Share

Bab 5

Author: AirinNash
last update Last Updated: 2023-04-30 23:35:54

BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 5.

**

PoV Raisa.

Patah ....

Satu kata yang menggambarkan perasaanku ketika melihat Rindu terbaring lemah di bangsal rumah sakit dan berada di ruang ICU. Aku b a n t i ng tulang bekerja agar kehidupan kami menjadi lebih baik tapi kenyataannya seperti ini.

Apa gunanya aku pergi jauh-jauh kalau anak-anakku menderita. Kenapa balasan Mas Emran begitu tega kepadaku. Ini adalah cobaan yang begitu besar untukku menyaksikan buah hati tercinta terbaring tak berdaya.

"Pasien terkena benturan yang cukup keras di kebagian kepala sehingga menyebabkan dia tak sadarkan diri," kata Dokter yang menangani.

Bulir-bulir bening berjatuhan mendengar perkataan Dokter. Pasti anakku mendapatkan perlakuan yang begitu kasar dari Mas Emran dan juga Liana. Padahal Rindu adalah anak kandung Mas Emran sendiri. Kenapa dia tega melakukan ini kepada Rindu?

"Saya ingin pemeriksaan yang lebih lagi untuk anak saya, Dokter. Saya ingin seluruh tubuh anak saya diperiksa. Apakah anak saya mengalami berbagai bentuk kekerasan karena saya melihat di tangannya juga ada luka lebam," kataku ke Dokter.

"Tentu kami akan mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhan pasien dan gejala penyakit apa yang sedang dideritanya selain benturan benda keras di kepala," kata Dokter.

Mendengar perkataan Dokter hatiku semakin gusar. Namun ini sudah terjadi aku hanya bisa bersabar dengan semua ujian dan cobaan yang datang dalam hidupku. Sembari berdoa untuk kesembuhan Rindu dan mengikuti prosedur Rumah Sakit.

Kupandangi wajah gadis kecilku yang terlihat sangat cantik. Aku mengambil tangannya lalu mencium tangan itu dengan penuh perasaan dan rasa sayang yang begitu besar untuk Rindu.

Lastri yang berada di sampingku membesarkan hati dengan mengelus pundakku agar aku bersabar.

"Liana ...," cicit Lastri saat seorang wanita masuk ke ruangan ICU.

Aku juga menolehkan pandangan karena dari tadi fokusku ke Rindu. Aku tersentak kaget, dia berani masuk ke ruangan ini begitu pula dia yang tidak menyangka, aku ada di sini.

"Raisa ... Lastri. Kenapa kalian ada di sini? Lagian Raisa bukannya kamu di Hongkong, kerja?" katanya.

Melihat wajahnya rasa benci ku menguar begitu besar. Ingin sekali aku men-jam-bak dan me-nam-par wajah w a n i t a yang sudah membuat kehidupanku berantakan.

"Seharusnya aku yang bertanya sama kamu? Kenapa kamu bisa ada di sini? Kenapa kamu bisa berada di ruang perawatan anakku?" tanyaku sengit.

"Itu .... Anu ...."

"Apa? Kamu ngapain di sini?"

Suaraku sedikit meninggi karena emosi yang memuncak dalam diri. Namun beberapa orang yang berada satu ruangan dengan Rindu yang juga menjenguk keluarga mereka sedikit mengamati kami. Aku merasa kurang nyaman kemudian secara kasar kutarik tangan Liana agar kami bisa berbicara di luar. Tidak enak juga dengan petugas yang menjaga.

"Lepaskan aku, Raisa. Kamu kasar banget!" katanya ketika kutarik tangannya keluar.

"Apa? Kamu gak suka?" ucapku.

"Ya, kamu tiba-tiba narik aku. Itu sama aja kamu melakukan ke-ke-ra-san kepadaku!"

"Oh, aku melakukan ke-ke-ra-san sama kamu? Terus bagaimana dengan anakku. Siapa yang buat dia ce-la-ka?"

"Kenapa kamu tanya aku? Emang aku Ibunya?" katanya.

Beberapa saat dia menatap ku dan Lastri. Liana men-de-sah, sepertinya dia tahu kalau kami tahu segala kebohongannya.

"Lastri, kamu ikut campur kan dengan kepulangan Raisa?!" katanya sengit.

"Maksudmu apa? Raisa bicara kalau dia pulang dan aku sengaja jemput dia ke Bandara?"

"Halah, gak usah bohong kamu!" katanya menyalahkan Lastri.

"Diam kamu, Liana. Kamu apakan anakku? Kamu yang mencelakakan anakku!"

"Kamu punya bukti apa menuduhku?" katanya.

Emosiku tersulut mendengar ucapannya. Ingin sekali ku gam-par dia sekarang juga. Aku masih menahannya. Bukan begini caranya. Aku masih harus sabar, di rumah sakit ini ada CCTV. Lagi pula aku gak mau mengotori tanganku di sini.

"Bunda ...."

Aku menoleh mendengar suara yang kurindukan. Suara putraku, Reyhan. Dia datang ke Rumah Sakit bersama Mas Emran. Reyhan bergegas memelukku. Begitu pula dengan ku.

Perasaanku sungguh senang bisa berjumpa lagi dengan Reyhan. Mas Emran terkejut dengan kedatanganku ke sini.

"Bunda .... Reyhan kangen banget. Jangan pergi lagi, Bunda," katanya menangis sesenggukan.

"Iya, Sayang. Bunda juga merindukan kamu, Nak. Gak akan pergi lagi," kataku memeluknya erat. Dia melakukan hal yang sama seakan takut aku pergi.

"Kalau Bunda pergi Reyhan juga ikut," katanya.

Aku mengurai pelukan kami. Kuhapus perlahan air mata anakku. Ya Allah, Reyhan kurus sekali. Apa yang mereka lakukan pada anakku. Reyhan sudah sebelas tahun. Tapi, dia kayak gak terurus. Bajunya juga lusuh sekali.

"Bunda janji gak akan meninggalkan kamu, Nak," kataku.

"Raisa, kamu kok ada di sini?" ucap Mas Emran terkejut dengan kepulanganku.

"Ya. Kenapa kamu gak suka?" kataku berdiri menatapnya sengit. Rasa benci ini menguar begitu saja.

"Kok kamu begitu banget, Sayang. Mas kaget kamu pulang. Bukannya kamu masih kerja di Hongkong? Kontrak kerja sudah selesai? Kamu gak perpanjang lagi?"

"Aku mau kamu menjelaskan semuanya ini sama aku, Mas. Kenapa Rindu bisa sakit dan koma?" kataku meminta penjelasannya.

Aku juga menatap sengit. Liana terdiam. Ku lirik dia dari tadi menatap Reyhan marah seakan memberi perintah agar tidak bicara apapun. Aku yakin, anakku mendapat tekanan lahir batin bersama Liana. Dia lah yang membuat Rindu celaka dan Reyhan jadi kurus kering dan tak terurus begini. Padahal secara rutin ku kirim uang selalu. Dia yang menikmati uang hasil kerja kerasku selama ini.

"Rindu ... Dia jatuh, Raisa. Mas belum cerita sama kamu. Mas minta maaf. Lebih baik kita bicara saja di rumah!" katanya padaku.

"Baik, kamu juga harus menjelaskan kenapa Liana ada di sini? Apa hubungan kamu dengan dia. Jelaskan semuanya!" kataku.

"Anu .... Aku masih ada keperluan," kata Liana mencoba mengelak.

Saat dia hendak beranjak. Kupegang tangannya secara kasar agar di gak pergi.

"Jangan mencoba menghindar dari kesalahan kamu. Aku yakin kamu yang melakukan semua ini!" kataku menatapnya marah.

"Sakit, Raisa!" ucap Liana meringis.

"Raisa, kamu jangan kasar gitu sama Liana. Baiklah, Mas akan ceritakan semuanya sama kamu. Kita jangan bicara di sini ya," kata Mas Emran membela Liana. Seolah tak suka aku menyakiti g u n d i k sia-lannya ini.

Bersambung. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Raisa salah
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Mendingan cerai Rindu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 41B

    Dahi Bu Husna berkerut ketika Arjuna mengatakan itu. Arjuna buru-buru mengubah mindset wanita paruh baya itu agar tidak berpikir macam-macam."Begini maksud saya, Bu. Namira beberapa kali main kemari dan juga belajar mengaji saya berpikir ingin Bu Raisa juga bisa mengajarkan anak Saya mengaji di rumah secara privat. Tidak rame-rame jadi ilmunya lebih sampai seperti itu makanya saya bertanya ke Ibu. Apakah dia berkompeten untuk mengajari Namira menurut pendapat Ibu bagaimana?" tanya Arjuna meringis."Oh begitu."Arjuna membuang napas kasar ketika Bu Husna sepertinya tidak salah paham dengan pertanyaan dan ucapannya."Alhamdulillah. Bu Raisa sungguh berkompeten apalagi Namira akrab sama dia. Dia juga suka membuat kue menjualkannya dan sebagian uangnya kadang diberikan kepada anak-anak Panti. Sebagian lagi akan diberikan Bu Raisa kepada putranya yang ada di pondok."Arjuna menganggukkan kepalanya Karena dia sudah tahu kalau Raisa punya anak di pondok pesantren seorang anak laki-laki yang

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 41A

    BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 41.**PoV AuthorBerhari-hari Arjuna berpikir terus tentang mimpinya. Bukan cuma sekali saja mimpi itu datang tetapi sampai tiga kali. Dia heran kenapa dia harus bermimpi seperti ini. Pasti ada makna dalam mimpinya.Perasaan Arjuna gelisah. Entah kenapa dia ingin melihat seseorang yang bermain dalam mimpinya. Hari ini akan mengajak anaknya untuk mengunjungi Panti Asuhan. Sekaligus mencari tahu bagaimana perasaannya dan apa yang dirasakannya setelah beberapa kali mimpi seperti ini."Jadi Papa mau nemenin Nami lagi ke panti? Kenapa tiba-tiba Papa jadi suka ke Panti? Biasanya Papa nggak suka Nami sering-sering main ke sana?" tanya Nami penuh selidik."Iya sekarang Papa suka dan senang kamu main di sana. Ternyata di sana banyak memberikan dampak positif untukmu. Kamu jadi sering belajar, kamu jadi rajin mengaji tambah pintar dan tambah semangat," ucap Arjuna ke Namira sekaligus pengacak rambut Putri kecilnya itu."Serius hanya karena itu? Bukan karena

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 40B

    Dia merasa nggak enak anaknya nggak bisa lepas dari Panti dan selalu saja membicarakan Raisa. Apalagi memakan makanan Raisa dan tidak pernah membayar mungkin Raisa merasa di rugikan. Mereka juga kekurangan tapi harus berbagi. "Gak apa, Pak. Saya juga sedekahin. Bagi-bagi, alhamdulillah rezeki selalu lancar. Ada aja yang beli," kata Raisa."Terima kasih, Mbak. Anda sudah baik dengan anak saya," ucap Arjuna. Akhirnya mereka tiba di Panti. Raisa bersama Namira langsung bergandengan tangan masuk ke dalam Panti. Arjuna melihat pemandangan itu. Dia teringat ketika masih ada istrinya. Nami pasti sangat bahagia sekali dengan ibunya kalau masih hidup tapi sekarang dia juga terlihat ceria dengan perempuan bernama Raisa.Teringat perkataan Faisal kalau Raisa memiliki masa lalu yang kelam. Terpaksa datang kemari untuk melupakan anaknya yang menjadi korban kekerasan oleh suami dan selingkuhan suaminya.Arjuna memperhatikan kegiatan mereka seakan-akan dia nggak ada pekerjaan. Dia sudah menangguhk

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 40A

    BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 40.**POV AUTHORRaisa sengaja datang ke pondok pesantren untuk mengunjungi anaknya. Dia juga membawakan makanan buat anaknya. Reyhan pasti senang dengan masakan yang dimasaknya.Raisa juga akan bercerita ke anaknya kalau dia sekarang sudah tinggal di Panti, sesekali hanya ke rumah sewa mereka karena memang belum habis sewanya. Nanti sewanya mungkin tidak akan dilanjutkan lagi. Raisa betah tinggal di sana. Dia merasa tidak sendirian lagi. Ada banyak orang yang menghiburnya. Ada anak-anak yang menyenangkan hatinya."Bunda ..."Reyhan menggunakan kopiahnya dan pakaian khas santri berjalan ke arah Raisa sambil tersenyum. Raisa juga mengulas senyum semringah menatap anaknya. Anaknya sudah semakin segar saja tidak seperti dulu yang terlihat layu ketika mereka menghadapi banyak masalah dan persoalan.Anaknya terlihat bahagia tinggal di pondok pesantren yang memang harganya cukup mahal. Tidak mengapa buat Raisa, dia akan bekerja keras dan menyisihkan tab

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 39B

    Faisal juga merasa nggak enak kenapa dia tiba-tiba jadi menceritakan masalah Raisa. Tapi memang itu apa adanya. Bosnya bertanya dan dia menceritakan secara gamblang saja. Sebenarnya Faisal juga males mau bercerita. Namun memang Raisa cukup akrab dengan anaknya. Faisal terbersit rasa tidak suka juga. Faisal juga nggak bisa memaksa hati Raisa untuk bisa menerimanya semuanya. Butuh waktu dan proses."Astaga saya sama sekali menyangka kalau ini yang terjadi dengan dia.""Begitulah, Pak, ceritanya. Tapi tolong jangan katakan ini ke Raisa dari saya karena dia pasti akan marah sekali kalau saya cerita masa lalunya. Dia kemari untuk melupakan segalanya. Tolong jangan buka luka lamanya lagi.""Iya tentu saja aku tidak akan bercerita secara gamblang ke dia. Tapi saya heran kenapa tiba-tiba dia ada di daerah ini. Kenapa bisa terpikir kemari? Mungkin dia punya saudara di sini?" tanya Arjuna."Saya nggak tahu dia punya saudara atau tidak. Saya juga nggak tahu kenapa dia tiba-tiba bisa bekerja di P

  • BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH   Bab 39A

    BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 39.**PoV Author.Arjuna tidak konsentrasi bekerja seharian ini berpikir tentang ucapan Nami yang menjodohkannya dengan Raisa. Padahal selama ini anaknya itu tidak pernah menyukai siapapun wanita yang akan dijadikan mamanya. Tapi entah kenapa dengan Raisa tiba-tiba Nami klik saja dan ingin dijadikan mamanya.Selama ini ibu kandung Arjuna, Bu Ani, dia yang paling sering menjodohkan Arjuna dengan perempuan-perempuan pilihannya. Apalagi mamanya itu kan wanita sosialita. Jadi selalu saja mencari wanita yang akan dijodohkan dengan Arjuna. Walaupun putranya itu belum siap untuk menikah lagi.Arjuna adalah lelaki sibuk, ketika istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit. Arjuna memang belum membuka diri. Saat itu Namira masih kecil sudah kehilangan ibunya tetapi Arjuna jadi garda terdepan untuk mengasuh anaknya dibantu juga dengan mamanya dan pengasuh Namira. Walau terkadang sering lalai juga karena kesibukan di Kantor, tapi, Namira tidak pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status