Share

Tantangan

Author: VincaFlower
last update Last Updated: 2023-06-12 12:43:15

Apakah yang mengg*uliku dengan begitu perk*s* setiap malam, bukanlah Suamiku? ...

.

Cahaya matahari pagi yang memasuki celah ventilasi kamar, menyilaukan mataku yang masih saja enggan terbuka.

Seluruh persendian yang terasa remuk, membuatku semakin enggan untuk segera beranjak ke kamar mandi. Sepertinya bergelung sebentar lagi adalah pilihan terbaik.

Tetapi tiba-tiba aku teringat peristiwa tadi malam. Yang membuat rasa lelah serta kantuk segera menghilang.

Kubuka selimut yang menutupi tubuh, memakai kimono yang teronggok di lantai lalu segera berlari keluar.

Aku memukan Mas Pandu begitu rapi dengan setelan kerjanya. Duduk santai di pantry dapur, sambil menikmati secangkir kopi yang masih mengepulkan asap.

"Mas ..." panggilku. Ia segera menoleh ke arahku, lalu tersenyum sangat manis.

"Jam berapa Mas pulang semalam? Katanya mau lembur sampai pagi?" tanyaku sambil duduk di sebelahnya.

Ia menyodorkan segelas teh dengan cangkir yang sama ke arahku.

"Sekitar jam 12, sayang. Ternyata pekerjaanku selesai lebih cepat." 

"Oh ... syukurlah." 

Aku mereguk teh yang masih hangat-hangat kuku itu. Lalu menatap ragu-ragu ke arahnya yang kembali fokus menatap gawai.

Licin.

Sama seperti kemaren, tidak ada tanda-tanda ada jambang di rahang itu, bahkan pangkal bakal janggutpun tidak ada. Lalu yang tadi malam kuraba itu wajah siapa?

"Mas ... aku kok heran ya, dengan jejak ini?" Aku meraih tangannya, lalu meletakkan jemarinya di leherku.

"Apa?" Ia menatapku heran.

"Ini ...." Aku mengusapkan jemarinya ke leherku yang semakin memerah oleh jejak percintaan.

Ia menatap heran.

Aku balas menatapnya heran, kenapa ia sepertinya tidak mengerti? Bukankah ia yang menciptakan jejak di leherku ini.

"Oh, ini ... kenapa lehermu memerah seperti itu? Seperti di gigit semut?" 

Apa? Ia bahkan tidak mengerti ini tanda apa?

Lalu bagaimana aku akan menanyakan padanya.

"Oh, tidak. Ini mungkin karena alergiku kambuh lagi." Aku agak sedikit terbata mengucapkannya.  Memang benar jejak-jejak di leher ini agak mirip dengan alergi gatal..

Lalu aku mencoba membelai rahangnya. Begitu licin, beda sekali yang kurasakan pada wajahnya tadi malam.

"Mas ... kemaren kok aku merasa, rahang kamu ditumbuhi jambang yang cukup tebal?"

Aku menundukkan kepala ketika menanyainya hal itu. Entah kenapa rasa sangat tidak enak menanyakan hal ini padanya.

Ia terdiam. Sementara aku masih menunduk tidak berani menatap ekspresi wajahnya itu.

"Apa kamu suka lelaki dengan rahang yang berbulu tebal, Istriku?" tanyanya terdengar dengan nada menggoda.

"Apa?" Aku cukup terkejut dengan pertanyaannya itu. Mukaku sudah pasti Semerah tomat saat ini.

"Sehingga, kau memimpikan berc*mbu dengan lelaki yang berjambang?"

Katanya, kali ini dengan nada tajam dan menuntut.

"Mimpi?" Aku mendesah heran. Ia bilang aku bermimpi. Atau sebenarnya aku memang bermimpi?

"Kamu, lihat,  Mala. Apa pernah suamimu terlihat memelihara jambang selama kita menikah? Lalu bagaimana bisa, kamu merasa rahangku ini memilikinya. Apa coba itu, kalau bukan bermimpi?"

Mukaku terasa panas oleh kata-katanya itu. Sebenarnya cukup masuk akal apa yang dikatakannya itu. Tapi yang kurasakan tadi malam begitu nyata, buktinya leherku yang semakin kemerahan.

"Tetapi, kalau kamu memang menyukai lelaki ber-rahang kasar, baiklah. Aku akan memeliharanya untukmu." Selorohnya, sambil kembali meraih kepalaku dalam dekapannya. 

Lalu ia meraih gawai, tangannya terlihat menscroll layar itu dengan cekatan.

"Nah, lihat. Seperti apa yang, kamu inginkan?"

tanyanya , sembari menyodorkan benda pipih itu ke padaku.

Aku yang masih menyandarkan kepalaku ke bahunya, terbelalak kaget. Ketika melihat apa yang terpampang di sana. Foto beberapa lelaki maskulin berjambang lebat.

"Ih, apaan sih, Mas." Aku mencebik kesal.

Ia tertawa geli. " Katanya mau lelakimu memiliki bulu-bulu seperti itu kan? Kamu tinggal pilih gaya mana yang di suka. Maka aku akan menumbuhkannya seperti itu."

"Mas ..." Aku jengah sekali dengan bercanda yang menurutku tidak lucu itu.

Dia terkekeh keras. Lalu meraih tubuhku ke dalam pelukannya. Terasa kepalanya menyelusup keceruk leherku.

Bahkan aku sangat hapal dengan nafas suamiku saat berhembus di leher ini. Akan terasa sangat kasar dan berat ketika ia sedang di landa gair*h. Dan terasa biasa saja ketika sedang bercanda begini.

"Hmmm ... asem. Mandi dulu sana ..." ledeknya sambil meraih tanganku dan mengiringku menuju kamar mandi.

"Mandiin ..." rengekku manja, ketika ia akan menutup pintu kamar mandi.

Ia terlihat tergagap. Lalu menutup pintu kamar mandi dengan cepat. Apa suamiku ini malu? Yah seperti begitu, karena seperti yang pernah kubilang, selama kami menikah  aku belum pernah melihat ia telanjang dada. 

Namun, mengingat kerakus*nnya di tempat tidur seharusnya ia bukanlah kategori lelaki yang pemalu.

                  ------------------------------

Setelah mobil Mas Pandu menghilang dari pandangan. Aku melayangkan pandangan ke sekitar kompleks perumahan ini. Mencari-cari seseorang yang akan menuntaskan segala rasa penasaranku.

Tetapi si ceplas-ceplos itu, orang yang biasanya sangat bersemangat sekali menggodaku, sekarang tidak terlihat lagi batang hidungnya.

Bahkan Abang tukang sayur sudah terlihat nongkrong di depan rumahnya. Biasanya ia akan lebih dulu menyerbu gerobak itu. Biar tidak dapat bekas pilihan orang, begitu katanya.

Tapi sekarang kemana dia? Si Irma itu.

Aku menghampiri ibu-ibu yang  sepertinya sedang asyik bergosip sambil memilah sayur.

"Permisi, Ibu-ibu ... " sapaku ramah.

"Eh, Mala. Pengantin baru kita. Ayo buruan ambil sayurnya mumpung masih segar-segar ini." Kata salah satu dari mereka.

Aku mendekat, memilih sebentar lalu mendapat apa yang kuinginkan. Seikat bayam serta sebungkus ayam potong.

"Cuma segitu, Mala?" tanya seorang Ibu berdaster dalam.

"Ah, iya. Bu. Cukup untuk hari ini. Besok si Abang kan kesini lagi, iya nggak, Bang?" Di balas dengan anggukan dari si Babang sayur.

"Oh, iya. Bu. Kok Irma tidak kelihatan ya?" tanyaku, membuat para ibu-ibu ini kompak saling pandang.

"Iya, ya. Biasanya kan dia yang selalu nomor satu menyerbu gerobak ini?" celetuk salah satu dari mereka.

"Apa ia sakit?"

"Langka ini, si Irma belum kelihatan keluar dari pagi."

Ibu-ibu ini mulai gaduh, mereka saling berspekulasi bersahut-sahutan tentang keberadaan Irma. Membuat kepalaku pusing. Mungkin mereka tidak sadar kalau aku sudah berlalu meninggalkan kerumunan yang semakin lama semakin banyak itu.

              ------------------------

"Assalamualaikum, Irmaa ...." Aku mengetuk pelan pintu rumah yang bersebelahan dengan tempat tinggalku itu.

Lama. Tidak ada sahutan. Bahkan sudah beberapa kali aku ulangi, namun sepertinya rumah ini kosong. Kemana dia?

Bahkan suara anak-anaknya pun tiada terdengar.

Apa ia pulang kampung ya? Dia pernah bercerita kalau ia bukan  asli orang sini.

Aku iseng mencoba memutar handel pintu itu. Ah, tidak terkunci. Apa, aku periksa saja ke dalam?

Seperti rasa penasaranku telah menutup akal sehat sehingga dengan berani aku memasuki rumah orang tanpa izin.

Sepi. Memang sepertinya Irma tidak di rumah. Lalu kenapa pintunya tidak dikunci.

Aku sudah mencapai ruang keluarga yang sangat terawat dan bersih, barang-barangnya tertata sempurna. Sepertinya Irma adalah penyuka barang antik. Terbukti dengan berbagai macam cindera mata yang berderet rapi di lemari hiasnya.

Aku merasa sangat bersalah karena berani masuk kerumah orang tanpa sepengetahuan pemiliknya. Sebelum ada seseorang yang yang memergokiku berada di sini, aku berniat secepatnya pergi.

Tetapi mataku tertumbuk pada sesuatu, yang membuat jantungku seakan melompat keluar.

Kamera perekam khusus malam hari yang kuberikan pada Irma kemaren siang, kini terlihat hancur berkeping-keping di sudut lemari hias itu. Seperti dibanting berkali-kali.

Oh. Dadaku berdegup kencang. Apa ini ada hubungannya dengan tantanganku pada Irma kemaren.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2( 7)

    "Aku tahu apa aku pikirkan dan apa yang akan kau lakukan, Mala?" Ia berujar tenang, matanya masih tidak lepas mengawasiku.Aku membuang tatapan dari wajah penuh kebohongan ini, sungguh hal buruk tentangnya yang selama ini hanya menjadi prasangka rasa cemburuku benar-benar nyata."Oh ya?" suaraku terdengar seret, dada berdebar kesal, kesal karena tadi lupa membawa ponsel, kalau benda itu ada di sini sudah kupastikan akan merekam segala ucapannya."Silahkan saja, kau katakan pada G sekarang juga, toh ia tidak akan percaya padamu bukan? Ia akan menganggap kau hanya mengada-ada, karena rasa cemburu yang berlebihan."Bahkan ia sudah menebaknya, bagaimana reaksi Suamiku jika aku langsung mengatakan yang kulihat sekarang, jika tanpa adanya bukti.Ia tertawa kecil, seolah ia telah m

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (11)

    Pov narator ( Bagian akhir) "Kalau kau terus saja melakukan ini, bisa-bisa bayi kita lahir prematur...." Lirih ucapan Nirmala di sela helaan nafas memburu, seluruh tubuhnya tidak lagi memiliki tenaga, pasrah ketika sang suami mengangkat dirinya untuk menyingkirkan seprey yang telah basah oleh cairan cinta yang berasal darinya. Giantara terkekeh senang, setelah kain putih itu teronggok di lantai sepenuhnya, ia kembali meraup tubuh polos istrinya ke dalam pelukan, mengecup pucuk kepala dan dibagian manapun ia suka, jemarinya pun membelai perut buncit yang terasa masih menegang akibat pelepasan beruntun yang di alami wanita itu. "Nggak lah sayang, justru bayi kita akan semakin kuat dan lincah, lagipula kan dokter menyarankan jika di trimester terakhir ini kita harus sering melakukannya," Giantara mengusap sisa-sisa keringat yang masih menempel di sekitar wajah Nirmala, merapikan rambut panjang yang lembab, menyatukan ke belakang hingga dada dan leher seputih pualam dan sehalus sutera

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (10)

    Tidak dapat kuhindari, lengan kekar itu telah meraup tubuhku ke dalam dekapan dadanya, dan dapat terdengar jelas gemuruh hebat dari dalam sana, helaan nafasnya pun begitu berat begitu sesak terhempas di pucuk kepala. Ia mengecup berkali-kali di ubun-ubun, memeluk begitu erat seakan kami tidak berjumpa bertahun-tahun. "Pergilah Joana, aku mohon bawa putrimu, biarkan dia hidup dengan tenang di sisiku ... aku siap menerima hukuman apapun karena telah mengusir anakku tapi sungguh aku tidak bisa ditinggalkan oleh wanita ini," Ia bicara putus-putus di tengah helaan nafasnya yang memburu.Aku terbungkam, yang tadi hendak membebaskan diri dari pelukannya yang memabukkan menjadi tidak bisa lagi menggerakkan otot-otot tangan. Ia tengah menyeruak pada ceruk leherku, begitu terasa nafas berat terhempas membelai, seiring pelukannya yang kian mengetat, lalu kulitku menemukan rasa hangat yang lain tersebab tetesan air matanya. Aku termenung, tidak lagi mampu bicara atau melakukan sesuatu, seme

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (9)

    Seperempat jam sejak panggilan di ponsel itu, suara kedatangan mobil telah terdengar menderu. Aku yang memang sengaja menanti kedatangannya di balkon melihat kendaraan tersebut diparkir asal di perkarangan. sekejap kemudian lelaki itu telah mengeluarkan diri dari sana, menghempas pintu mobil dengan kekuatan penuh lalu langkah panjang setengah berlari membawa tubuhnya dengan cepat memasuki rumah.Hitungan menit dia sudah muncul di kamar yang begitu kacau, barang-barang Joanna berserakan dan barang-barangku masih belum selesai mereka kemas. Raut pria itu begitu mengeras, denyut di rahangnya nampak begitu kentara, sesaat matanya menyapu seluruh ruangan beserta isinya membuat mereka yang masih berusaha nampak mengkerut ketakutan dan menegang, setelahnya tatapan tajamnya itu hanya tertuju padaku meminta penjelasan."Sayang ...." Suaranya berat dan tercekat, aku tahu dia tengah menahan amarah yang amat sangat.Sekejap dia telah merengkuhku, membawa tubuhku tenggelam dalam pelukannya, gemur

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (8)

    "Mari kita buktikan, Kak. Apa memang yang kau katakan itu benar. Jika iya, dengan suka rela aku akan pergi dari kehidupan Giantaramu itu!"Aku benar-benar tidak tahan hingga melenyapkan segala kesabaran dalam jiwa ini. Aku menyambar lengannya, ingin segera menyeretnya ke dalam kamarku.Tentu saja dia sangat terkejut dengan reaksiku, itu bisa dilihat dari ekspresinya, tatapannya yang tadinya begitu percaya diri menghujaniku kini telah berubah menjadi sorot penuh cemas."Mala, apa-apaan?" Ia menepis cengkramanku di saat langkah kaki kami sudah hampir keluar dari area taman."Kenapa, Kak? Takutkah? Aku hanya ingin membuktikan kebenaran kata-katamu tadi!" jelasku berusaha mempertahankan cengkraman di lenganku."Jangan macam-macam, Mala. Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri!""Oh ya? Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku tidak akan lagi bisa berada di dalam rumah ini sebelum sebuah kejelasan!" tegasku membuat matanya begitu membola."Apa maksudmu?""Seperti yang kau inginkan, Kak.

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (7)

    Bukan Hasrat Suamiku 66"Aku tahu apa aku pikirkan dan apa yang akan kau lakukan, Mala?" Ia berujar tenang, matanya masih tidak lepas mengawasiku.Aku membuang tatapan dari wajah penuh kebohongan ini, sungguh hal buruk tentangnya yang selama ini hanya menjadi prasangka rasa cemburuku benar-benar nyata."Oh ya?" suaraku terdengar seret, dada berdebar kesal, kesal karena tadi lupa membawa ponsel, kalau benda itu ada di sini sudah kupastikan akan merekam segala ucapannya."Silahkan saja, kau katakan pada G sekarang juga, toh ia tidak akan percaya padamu bukan? Ia akan menganggap kau hanya mengada-ada, karena rasa cemburu yang berlebihan."Bahkan ia sudah menebaknya, bagaimana reaksi Suamiku jika aku langsung mengatakan yang kulihat sekarang, jika tanpa adanya bukti.Ia tertawa kecil, seolah ia telah merengkuh kemenangan, mungkin karena membaca kepasrahan di ekspresi wajahku yang kesal."Seharusnya kau berterimakasih padaku, Mala. Kalau tidak Glarissa akan membuat G menyingkirkanmu dari p

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (5)

    "Jangan suruh kami pergi Daddy, semewah apapun rumah yang telah Daddy sediakan untuk kami tidak akan ada artinya tanpa Daddy."Aku menunggu bagaimana tanggapan Mr. Giantaraku dengan permintaan putrinya itu. Hatiku berdebar sakit melihat adegan mereka yang masih berpelukan, sangat lama. Seakan-akan Suamiku tidak ingin melepas dekapan pada anaknya tersebut.Tetapi, aku segera memakai hati ini, aku tidak boleh cemburu kalau hanya tentang putrinya, yang terpenting aku tidak boleh egois."Daddy akan selalu mengunjungimu..." Aku tercekat mendengar kalimat yang di lontarkan suamiku tepat di puncak kepala putrinya."Benarkah Daddy? Setiap hari?" Gadis remaja itu mengangkat kepala dari dada Daddynya, lalu menatapnya dengan penuh harap."Tentu, kapanpun kamu menginginkan, Daddy akan selalu datang ..."Pahit. Aku menggigit bibir, rasanya sungguh tidak terperikan. Baru kali ini aku merasakan cemburu yang begitu besar, Mr. Giantaraku sepertinya sangat mencintai putrinya.Air rupanya telah jatuh d

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (6)

    "Cukup, Mr... sekarang aku yang benar-benar tidak mengerti, apakah kau masih Giantara yang mencintaiku?"Aku terisak, tidak menyangka lelaki yang satu tahun ini yang telah memberikan memberikan seluruh hati, cinta dan perhatiannya untukku, kini seperti menarik segalanya kembali.Hampa perlahan menyusupi dada."Kalau kau masih bersikap kekanakan maka kau akan benar-benar melihat kemarahanku." Ia tidak peduli dengan air mataku, tetap saja melontarkan kata yang menikam hati.Ia masih menatap tajam tiada berkedip. Setelah beberapa saat terdengar hempasan nafas kesalnya, lantas ia kembali bergerak ke arah lemari melanjutkan berpakaiannya yang tertunda.Aku duduk di ranjang, mengawasinya dengan air mata yang masih menetes. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa dia seperti

  • BUKAN HASRAT SUAMIKU   Season 2 (4)

    "Semuanya tidak seperti yang kau pikirkan sayang. Tidak ada yang akan berubah, kejadian tiba-tiba ini, tidak akan ada pengaruhnya bagi kita."Aku mengusap mata yang terasa masih basah. Sungguh, aku tidak ingin memperlihatkan ketidak inginan hati di depannya. Aku sudah berusaha sebisa mungkin, tapi tetap saja aku tidak bisa ber-akting dengan sempurna."Aku tidak berpikir apa-apa. Hanya saja aku sangat terkejut kalau suamiku ternyata mempunyai buah cinta dari wanita lain ..."Aku menggigit bibir agar tangis ini tidak pecah di ujung kalimat."Aku juga tidak menduga." Ia berucap pelan, sambil terus mendekapku."Tentu saja, entah berapa banyak wanita yang menjadi persinggahanmu di masa lalu. Itu bisa dimengerti, kau bukan lelaki biasa. Kau tampan dan punya banyak uang. Semuanya akan takhluk padamu." Sekarang aku benar-benar terisak."Tetapi sebagai seorang istri, hatiku hancur dengan kenyataan ini. Tiba-tiba kehidupan kita yang bahagia harus terusik oleh orang dari masa lalumu. Kau membawa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status