Share

22. Selamat Jalan, Papa

"Pa, Papa jangan pergi."

"Kenapa, Sayang, ngapain cemberut, hem?"

"Pa … Risa udah gede. Malu ah, Risa bisa makan sendiri nggak usah disuapi." Risa berusaha menolak ketika papanya menyuapi makanan kesukaannya.

"Siapa tahu Papa nggak punya waktu lagi buat nyuapi kamu, Sayang." Hendi memotong cheese cake menjadi beberapa bagian.

"Hush, Papa jangan ngaco deh. Papa nggak boleh kemana-mana, harus nemenin Risa sampai menikah nanti hingga Risa punya anak. Bukankah Papa pengen punya cucu?"

"Sekolah dulu yang bener, jangan ngomongin nikah. Kamu masih kecil, awas bandel! Papa mau nyusul Mama aja kalau kamu susah dibilangin."

"Iya-iya, Pa, Risa tahu. Tapi jangan pernah Papa ngomong lagi pengen nyusul Nama." terlihat kesedihan di raut wajahnya Risa.

"Maafin Papa, Sayang, Papa sangat menyangangimu melebihi apa pun. Kamu dan Mama punya kedudukan yang sama di hati Papa." Hendi mengelus rambut putri semata wayangnya dengan sayang.

"Nanti pulang sekolah, Papa jemput, ya?"

"Eh, nggak usah, Pa."

"Kenapa?"
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status