Share

08. Luka yang Terpendam

Setelah kejadian naas yang membuat Lia merasa kehilangan harga dirinya, wanita itu tak pergi bekerja selama tiga hari. Dia di rumah, meski anaknya tetap saja diantar ke penitipan anak sampai jam kerjanya selesai. Supaya sahabatnya Lyra yang juga bekerja di sana tak curiga.

Tak ada kabar atau izin yang dia lakukan supaya izin tak masuk kerja. Lia semena-mena dan berharap hal itu bisa jadi pertimbangan HRD untuk memecatnya secepatnya.

Tak ada yang dia lakukan selain malas-malasan dan memperbaiki perasaannya yang buruk. Tidur dan menonton, meski pada akhirnya, Lia sendiri tak bisa menikmati kegiatannya itu. Dia masih gelisah dan terluka karena seorang Davin dan bahkan tak jarang karenanya tatapannya sesekali sempat kosong.

Tok-tok!

Mendesah kasar, Lia mengerutkan dahinya heran, menatap pintu dan memikirkan siapa yang datang. Baru setelahnya bangkit dan berdiri untuk memeriksanya.

Clek!!

"Jadi ini yang kau lakukan saat tidak pergi bekerja, bermalas-malasan?!"

Lia setengah mati langsung syok menatap kaget Davin yang secara tiba-tiba sudah ada dihadapannya. 

"Darimana kau tahu tempat ini? Pergilah, aku sedang tidak bisa menerima tamu!"

"Bukan seperti itu cara menyambut bossmu, Lia, tapi biarkan aku masuk terlebih dahulu!"

Davin dengan tak mau tahunya, langsung saja masuk setelah mendorong Lia yang menghalangi jalannya. Pria itu bersikap tak sungkan dan seolah dia adalah pemilik rumahnya. Bahkan Davin pun langsung saja duduk di sofa yang ada di ruang tengah.

"Nyaman juga. Hm, tidak diragukan lagi selera wanita matre seperti kamu memang berkualitas. Walaupun sofa ini bukan barang mahal, tapi aku yakin kualitasnya yang terbaik!" puji Davin masih berlanjut dan terus saja bersikap semaunya.

Lia geram dan menatapnya jengah serta marah. "Anda seharusnya tidak masuk ke rumah orang dengan sembarangan, apalagi bersikap seenaknya begitu!"

Davin menyeringai, menatap Lia dengan tatapan meremehkan. "Kau saja bisa sembarangan menghancurkan hidupku dan seenaknya berselingkuh, lalu kenapa tidak denganku? Ayolah, ini hanya soal tempat berteduh, kau jauh lebih parah daripada aku!" jawab Davin menyindir Lia dengan kalimat yang sampai sekarang tak Lia mengerti.

"Pergi! Aku bilang pergi dari sini!"

Kali ini Lia tak tahan lagi, dia muak dengan Davin boss sekaligus mantan suaminya itu. Menarik pria itu supaya berdiri dan berharap bisa menyingkirkan dirinya keluar dari rumahnya.

Bruk!

Namun yang terjadi, Lia justru berakhir tertarik jatuh terduduk dipangkuan Davin. "Kau memang penggoda mantan istriku, tepatnya penggoda yang munafik dan bermuka dua. Berkata tidak dan menolak, tapi reaksi tubuhmu malah sebaliknya. Oh, aku tahu kamu jual mahal pasti karena aku belum memperlihatkan seberapa banyaknya uangku?!"

"Berhenti merendahkan aku, baji--"

"Sstttt ... aku tidak merendahkanmu kau sendirilah yang bertingkah seperti yang kuucapkan!" Davin tiba-tiba menatap tajam, setelah memotong kalimat Lia, lalu segera mencengkram rahang Lia kasar.

"Aku sudah pernah menjadikanmu ratu dalam hidupku, memberikan semuanya Lia dan bahkan aku tidak pernah marah saat pekerjaanmu cuma berpoya-poya menghabiskan uang! Aku tidak marah Lia!!" tegas Davin begitu geram, kali ini dia bahkan sangat serius lebih dari biasanya.

"Kau tahu kenapa? Itu karena aku sangat mencintaimu dan bahkan sampai sekarang rasa itu masih sama!" Davin mengeratkan cengkramannya. "Aku tidak bisa melupakan dirimu, tidak bisa berhenti memikirkan wanita rendah-an tukang selingkuh seperti kamu!! Puas kamu Lia, puas kamu merusak hidupku?!" lanjut Davin mengakui sambil kemudian menuntut berteriak marah.

Telinga Lia sampai berdengung sangking kerasnya, apalagi ditambah saat ini Davin berteriak tepat di depan telinganya.

Lia yang sejak awal sudah tertekan akibat perlakuan Davin tiga hari lalu, kini jatuh menangis karena tak tahan lagi. Sungguh harusnya dia yang mengatakan itu pada Davin dan bukannya sebaliknya. Karena Lia ingat jelas sebelum mantan suaminya ini dengan tanpa hati menceraikannya, Lia memergokinya berselingkuh dan bahkan secara langsung dengan mata kepalanya sendiri.

'Kau bahkan tidur dengan Liona!!' batin Lia berteriak marah, sayangnya suara itu tak kunjung keluar dari bibirnya. Akibat tertahan isakkan dan kondisinya yang buruk. Mental Lia benar-benar tertekan dan dia sudah tidak bisa berpikir jernih lagi.

❍ᴥ❍

Setelah Davin puas dan membuatnya tertekan, barulah pria itu pergi dengan tanpa diusir lagi. Dia sempat melecehkan Lia dan melemparkan segepok uang lagi. Menghinanya seolah Lia sudah tak memiliki harga diri.

Namun sebelum itu, Davin juga tak melupakan ancamannya. Memaksa Lia masuk kerja kembali keesokan harinya. "Jangan main-main denganku ataupun mencoba untuk kabur. Kau tahu siapa aku, Lia. Aku bisa membuatmu lebih menderita daripada ini dan bahkan tak segan menjebloskanmu ke penjara!"

Ancaman terakhir sebenarnya sudah tak Lia takuti, dia tak masalah dipenjara asal lepas dari jeratan Davin, tapi dia juga tak mungkin di sana. Tak bisa mendekam di penjara karena ada Raka yang harus dia jaga dan juga dibesarkan.

Menatap waktu sudah hampir sore dan sebentar lagi Raka pulang, Lia mengenyahkan hatinya yang penuh luka. Bangkit dan membereskan semua kekacauan yang Davin lakukan supaya anaknya nanti tak bingung, atau bertanya.

"Raka pulan--eh ... kenapa mata Mama miyip mata panda?" Raka yang masuk rumah dengan riang. Awalnya semangat, tapi tiba-tiba mengerjap heran menatap kedua bola mata Mamanya.

"Tidak apa-apa sayang, Mama hanya kecapean saja. Sudah sini peluk Mama!!" ujar Lia sambil mengulas senyuman palsunya.

Tidak ada yang baik-baik dalam dirinya, tapi dia seorang ibu dan ibu bisa melakukan apapun untuk anaknya. Termasuk mengorbankan kebahagiaannya. 

"Mama pasti capek bekelja untuk Raka. Hm ... tidak usah beli Raka mainan lagi Mama, bial Mama tidak punya mata mirip mata panda. Mama jeyek dan Raka tidak suka!" ujar Raka membuat dada Lia sesak. 

Mana mungkin, karena bahkan jika Lia mau dia tak mungkin berhenti bekerja. Davin mengancamnya dan anaknya Raka membutuhkan apa yang dihasilkannya dari bekerja. 

"Huhh, Mama nggak yakin kamu nggak mau mainan baru!" ujar Lia melepaskan pelukannya, lalu mencubit gemas pipi gembul Raka. Wanita itu mencoba bercanda dan memecahkan suasana tegang.

"Anak nakal Mama ini jika sudah dibawa ke supermarket suka borong dan bikin dompet Mama menipis! Huhh, sudahlah kau tidak usah pikirkan itu. Mama suka bekerja kok ..., tapi kalau Raka kasihan sama Mama, lebih baik Raka cepat gede saja, terus gantian kamu yang bekerja!" lanjut Lia memaksakan diri untuk tersenyum, sambil mengusap puncak kepala Raka dengan penuh kasih sayang.

"Ok Mama, becok Raka akan gede dan Mama tidak perlu bekelja, jadi tidak akan punya mata miyip mata panda lagi!!" jawab Raka terlihat serius, meski sebenarnya dia sendiripun tak mengerti maksud ucapannya tersebut.

"Bisa aja kamu, nebar janji manis kaya ayahmu!" seru Lia tanpa sadar, membuat Raka mengerutkan dahinya heran.

"Ayah? Oh, iya apa itu ayah, Mama?" tanya Raka bingung. Dia belum puas mendapatkan jawaban mamanya yang pernah diberikan, dan karena diingatkan dia kembali menuntutnya. 

Lia segera tersadar dan merasa kembali sesak. Namun, melihat Raka yang masih dihadapannya, Lia kembali mengulas senyumnya dengan paksa. "Nggak ada. Udah, sekarang jangan bahas apapun lagi karena sekarang waktunya mandi! Raka harus beres-beres dan Mama akan membuat ayam goreng terenak!!" ujar Lia membuat Raka bersemangat.

"Horeee! Makan ayam goyeng!!"

❍ᴥ❍

Bersambung

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Harmoko Salelang
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Ita Zello Toly Zello
crta nya asik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status