Share

PRAM SELINGKUH?

"Ya, ampuuuuun! Lihat anak kamu! Dia memecahkan barang mahal di sini! Gimana sih? Baru masuk aja sudah bawa sial toko ini?!"

Suara pemilik toko terdengar melengking mengucapkan kata-kata itu pada Shelin dengan mata melotot. Rasa terkejut Shelin bercampur perasaan sesak karena ada kata 'sial' yang disematkan pemilik toko tersebut padanya.

Sementara itu, Sheila yang ketakutan mendengar teriakan sang pemilik toko memeluk kaki ibunya. Shelin tahu anaknya tidak sengaja, tapi bagaimanapun situasi yang sedang dialami sang anak, tidak akan mungkin bisa membuat pemilik toko itu bersimpati pada Sheila.

"Maafkan anak saya, Bu. Saya janji akan mengganti, potong saja gaji saya, untuk membayar vas yang pecah itu, maafkan anak saya."

Shelin berusaha untuk mencairkan kemarahan sang pemilik toko dengan cara meminta maaf untuk anaknya pada pemilik toko tersebut.

Namun saat mendengar perkataan Shelin, wanita itu bukannya mereda rasa marahnya, tapi justru sebaliknya.

"Gaji? Gaji, kamu bilang? Astaga! Kau pikir aku mau mempekerjakan seseorang yang belum apa-apa sudah membawa sial tempatku ini! Berikan kalung emas yang dipakai anakmu itu! Harganya sama dengan vas bunga yang dia pecahkan, sekarang!"

"Tapi, Bu-"

"Tidak mau? Ya, sudah, aku akan membawa perkara ini ke pihak yang berwajib, tunggu saja prosesnya, kamu akan aku kirim ke penjara!"

Ancaman yang dilontarkan oleh pemilik toko itu membuat Shelin mau tidak melakukan apa yang dikatakan wanita tersebut. Ia tidak mau masalah itu sampai ke pihak yang berwajib. Khawatir itu akan membuat ia dan sang anak terpisah, dan Shelin tidak mau.

Dengan berat hati emas satu satunya yang tersisa di tubuh anaknya dilepas untuk membayar ganti rugi.

Shelin masih berusaha untuk menawar, namun pemilik toko itu tetap tidak peduli dan terpaksa Shelin tidak bisa berbuat banyak karena ia tidak punya pilihan.

"Nanti beli kalung lagi ya, Nak, Sheila jangan sedih kalungnya buat ganti vas bunga yang pecah tadi," jelas Shelin pada anaknya yang melihat ke arahnya setelah kalung itu dilepaskan.

"Maaf, Mama...."

Suara Sheila bergetar ketika mengucapkan kata maaf itu pada sang ibu. Shelin mengusap puncak kepala sang anak.

"Tidak apa-apa, yang penting Mama dan Sheila tidak terpisah itu lebih baik."

Sheila tidak menjawab, ia tetap menyembunyikan wajahnya di salah satu kaki sang ibu yang dipeluknya itu.

Shelin membawa sang anak keluar dari toko itu setelah sang pemilik toko berulang kali meminta dirinya untuk keluar saja karena lamarannya ditolak untuk bisa bekerja di tempat tersebut.

Pemilik toko yang sudah mendapatkan emas sebagai ganti rugi vas bunga mahal yang ia jual itu tersenyum sambil menatapi kalung yang diberikan oleh Shelin padanya.

"Dasar perempuan pembawa sial, baru melamar pekerjaan saja sudah membuat toko ini rugi, bagaimana kalau jadi karyawan segala? Untung saja anaknya memakai kalung, kalau tidak? Mau bayar pakai apa dia? Muka aja yang perlente, tapi duit tidak ada!"

Pemilik toko itu masih mengomel meskipun menikmati hasil dari omelannya hari ini, kalung emas yang lumayan untuk mengganti kerugian akibat vas bunga yang dipecahkan oleh Sheila.

Seharian, Shelin tidak menemukan pekerjaan lagi seperti hari-hari sebelumnya.

Ia membawa anaknya pulang dengan perasaan bercampur aduk. Ada rasa cemas, lelah, dan sedih jadi satu. Cemas, karena perkataan pembawa sial itu terus menyelimuti pikirannya, apakah benar dirinya pembawa sial? Dahulu mantan suaminya, sekarang anaknya?

Lelah, karena mereka berjalan tidak tentu arah tanpa ada hasil sama sekali, dan sedih karena melihat anaknya menjadi ikut merasakan kesulitan karena perceraian ia dan Pram.

Ketika Shelin tiba di rumah kontrakannya, ibu pemilik kontrakan sudah menunggunya.

Perasaan Shelin mulai tidak nyaman. Perkara uang sewa yang belum ia bayar adalah penyebabnya. Sampai saat ini Shelin belum menemukan solusi untuk hal itu.

"Baru pulang?" tanya sang ibu pemilik kontrakan sambil menatap Shelin, lalu ke arah Sheila yang menyembunyikan diri di tubuh ibunya ketika mereka tiba di hadapannya.

"Iya, Bu."

"Dapat pekerjaannya?"

"Belum."

"Karena kamu bawa anak, Shelin! Mana ada orang mencari karyawan yang repot bawa anak kayak kamu!"

"Mau bagaimana lagi, saya tidak bisa meninggalkan Sheila sendirian."

"Kemarin mau sama Ratna, sekarang Ratna tidak mau menjaga Sheila karena anak kamu itu tidak patuh, jadi sulit jadinya, kalau begini terus bagaimana kamu bisa bayar uang sewa?"

"Saya akan cari pinjaman nanti, Bu. Tolong beri waktu saya sedikit lagi."

"Mau sampai kapan?"

"Insya Allah, secepatnya."

"Aku beri waktu dari sekarang 3 hari, kalau kamu tidak membayar tunggakan, kamu bisa angkat kaki dari kamar sewaan kamu, karena banyak orang yang ingin menyewa daripada kamu yang selalu menunggak!"

"Baik, Bu. Maafkan saya."

"Coba hubungi mantan suami kamu, minta uang, gunakan anak kamu, kalau tidak bisa cari uang, pintar-pintar mengelabuhi, Shelin! Terlalu jujur itu juga tidak baik!"

Solusi yang sama diucapkan oleh pemilik kontrakan itu dengan nada suara yang tegas, hingga membuat Shelin menarik napas.

"Iya, akan saya coba."

"Bagus! Orang kalau sudah bercerai, ayah anak anaknya masih harus bertanggung jawab untuk kehidupan anaknya, jangan lupakan itu!"

Sekali lagi, Shelin hanya mengiyakan, hingga akhirnya perempuan itu beranjak meninggalkan Shelin setelah puas memberikan ultimatum pada Shelin.

Namun, baru beberapa langkah, ia berbalik lagi dan menahan Shelin yang bergegas untuk ke kontrakannya, wanita itu kembali bicara dan ini membuat Shelin menghentikan gerakannya untuk beranjak.

"Ada apa, Bu?" tanyanya, pada sang pemilik kontrakan.

"Coba kamu ke ujung gang sebelah, ada katering untuk perusahaan batubara, biasanya di situ ada lowongan buat tukang masak, kalau kamu pintar masak, kamu bisa mencoba tanya ke sana!"

Wajah Shelin terlihat berseri mendengar saran yang diberikan oleh sang pemilik kontrakan.

"Baik, Bu! Saya justru tidak kepikiran untuk ke sana."

"Mungkin wanita seperti kamu ini tidak akan sanggup kerja berat, makanya tidak kepikiran, tapi dalam situasi seperti ini, kamu tidak bisa memilih milih pekerjaan, yang penting halal, udah, kan?"

Shelin menganggukkan kepalanya. Bukannya memilih pekerjaan, walaupun ia juga memang tidak pernah bekerja di luaran, tapi, ia memang lupa kalau di gang sebelah ada sebuah rumah katering untuk para pekerja di sebuah perusahaan tambang batubara.

Meskipun perasaannya sedikit sesak atas apa yang diucapkan oleh sang pemilik rumah kontrakan, tapi Shelin bersyukur ia diberikan informasi untuk mencoba ke tempat itu. Siapa tahu di sana ada rezeki, begitu pikirnya.

"Shelin!"

Baru saja Shelin membuka pintu kamar sewanya, suara Ratna terdengar memanggil namanya.

Tetangganya itu melangkah mendekati Shelin, sementara Sheila yang melihat Ratna buru-buru berlari ke dalam ketika pintu kamar itu dibuka sang ibu.

"Ada apa?" tanya Shelin pada sang tetangga.

Meskipun kesal dengan sikap Ratna yang keterlaluan dengan anaknya, Shelin berusaha untuk memaafkan dan berusaha untuk bersikap biasa di hadapan wanita itu.

"Aku ketemu dengan mantan suami kamu di mall. Dia bareng cewek cantik, seksi, kayaknya, mantan suami kamu itu selingkuh dari kamu ya, makanya kalian bercerai? Wanita itu seksi dan kayaknya anak orang kaya, Shel! Beda benar dengan kamu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status