Share

04. Tujuan Han

"Kamu makan duluan."

"Pak Han saja yang duluan."

"Kamu."

"Tapi ... Saya masih sedikit kenyang, Pak."

Han menghela napas. "Saya bakalan makan mie ayamnya kalau kamu yang makan duluan."

Ava meringis pelan.

Bagaimana mungkin Ava bisa makan mie ayam itu terlebih dahulu, dibanding atasannya.

Ava dan Han sedang duduk berhadapan di kursi panjang yang menghadap jalanan.

Membuat mereka bisa menikmati pemandangan jalanan raya saat itu.

Ava meraih sepasang sendok makan dan garpu. "Saya bakal minta sendok satu lagi, Pak." ucapnya saat Han menatapnya.

Han menggeleng pelan. "Tidak perlu," jawabnya.

Ava menundukkan kepala, mulai menyendokkan mie ayam itu kedalam mulutnya tanpa berani menatap Han yang terus memandanginya.

"Kamu nyaman makan dengan kepala tertunduk?" tanya Han di sela-sela Ava yang sedang mengunyah.

Ava mendongak, "Tidak .... "

Han mengusap dagu, "kamu bisa ngomong informal kepada saya, diluar kantor."

Ava mengerjap polos saat Han meraih sendok bekas mulut Ava dari tangannya. "Maksud Pak Han?"

Han meraih mangkuk mie ayam itu, menyendokkannya ke dalam mulut. Ia menatap Ava yang tampak terkejut atas tindakannya barusan.

"Itu sendok milik saya .... "

"Kenapa? Kamu keberatan?"

Ava menggeleng dengan pipi bersemu merah. Mereka sedang ciuman secara tidak langsung kan?

Karena itu adalah first kiss milik Ava walau direbut secara tidak langsung oleh Han.

Kupu-kupu beterbangan di perut Ava dan itu terasa menggelitik, membuat Ava tersenyum senang dengan jantung yang berpacu cepat.

Umur Ava sudah 20 tahun, apa ia baru merasakan pubertas di umur setua itu?

Han terperangah saat menelan mie ayam dalam mulutnya. Ia mengerjap beberapa kali, lalu dengan antusias menyantap mie ayam itu.

Ava mematung.

Hanya hitungan beberapa menit, Han sudah menyantap mie ayam itu hingga tandas lalu meminum teh es nya. "Ini makanan ter-enak yang pernah saya makan."

Tanpa sadar Ava tertawa kecil. "Pak Han kayak orang kelaparan .... "

Han ikut tertawa, ia meraih tissue dan mengusapkannya di area mulut. "Sudah saya bilang, kan, saya belum pernah makan mie ayam sebelumnya."

Ava memperhatikan dengan gemas Han yang tidak bersih mengusap sisa makanan dibawah mulutnya. Ada kuah mie ayam yang tertempel disana.

Ava berdiri, meraih tissue di tangan Han dan mengusap area bawah bibir Han dengan lembut.

Han mematung.

Ava tersenyum di depan wajah Han dengan jarak yang cukup dekat.

Han berdeham.

Ava langsung duduk kembali di tempatnya sedangkan Han mengusap tengkuknya dan membuang muka.

"Maaf Pak, saya lancang ya? Saya cuma bantu Pak Han bersihin."

Han kembali berdeham, menatap Ava yang sedang menunduk takut. "Sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan," ucap Han.

Ava memperbaiki letak kaca mata bulatnya. "Ada apa, Pak?" tanya nya pelan.

"Akhir-akhir ini, kamu kelihatannya kurang fokus dalam pekerjaan."

Ava meneguk ludah.

"Pekerjaan yang saya berikan buat kamu kemarin, ada kesalahan. Saya perhatikan, kamu juga hampir telat menyelesaikannya. Tidak biasanya kamu seperti itu, saya selalu percaya setiap kali memberimu pekerjaan, karena kamu bekerja dengan bagus dan becus. Tapi akhir-akhir ini, selalu ada kesalahan. Ada masalah?"

Mata Ava berkaca-kaca. Ia merasa malu karena untuk pertama kalinya ditegur oleh Han tentang pekerjaannya.

Jangan-jangan, tujuan Han mendekatinya untuk memecatnya secara halus?

Han menghela napas. "Saya pikir, dekat dengan karyawan saya akan membuat karyawan saya terbuka. Ya, saya akui, selama ini saya selalu memperkejakanmu tetapi hubungan kita tidak lebih dari itu. Saya dekat dengan karyawan saya yang lain, dan saya rasa saya juga perlu melakukan itu denganmu."

"Karena itulah alasan saya mengajakmu berbicara kemarin, dan hari ini mengajakmu pulang lalu makan bersama, tujuannya agar kita lebih dekat dan tidak canggung."

Jadi, Han tidak memiliki maksud tertentu untuk mendekati Ava?

Ava menyeka sudut matanya yang berair, ia menarik ingus dan tersenyum tipis. Karena mereka duduk ditempat yang cukup gelap, sepertinya Han tidak tahu bahwa Ava sempat meneteskan air mata.

"Ada masalah?" tanya Han sekali lagi, kali ini terdengar lebih lembut.

Ava menggeleng pelan. "Saya cuma kecapekan, Pak." sahutnya pelan.

"Kamu butuh libur?"

Pertanyaan itu membuat Ava mengangkat kepala. "... Iya," jawabnya.

"Satu minggu?" tanya Han sekali lagi.

"Iya .... "

Han mengangguk, tangannya bergerak menepuk pelan puncak kepala gadis itu. "Saya akan menunggumu selama satu minggu. Semoga liburmu menyenangkan, Ava." ucapnya dan tersenyum mempesona.

Ava mengerjap, "Pak Han tidak memecat saya?" tanya Ava sedikit kaget.

Han tertawa. "Tidak mungkin saya memecat karyawan terbaik saya, apalagi hanya karena kesalahan sepele. Saya hanya mau kamu seperti sebelum-sebelumnya, bekerja dengan baik."

Ava tersenyum senang. "Saya akan menikmati hari libur saya, Pak!" ucapnya riang.

Han kembali tersenyum mempesona. "Tetaplah jadi dirimu Ava, kamu cantik apa adanya." ucapnya tanpa sadar.

Ava melotot kecil. Jantungnya berdebar-debar.

Han terkejut dengan ucapannya sendiri.

"Pak Han juga ganteng," puji Ava sudah kesemsem sendiri.

Ava berjanji akan menjadi dirinya sendiri. Ia tidak akan mengubah penampilannya karena cibiran orang lain. Bagi Ava, pendapat Han tentang dirinya lah yang terpenting.

Dan Han mengatakan Ava cantik.

Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang mengatakan Ava cantik.

Seseorang itu adalah lelaki yang disukai Ava.

Han tersenyum tipis. "Semua orang mengatakan saya tampan." sahutnya dan memberikan ponselnya pada Ava.

Ava mengernyit bingung, memandang ponsel mahal milik Han.

Han menggoyangkan ponselnya dihadapan Ava. "Berikan nomor ponsel mu."

"Ha?" Ava mengerjap beberapa kali. "Nomor pon-ponsel saya, Pak?" tanya nya tak masih tidak percaya.

"Iya, saya akan menghubungi kamu nanti." ucap Han dan berdeham. "Kamu tidak ingin memberikannya?" tanya nya saat Ava masih tidak mengambil ponsel milik Han.

Ava meraih ponsel mahal itu. "Sa-saya mau, Pak." jawab Ava dan mengetikkan nomor ponselnya di ponsel mahal milik Han. "Ini Pak," ucap Ava dan mengembalikan ponsel milik Han.

Han menerima ponsel miliknya dari Ava. "Saya akan bayar mie ayamnya dulu," ucap Han yang langsung ditahan oleh Ava.

"Biar saya saja yang bayar, Pak. Karena harganya hanya delapan ribu, saya akan teraktir Pak Han." ucapnya dan tersenyum manis. "Pak Han mau pulang?"

Han terkekeh pelan. "Baiklah gadis manis, lain kali saya yang akan meneraktirmu. Saya pergi dulu, Ava." ucap Han dan bangkit dari duduknya.

"Pak!" panggil Ava sebelum Han benar-benar meninggalkannya. Ava berlari kecil menghampiri Han yang sudah pergi beberapa langkah. "Eung ... Tadi Pak Han bilang, saya boleh bicara informal diluar kantor?" tanya Ava takut-takut.

Han berdeham, ia menganggukkan kepala. "Ya, kenapa?"

"Saya ... Ingin bicara informal kepada Pak Han."

"Bicara saja, informal lebih santai."

"Oke Pak, hati-hati. Makasih udah mau makan mie ayam murah, pak Han keren." ucap Ava dengan riang.

Han tertawa. "Hm, saya pergi dulu." sahutnya dan melangkah pergi masuk ke dalam mobil.

Ava melambai-lambaikan tangan dengan senang atas kepergian Han.

Setelah mobil mewah milik Han benar-benar meninggalkan area simpang perumahan Ava.

Ava menepuk-nepuk dadanya girang dengan pipi yang sudah semerah tomat. "Aku makin suka sama Pak Han! Aku bakalan apa adanya, tenang aja Pak Han, gadis bernama Ava tidak akan mengecewakanmu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status