Aku mengubah posisi dudukku menghadap ke arahnya. Kini aku telah berhadapan dengannya. Begitu dekat dan jelas. Wajah tampan yang semula sangat kukagumi itu memang sungguhlah tampan. Namun wajah itu tak lagi bisa membuat hatiku berdebar - debar. Hanya amarah yang menumpuk di dadaku hingga begitu keras.
"Ayoo suapi aku tehnya!" perintah Lingga dengan terus menatapku.
Tak bisakah laki - laki ini melihatku biasa saja. Ingin sekali aku membuat permohonan untuk membuat laki - laki ini memalingkan wajahnya. Aku selalu merasa bahwa laki - laki ini akan menerkamku. Sedekat ini dengannya membuatku lebih jelas memandang wajahnya. Bola mata itu berwarna coklat terang, kukira sekarang dia tidak hanya keturunan Raja tapi juga keturunan vampir. Karena matanya terlihat seperti Edward cullen, vampir ganteng di film senja yang terkenal sampai lima episode itu.
"Kenapa kamu hanya menatapku? Wajah tampanku ini rugi dilihat wajah biasa sepertimu," ucapnya lagi
Sejak bertemu Lingga entah kenapa semua hal yang terjadi padaku buruk. Sungguh aku rasa aku mulai membencinya. Begitu lelah kaki ini berjalan. Namun lelah di hatiku lebih dalam. Aku tidak bisa membayangkan apa saja yang akan Lingga lakukan padaku besok, tanpa kontrak saja dia bisa melakukan apa pun, apalagi sekarang setelah aku menandatangani kontrak hidupku itu.Sepanjang jalan aku hilang dalam lamunan. Memikirkan kenapa semua hal di dunia ini seolah menuruti keinginannya. Contohnya saja, aku bukanlah orang ceroboh tapi kenapa hari ini aku memecahkan vas giok itu.Seolah vas Giok itu mencegahku pergi.Sekarang aku menjadi merinding mengikat kalimat jika kamu bisa pergi. Bagaimana bisa pergi,bahkan aku menjadi terikat.Akhirnya aku telah sampai di rumah. Kubaringkan sesaat badanku di ranjang kasur putihku yang bersih, setelah jalan begitu jauh rasanya kakiku ini mau patah. Denga
Setiap hari menjadi jelek sungguh tidak apa - apa, dari pada menjadi pelepasan nafsunya saja. Aku tersenyum sepanjang perjalanan. Kurasa kini aku tahu bagaimana caranya agar dia berhenti menyentuhku."Turun!" Perintah Lingga kepadaku."Lohhh, kenapa tidak ke kantor Pak?" tanyaku."Iyaa kamu jelek banget, buat aku gak bisa mikir," jawabnya jahat banget."Ohh orang ini, ingin sekali kuberi sianida di kopinya nanti biar langsung out," balasku dalam hati.Lingga berjalan memasuki sebuah butik yang dari luar saja tampak mewah. Aku mengikutinya dari belakang. Pelayan toko langsung membukakan pintu untuknya sambil menundukkan kepala. Dibalik pintu itu berjejer baju - baju mewah hasil design sendiri si pemilik butik.Dinding berwarna dominan putih dengan selingan warna biru navy di beberapa sisi. Lampu gantung mewah dan besar terpasang di tengah - tengah. Aroma ruangan yang sangat wangi dan tenang. Di sisi kanan baju model casual digantung rap
Norma baik tetap norma baik. Sopan santun tetap sopan santun. Harga diri harus dijunjung tinggi. Karena itu aku menjaga tubuhku ini agar bernilai lebih dimata suami dan Tuhanku. Tetapi manusia di depanku ini sedikit demi sedikit ingin merusaknya."Pak, jangan disini, di luar banyak orang!" kataku gugup berharap kali ini saja dia mau mendengarku. Aku sungguh malu di mata para pelayan tadi. Mereka juga adalah wanita, bagaimana aku menghadapi diriku yang sudah tidak ada harganya di mata mereka."Owhhh berarti di kantor boleh yaa? Tenang saja, tidak ada orang disini!" jawab Lingga santai sambil memegang daguku dan mengangkatnya hingga melihat dirinya.Berharap apa aku pada orang ini. Sudah pasti dia tidak akan mendengarkanku. Di ruang ganti ini memang tidak ada orang lain tapi di luar, pelayan sebanyak itu memangnya bukan orang. Sungguh manusia ini. Lingga kemudian mengecup bibirku sekilas lalu menghadapkan tubuhku ke depan kaca dengan posisi Lingg
"Kalau kita menabrak justru tidak bisa sarapan," ucapku, lalu akhirnya Lingga memelankan laju mobilnya."Kamu benar," jawabnya sambil melihatku dengan tersenyum."Kita sarapan sekarang saja!" ucapnya lagi sambil menghentikan mobilnya di pinggir jalan.Azalea menjadi gugup karena Lingga sekarang sudah menatapinya tajam. Perlahan tatapan itu semakin dekat. Wajah tampan yang menyeramkan itu semakin mendekati tubuh Azalea. Semakin dekat hingga membuat Azalea memejamkan matanya. Mulut Lingga yang sexy kini sudah 5cm dekat dengan bahu Azalea yang menggoda, hembusan nafas dari hidungnya membuat tubuh Azalea semakin gemetar. Lingga membuka mulut tersebut, memperlihatkan gigi yang tersusun rapi dengan sedikit taring. Semakin dekat hingga akhirnya gigi taring tersebut menggigit bahu Azalea."Aaaaaaaaa" teriak Azalea."Cuma bercanda," cetus Lingga sambil tertawa.Azalea membuka mata sambil mengelus bahunya yang di gigit oleh Lingga. Terdapat bekas gigi
"Pembalasanku lebih berharga!" jawabnya. Lingga mendekatkan wajahnya kepadaku. Semakin dekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya. Tok.. Tok.. Tok..Suara orang mengetuk pintu. "HahhhH, buruanku lepas!" ucapnya sambil meniup wajahku. Sekarang dia merasa sedang berburu dan aku adalah kelinci perburuannya. Laki - laki ini memang unik. "Masuk!" jawabnya. Setelah pintu terbuka Pak Pram muncul dari balik pintu. Aku dan Lingga dengan posisi berhadapan di samping tembok melihat ke arah pintu, sedangkan Pak Pram juga melihat terus ke arahku dan Lingga. Entah kenapa aku merasa malu dengan posisi seperti ini dilihat oleh Pak Pram. Mungkin karena sebelumnya Pak Pram pernah melihat leherku penuh dengan kissmark jadi aku merasa Pak Pram berpikir bahwa sepagi ini aku dan Lingga telah melakukan hal tidak pantas di ruangan ini. "Paman," sapa Lingga dengan tersenyum lembut lalu melangkah ke arahnya mencium punggung tangan laki - laki
Iya aku baru ingat pertemuan pertamaku dengan Lingga. Berarti Lingga telah menyelamatkanku. Haruskah aku sekarang berterima kasih. Aku jadi tersenyum sendiri mengingat itu."Azalea, kenapa kamu senyum - senyum sendiri? Sudah gila yaa?" ucap Lingga mengagetkanku saja."Ahhh, tidak ada apa - apa Pak," jawabku."Kamu mau? " sahut Lingga lagi."Mau apa?" jawabku berpikir.Mau apa maksud laki - laki ini. Kemudian Lingga memegangi daun telinganya sambil senyum - senyum sendiri dan sesekali melihatku.Daun telinga? Hmm, dasar laki - laki mesum ini, masih sempat nya berpikir itu padahal yang sedang ia bahas adalah laki - laki mesum juga. Untung saja Pak Pram tidak menyadari apa yang dimaksud olehnya. Tapi karena itu juga sekarang Pak Pram jadi sedikit tersenyum.Hmmm, aku ingin lihat apa yang akan ia lakukan untuk mengatasi Pak Surya. Lingga menyadari bahwa aku mengerti apa yang dia maksudkan dan sekarang ganti dia yang tertawa. Aku han
"Yang dilakukan Pak Surya adalah hal menjijikkan, dan aku melakukannya padamu, entah kenapa di dalam hatiku rasanya tidak enak, wanita - wanita yang telah di sentuhnya, apa yang mereka rasakan? Aku ingin tahu" tanya Lingga.Aku hanya mendengarkan saja semua yang ingin dikatakan oleh laki - laki ini. Sungguh ada apa dengan orang ini. Bukankah sudah jelas mereka sangat sakit karena merasa terhina dan ternodai."Azalea, percayalah aku hanya melakukan itu padamu saja. Sebelumnya Pak Pram pernah menjelaskannya padamu kan?" ucap Lingga lagi.Apa yang dia harapkan dariku dengan berkata begitu. Laki - laki ini sebenarnya manusia seperti apa?"Yang dirasakan wanita - wanita itu sama sepertiku, merasa terhina dan ternodai!" jawabku."Karena itu aku sekarang minta maaf padamu!" ucapnya membuatku sedikit terharu."Apakah setelah ini kamu tidak akan melakukannya padaku lagi? " tanyaku dengan senyum yang manis. Tidak apa - apa, melihatnya seperti in
"Wanita suruhan kita, mematahkan barang milik Surya dan itu hanya bisa disembuhkan lewat operasi, aku sudah menyuruh dokter di rumah sakit untuk melakukan mall praktek terhadap operasi Surya agar barangnya tidak bisa digunakan lagi untuk selamanya," sambung Pak Pram melaporkan kondisi terkini dari Pak Surya.Lingga hanya tersenyum menyeringai saja. Sedangkan Pak Pram nampak biasa saja saat mengatakannya. Bahkan mereka bisa menyuruh dokter untuk melakukan mall praktek. Bagi Pak Surya ini bukankah lebih baik di penjara. Mereka melakukan semuanya dengan cara halus tanpa disadari oleh Pak Surya, seolah - olah yang menimpanya adalah sebuah karma."Besok kita akan ke rumah sakit menanyakan tentang uang yang di dapat oleh Surya," balas Lingga."Ya benar, besok kita lakukan yang terakhir. Baiklah sekarang aku pergi dulu," pamit Pak Pram kemudian berdiri dan melangkah menuju pintu."Kalian berhati - hatilah nanti saat pulang! Selamat sore Azalea," sambung Pak Pram