"Kalau kita menabrak justru tidak bisa sarapan," ucapku, lalu akhirnya Lingga memelankan laju mobilnya.
"Kamu benar," jawabnya sambil melihatku dengan tersenyum.
"Kita sarapan sekarang saja!" ucapnya lagi sambil menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Azalea menjadi gugup karena Lingga sekarang sudah menatapinya tajam. Perlahan tatapan itu semakin dekat. Wajah tampan yang menyeramkan itu semakin mendekati tubuh Azalea. Semakin dekat hingga membuat Azalea memejamkan matanya. Mulut Lingga yang sexy kini sudah 5cm dekat dengan bahu Azalea yang menggoda, hembusan nafas dari hidungnya membuat tubuh Azalea semakin gemetar. Lingga membuka mulut tersebut, memperlihatkan gigi yang tersusun rapi dengan sedikit taring. Semakin dekat hingga akhirnya gigi taring tersebut menggigit bahu Azalea.
"Aaaaaaaaa" teriak Azalea.
"Cuma bercanda," cetus Lingga sambil tertawa.
Azalea membuka mata sambil mengelus bahunya yang di gigit oleh Lingga. Terdapat bekas gigi
"Pembalasanku lebih berharga!" jawabnya. Lingga mendekatkan wajahnya kepadaku. Semakin dekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Tok.. Tok.. Tok..Suara orang mengetuk pintu. "HahhhH, buruanku lepas!" ucapnya sambil meniup wajahku. Sekarang dia merasa sedang berburu dan aku adalah kelinci perburuannya. Laki - laki ini memang unik. "Masuk!" jawabnya. Setelah pintu terbuka Pak Pram muncul dari balik pintu. Aku dan Lingga dengan posisi berhadapan di samping tembok melihat ke arah pintu, sedangkan Pak Pram juga melihat terus ke arahku dan Lingga. Entah kenapa aku merasa malu dengan posisi seperti ini dilihat oleh Pak Pram. Mungkin karena sebelumnya Pak Pram pernah melihat leherku penuh dengan kissmark jadi aku merasa Pak Pram berpikir bahwa sepagi ini aku dan Lingga telah melakukan hal tidak pantas di ruangan ini. "Paman," sapa Lingga dengan tersenyum lembut lalu melangkah ke arahnya mencium punggung tangan laki - laki
Iya aku baru ingat pertemuan pertamaku dengan Lingga. Berarti Lingga telah menyelamatkanku. Haruskah aku sekarang berterima kasih. Aku jadi tersenyum sendiri mengingat itu."Azalea, kenapa kamu senyum - senyum sendiri? Sudah gila yaa?" ucap Lingga mengagetkanku saja."Ahhh, tidak ada apa - apa Pak," jawabku."Kamu mau? " sahut Lingga lagi."Mau apa?" jawabku berpikir.Mau apa maksud laki - laki ini. Kemudian Lingga memegangi daun telinganya sambil senyum - senyum sendiri dan sesekali melihatku.Daun telinga? Hmm, dasar laki - laki mesum ini, masih sempat nya berpikir itu padahal yang sedang ia bahas adalah laki - laki mesum juga. Untung saja Pak Pram tidak menyadari apa yang dimaksud olehnya. Tapi karena itu juga sekarang Pak Pram jadi sedikit tersenyum.Hmmm, aku ingin lihat apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi Pak Surya. Lingga menyadari bahwa aku mengerti apa yang dia maksudkan dan sekarang ganti dia yang tertawa. Aku han
"Yang dilakukan Pak Surya adalah hal menjijikkan, dan aku melakukannya padamu, entah kenapa di dalam hatiku rasanya tidak enak, wanita - wanita yang telah di sentuhnya, apa yang mereka rasakan? Aku ingin tahu" tanya Lingga.Aku hanya mendengarkan saja semua yang ingin dikatakan oleh laki - laki ini. Sungguh ada apa dengan orang ini. Bukankah sudah jelas mereka sangat sakit karena merasa terhina dan ternodai."Azalea, percayalah aku hanya melakukan itu padamu saja. Sebelumnya Pak Pram pernah menjelaskannya padamu kan?" ucap Lingga lagi.Apa yang dia harapkan dariku dengan berkata begitu. Laki - laki ini sebenarnya manusia seperti apa?"Yang dirasakan wanita - wanita itu sama sepertiku, merasa terhina dan ternodai!" jawabku."Karena itu aku sekarang minta maaf padamu!" ucapnya membuatku sedikit terharu."Apakah setelah ini kamu tidak akan melakukannya padaku lagi? " tanyaku dengan senyum yang manis. Tidak apa - apa, melihatnya seperti in
"Wanita suruhan kita, mematahkan barang milik Surya dan itu hanya bisa disembuhkan lewat operasi, aku sudah menyuruh dokter di rumah sakit untuk melakukan mall praktek terhadap operasi Surya agar barangnya tidak bisa digunakan lagi untuk selamanya," sambung Pak Pram melaporkan kondisi terkini dari Pak Surya.Lingga hanya tersenyum menyeringai saja. Sedangkan Pak Pram nampak biasa saja saat mengatakannya. Bahkan mereka bisa menyuruh dokter untuk melakukan mall praktek. Bagi Pak Surya ini bukankah lebih baik di penjara. Mereka melakukan semuanya dengan cara halus tanpa disadari oleh Pak Surya, seolah - olah yang menimpanya adalah sebuah karma."Besok kita akan ke rumah sakit menanyakan tentang uang yang di dapat oleh Surya," balas Lingga."Ya benar, besok kita lakukan yang terakhir. Baiklah sekarang aku pergi dulu," pamit Pak Pram kemudian berdiri dan melangkah menuju pintu."Kalian berhati - hatilah nanti saat pulang! Selamat sore Azalea," sambung Pak Pram
Citt.. Citt.. Cuitt..Suara burung di atas rumahku. Matahari mulai menampakkan kilaunya.Ughh.. Aku masih ngantuk sekali, tadi malam Lingga pulang larut malam untuk mengobrak - abrik isi lemariku. Membuang semua serbet untuk diganti dengan pakaian dia bilang. Dia juga langsung melempar baju lamaku ke tempat sampah. Keterlaluan sekali, haruskah sampai seperti itu.Aku menggeliat melemaskan badanku yang kaku karena tidur semalaman. Setelah itu aku harus bergegas untuk mandi. Hari - hari sudah memanggilku seolah teriakan Lingga yang menggema di telinga. Tidak lama aku mandi, hanya mengguyur badanku beberapa kali setelah itu memakai sabun menggunakan shower puff, mengguyurnya lagi, tidak lupa keramas juga, setelah itu gosok gigi dan di akhiri dengan memakai sabun muka. Seperti ini saja sungguh segar sekali, mandi pagi memang benar - benar mengembalikan nyawa.Aku membelitkan satu handuk di badanku, dan memakai handuk lainnya
Lingga berbicara tanpa expresi apapun. Hanya menatap tajam Pak Surya yang seolah tersudut oleh sesuatu yang mengerikan. setelah Lingga selesai berbicara, Pak Surya pun segera menandatangani dokumen penyerahan hartanya. Sungguh kalimat yang di ucapkan Lingga seperti mewakili malaikat penghukum. Dia bilang bertobatlah seolah mengingatkan padahal dialah yang telah memberi hukuman. Setelah itu aku, Lingga dan juga Pak Pram pergi meninggalkan rumah sakit."Berikanlah dokumen harta Surya kepada Panti Sosial, setelah itu lanjutkan rencana selanjutnya!" pinta Lingga kepada Pak Pram."Iya akan aku lakukan" jawab Pak Pram lalu langsung pergi meninggalkanku dan Lingga."Sekretaris apa yang harus dilakukan selanjutnya? " tanya Lingga kepadaku yang masih terheran dengan kejadian tadi. Begitu cepat mereka menyelesaikan masalah."Haa.. apa? Oh sebentar," jawabku sambil mengecek jadwal Lingga di smartphone."Belum ada jadwal hingga nanti siang Pak," jawabku.
Setelah semua ketegangan satu setengah hari ini aku merasa lapar. Hmm.. Bukan karena itu sih, karena aku memang belum sarapan.Setelah sampai di kantor, aku menuju pantry menyiapkan secangkir kopi untuk Lingga seperti biasanya. Namun, bukan itu alasan yang sebenarnya. Tapi karena aku sungguh lapar. Untung saja perusahaan tempatku bekerja ini sungguh elit, mereka memiliki koki sendiri untuk membuat roti. Jadi selalu tersedia roti harum di pantry untuk semua karyawan. Sungguh berbeda dengan perusahaan lainnya kan? Karena makan cukup adalah kunci dari efisiensi hidup sehat menurut kebijakan perusahaan.Aku sudah memakan beberapa roti harum dan minum satu gelas susu hangat. Ya, kadang aku memang lebih suka susu dari pada teh, tergantung kondisinya saja. Kalau sekarang karena minum susu jelas lebih mengenyangkan ketimbang minum teh. Tapi memang perutku ini bawaan gen lokal, gak akan kenyang kalau cuma makan makanan ringan.Tapi apa juga yang bisa aku laku
"Ahh.. kamu lama sekali, aku saja deh, aku yang melakukan tapi kamu yang harus berterima kasih!" ucapnya.Setelah itu kedua tangannya memegangang wajahku lalu mengecup bibirku, melumatnya dengan lembut tidak seperti yang dia lakukan sebelumnya. Satu tangannya memegang wajahku dan tangan lainnya merangkul erat pinggangku hingga tubuhku seolah menindih tubuhnya yang bersandar di sofa.Kurasakan suhu tubuhnya yang semakin panas dengan semakin eratnya dia memeluk tubuhku. Tidak pernah kurasakan rasa seperti ini pada ciuman yang Lingga lakukan sebelumnya, saat ini aku seolah terbawa oleh ciuman lembut yang dilakukan olehnya. Tubuhku mulai terasa panas di iringi dengan detak jantungku yang semakin kencang. Hingga aku tidak sadar bahwa saat ini aku telah memejamkan mata. Lingga terus melumat lembut bibirku, aku masih diam seperti biasanya namun kurasa bibirku ini sesekali juga membalas lumatannya.Kurasakan Lingga tertawa kecil saat bibirku otomatis b