada di rumah itu. Mbok indah dan Kalina tergopoh-gopoh menghampirinya ke belakang. 

"Ada apa, Mas? Kamu berteriak kenapa? Apa ada pencuri?" Tanya Kalina.

"Lah ini darah apa Pak? Bapak berdarah?"

Mbok Inah tidak mau kalah bertanya kepada Daru saat melihat ada banyak sekali darah di dekat kamar mandi belakang 

Tetapi Daru tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan dari istri dan pembantunya.

"Mama ... Aku ngompol!"

Perhatian ketiga orang dewasa itu pun teralihkan ketika mendengar suara teriakan yang berasal dari kamar Soraya. 

Gadis kecil itu tampak keluar dari kamarnya sambil memegang boneka Bella. 

Daru pun langsung menghampiri sang anak. 

"Ada apa sayang? Kok kamu bangun? Kamu dengar teriakan papa ya?"

Soraya menggelengkan kepala kemudian berkata, "aku ngompol jadi bonekaku basah."

Daru mengerutkan dahi dan ia terkejut saat melihat boneka Bella sudah kembali di pelukan sang anak. 

Belum lagi hilang rasa terkejutnya telepon genggamnya berdering dengan nyaring. Ternyata Yudistira yang menelpon. 

Khawatir ada sesuatu yang penting Daru pun langsung mengangkat telepon itu. 

"Siap Komandan!"

"Daru, IPTU Restu ditemukan meninggal dunia. Kondisinya hampir sama dengan Anwar."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BONEKA KEMATIAN   KEDAMAIAN

    "Kamu nggak lelah, Nak?" tanya Kalina dari bangku taman, suaranya lembut tapi ada nada khawatir di dalamnya.Soraya hanya tertawa, berlari-lari kecil dengan sepasang sandal berbunga yang agak kebesaran. Di tangannya tergenggam boneka kecil buatan sendiri — bukan Bella, tapi mirip, lengkap dengan pita biru muda di lehernya.Rambutnya yang mulai panjang bergoyang seiring gerak lincahnya, dan di wajahnya, untuk pertama kalinya setelah sekian lama ... ada damai.Daru berdiri beberapa meter di belakang Kalina, tangannya menyilangkan lengan di dada. Sorot matanya tak pernah lepas dari Soraya. Ia tersenyum, tipis, tapi sungguh. Meski bayang-bayang masih menyelinap di sudut benaknya, hari ini terasa berbeda. Ringan. Sejuk."Dia mulai bisa tertawa lagi," gumam Kalina pelan, bergeser mendekat ke Daru, lalu menggenggam tangannya. "Mimpi buruknya udah jarang. Malam tadi dia tidur tanpa terbangun sama sekali.""Ku dengar," sahut Daru. "Dan aku bersyukur ..."Ia menatap Soraya yang kini sedang memu

  • BONEKA KEMATIAN   JALAN BARU

    "Kamu serius, Mas?" suara Kalina bergetar di ruang tamu rumah mereka, pagi itu. Soraya duduk di sofa, menggulung kembali kartu gambar yang baru selesai ia kerjakan. Di mejanya, kopi yang belum diminum masih mengepul ringan.Daru menatap kedua wanita yang paling ia sayangi. Mata Kalina penuh tanya, sesekali berkaca, sementara Soraya menanti dengan harapan di wajah polosnya."Aku akan mundur," kata Daru pelan. "Dari kepolisian. Aku … aku ingin jadi penyelidik independen."Kalina mengerutkan alis. "Mundur? Di tengah momentum? Setelah semua yang Mas sudah lakukan?""Justru karena itu," jawab Daru tegas. "Karena sekarang aku mengerti ... kalau hanya berhenti di ranah institusi, seringkali keadilan masih bisa dibungkam. Aku nggak bisa lagi jadi bagian dari sistem yang sama."Soraya menatap Daru. "Papa ... maksudnya Papa tidak jadi polisi lagi?"Daru tersenyum lembut. "Iya, Nak. Tapi Papa masih akan menyelidiki kejahatan untuk orang-orang yang nggak punya suara."Soraya menatap Papanya lama,

  • BONEKA KEMATIAN   BONEKA KOSONG

    "Kau menaruh ini di sini?" suara Kalina meninggi, menggema di halaman belakang rumah. Tangannya menunjuk ke arah kursi taman tua yang berada di bawah pohon mangga.Daru menyipitkan mata, berjalan mendekat. Di kursi itu, tergeletak sebuah boneka lusuh—Bella. Boneka itu duduk diam, punggungnya bersandar ke sandaran kayu, kedua tangannya jatuh ke sisi tubuh, dan kepalanya sedikit menunduk seolah sedang tidur.Namun, yang paling mencolok adalah matanya. Dua lubang hitam kosong, tanpa cahaya, tanpa nyawa. Tak ada kilatan merah. Tak ada gerakan. Hanya kehampaan."Bukan aku," gumam Daru akhirnya. Ia mengulurkan tangan, menyentuh kain boneka itu. Dingin. Kaku. Seperti ... benda mati pada umumnya."Aku tadi pagi nyapu halaman. Nggak ada apa-apa. Tiba-tiba pas keluar bareng Soraya, boneka ini sudah di situ. Duduk manis kayak baru pulang dari sekolah." Kalina menahan napas. "Mas ... aku takut."Daru menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk pelan. "Bawa Soraya ke dalam. Kunci semua pintu. Biar

  • BONEKA KEMATIAN   DUNIA YANG TERSISA

    "Kau yakin nggak mau ikut ke upacara resmi?" tanya Yudistira dari balik kemudi, matanya melirik Daru lewat kaca spion dalam.Daru duduk di kursi penumpang belakang mobil dinas, menatap keluar jendela. Matanya sayu, tidak karena lelah fisik, tapi karena beban yang tak bisa dijelaskan."Aku sudah cukup berdiri di bawah sorotan. Saatnya kalian yang maju.""Tapi kau yang mulai semua ini, Dar. Tanpa kau, kita masih kerja di balik layar sambil terus ketakutan. Sekarang ... semua gembong narkoba, jaringan korupsi, bahkan pejabat bayangan sudah jatuh. IRJEN Gunawan mungkin mati dengan cara yang aneh, tapi dampaknya nyata.""Justru karena itu," gumam Daru. "Aku nggak ingin semua keberhasilan itu diikatkan pada satu orang. Apalagi orang sepertiku."Yudistira menghela napas. "Kau masih merasa bersalah soal Bella?"Daru tak menjawab, tapi jemarinya yang mengepal di pangkuan cukup jadi jawaban.***Jakarta berubah. Bukan jadi kota yang suci—itu tidak pernah mungkin tapi seiring bergugurannya para

  • BONEKA KEMATIAN   KUTUKAN

    "Kita tidak bisa menahan dia di sini lebih lama, Daru. Polisi militer sudah mengendus lokasi ini. Kalau mereka datang dan menemukan IRJEN terikat di ruang bawah tanah, kita semua tamat." Suara Yudistira terdengar tegas, tapi nadanya menahan cemas.Daru berdiri menatap pintu besi di ujung lorong bawah tanah. Lampu di atasnya berpendar redup. Aldo sedang memantau jalur komunikasi dari laptopnya, headset menggantung di telinga."Sebentar lagi," ujar Daru pelan. "Ku rasa ... belum selesai.""Apa maksudmu belum selesai? Kita sudah menyiarkan pengakuannya ke seluruh negeri. Kita punya jejak digital. Kita punya saksi.""Tapi dia belum diadili oleh yang seharusnya."Yudistira menatap Daru tajam. "Jangan bilang kamu menunggu Bella."Daru tidak menjawab tapi sorot matanya cukup sebagai jawaban.Sementara di ruangan sempit itu, IRJEN duduk sendirian. Kepalanya tertunduk, napasnya berat. Tak ada lagi senyum sinis atau ejekan. Hanya peluh dingin dan tatapan kosong ke lantai.Suhu udara tiba-tiba t

  • BONEKA KEMATIAN   PENGADILAN TANPA HAKIM

    "Kau sedang apa? Membuat teater moral di ruang lembab ini?" suara IRJEN Gunawan parau, setengah mengejek, terdengar memantul dari dinding batu.Daru berdiri membelakangi satu-satunya lampu yang tergantung di langit-langit ruang bawah tanah vila. Sinar kuningnya jatuh tepat ke wajah IRJEN Gunawan yang duduk terikat di kursi besi. Wajah tua itu bengkak, darah kering menempel di pelipis dan sudut bibirnya tapi tatapannya ... masih congkak."Aku cuma mau mendengar kau bicara. Dengan jujur untuk sekali saja dalam hidupmu."IRJEN tertawa pendek. "Jujur? Kepada siapa? Kepadamu? Kepada negara yang membiarkan tikus-tikus macam aku naik pangkat? Kepada rakyat yang cuma bisa menggonggong di layar komentar?""Kepada dirimu sendiri. Karena sebentar lagi, semua yang kau katakan akan didengar oleh jutaan orang."IRJEN Gunawan mendongak, senyumnya melebar. "Rekaman? Kamera? Itu semua bisa disangkal. Bukti bisa dibakar. Saksi bisa dibungkam. Kau tahu itu, Daru. Kau lebih tahu dari siapa pun."Daru men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status