Beranda / Lainnya / BUT HER FLY / Bab 3: Memulai Langkah Baru

Share

Bab 3: Memulai Langkah Baru

Penulis: ISXCK
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-20 17:03:57

Clara berdiri di depan cermin besar di ruang belakang, mengenakan gaun hitam ketat yang ditata dengan rapi di tubuhnya. Setiap inci dari penampilannya terasa asing—bukan karena gaunnya, tapi karena bagaimana ia melihat dirinya. Cermin itu memantulkan sosok wanita yang hampir tidak dikenalnya lagi. Sosok yang dulu penuh dengan harapan kini terlihat seperti seseorang yang terperangkap dalam dunia yang gelap dan penuh penilaian.

Lara, yang berdiri di sampingnya, mengamati Clara dengan cermat. “Kamu terlihat hebat,” katanya dengan senyum yang tak begitu tulus, tapi cukup meyakinkan. “Jangan khawatir, mereka semua akan menyukaimu.”

Clara hanya mengangguk, tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa gelisah, tubuhnya kaku, seolah ada beban berat yang menghalangi setiap gerakannya. Di luar ruangan, suara musik yang keras terdengar memecah keheningan, menyatu dengan percakapan yang tak pernah berhenti dari para pengunjung yang datang dan pergi.

"Jangan berpikir terlalu keras," lanjut Lara, melihat kegelisahan Clara. “Di sini, kita hanya melayani. Semua orang datang untuk melupakan sesuatu. Mereka ingin melarikan diri dari dunia mereka, sama seperti kita.”

Clara menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Saat itu, ada suara ketukan di pintu. Lara segera membuka pintu dan menyambut seorang pria yang masuk dengan langkah mantap, mengenakan jas hitam yang terlihat terlalu formal untuk tempat ini. Clara menundukkan kepala, merasa cemas.

“Ini dia, Butterfly,” kata Lara, memperkenalkan Clara yang sudah bersiap. Clara merasa perasaan itu kembali—perasaan bahwa semua ini terlalu cepat, terlalu jauh dari apa yang dia bayangkan sebelumnya. Pria itu mengangguk, kemudian memberi senyum tipis.

Clara tidak tahu apa yang harus ia rasakan. Apakah ini benar-benar pilihan yang ia buat? Setiap detik yang berlalu, dia semakin merasakan kedalaman keputusasaannya. Namun, ada juga bagian dari dirinya yang merasa bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk bertahan, satu-satunya cara untuk melanjutkan hidup.

Pria itu lalu membawa Clara ke ruang utama yang gelap, dengan lampu-lampu redup dan musik yang memadukan ketegangan dan kegembiraan. Orang-orang duduk di meja-meja, berbicara pelan, sebagian ada yang mengamati Clara dengan pandangan yang tajam. Clara merasa terasing di tengah keramaian ini, seolah tubuhnya hanya menjadi barang dagangan yang tak lagi punya harga diri.

Saat mereka menuju ke meja tertentu, Clara merasa matanya terbuka lebar. Sebuah dunia yang selama ini tersembunyi, kini terbuka begitu saja di hadapannya. Ada yang duduk dengan ekspresi kosong, ada yang tertawa terbahak-bahak, ada pula yang hanya mengamati dengan sikap tidak peduli. Semuanya mengalir begitu saja, seperti aliran yang tak bisa ia tahan.

Clara duduk di samping pria itu. Sebentar, hanya ada keheningan yang canggung antara mereka. Clara merasa seluruh tubuhnya kaku, seolah ada dinding tak terlihat yang memisahkannya dari kenyataan. Namun, ia tahu bahwa dia tidak bisa mundur lagi.

"Apa yang kamu harapkan malam ini?" Pria itu tiba-tiba bertanya, suaranya rendah, hampir seperti bisikan.

Clara menatapnya sejenak, merasa aneh dengan pertanyaan itu. Apa yang diharapkan? Apa yang seharusnya diharapkan dari dunia yang begitu asing dan penuh dengan perasaan malu? Namun, ada satu hal yang terlintas di benaknya, satu hal yang menjadi motivasinya untuk bertahan.

"Aku hanya ingin bertahan hidup," jawab Clara pelan, suaranya hampir hilang ditelan riuh suara di sekitar mereka.

Pria itu mengangguk, seperti mengerti lebih banyak daripada yang Clara katakan. Namun, dia tidak mengajukan pertanyaan lebih lanjut. Mereka berdua terdiam sejenak, menunggu interaksi berikutnya, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri.

Di saat-saat seperti ini, Clara merasakan kehadiran dirinya yang semakin menjauh. Setiap detik yang berlalu semakin membuatnya merasa semakin terasing dari dirinya sendiri. Dunia yang sebelumnya penuh dengan harapan kini menjadi sebuah dunia yang keras dan kejam, yang hanya memberi pilihan antara bertahan atau jatuh.

Beberapa menit kemudian, Lara datang menghampiri mereka. Dengan senyum tipis, dia memberi isyarat agar Clara mengikuti langkahnya. "Waktunya selesai untuk malam ini," kata Lara, seolah tidak ada yang istimewa. “Kamu sudah berhasil melewati ujian pertama.”

Clara bangkit dari kursi dan mengikuti Lara, tubuhnya masih terasa kaku. Ketika mereka kembali ke ruang belakang, Clara merasakan beban yang lebih ringan. Namun, saat ia melewati ruang utama itu sekali lagi, pandangannya terhenti pada salah satu pengunjung yang sedang berbicara dengan seorang wanita lain di meja dekat pintu keluar. Ada sesuatu dalam tatapan mereka yang membuatnya terhenti sejenak—sebuah perasaan yang tak bisa dia jelaskan. Mungkin itu perasaan bahwa dunia ini bukan hanya tentang seks atau transaksi. Ada cerita-cerita manusia lain yang tersembunyi di baliknya, cerita yang tidak ia ketahui.

Lara menutup pintu di belakang mereka dan memandangi Clara. “Bagaimana rasanya?” tanya Lara dengan nada yang datar.

Clara terdiam sejenak, merasa bingung dan terperangkap dalam labirin perasaannya sendiri. “Aku… tidak tahu,” jawabnya akhirnya.

Lara tersenyum tipis. “Kamu akan tahu seiring waktu. Semua orang di sini belajar caranya.”

Clara tidak menjawab. Malam itu, saat ia menghadap cermin lagi dan melihat sosok Butterfly yang baru saja ia ciptakan, ia tidak merasa seperti dirinya lagi. Di dalam dirinya, ada perasaan yang membingungkan—perasaan kesepian yang tak pernah ia bayangkan akan dia rasakan di dunia ini. Tapi satu hal yang jelas: dia harus terus berjalan, harus bertahan, dan mencari jalan untuk keluar dari dunia ini. Dunia yang semakin membuatnya merasa seperti kehilangan dirinya sedikit demi sedikit.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • BUT HER FLY   Bab 6: Datangnya Situasi Tak Terduga

    Keesokan harinya, Clara terbangun dengan perasaan cemas yang lebih mendalam daripada sebelumnya. Pagi itu terasa sangat berat, seolah setiap langkah yang ia ambil membawa beban yang lebih besar. Rasa gelisah yang semalam masih menghantui pikirannya, dan meskipun ia berusaha keras untuk tidak memikirkannya, perasaan itu terus mengganggunya. Hari-hari yang semula terasa seperti rutinitas kini dipenuhi dengan ketidakpastian.Lara, yang tampaknya mulai menyadari perubahan dalam diri Clara, menghampirinya pagi itu. Wajahnya lebih serius dari biasanya, dan ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Clara merasa bahwa ada yang akan berubah, sesuatu yang tak terduga."Kamu baik-baik saja?" Lara bertanya, matanya memeriksa Clara dengan seksama.Clara mengangguk, meski dalam hatinya ia merasakan perasaan sebaliknya. "Ya, hanya sedikit lelah," jawabnya pelan.Lara menyarankan agar Clara mengambil beberapa waktu untuk dirinya sendiri, berjalan-jalan atau sekadar duduk di luar, menikmati udara sega

  • BUT HER FLY   Bab 5: Di Ujung Ketegangan

    Malam itu, Clara kembali ke gedung dengan langkah yang lebih berat dari biasanya. Udara malam yang sejuk seolah tidak cukup untuk mengusir rasa gelisah yang mengendap di dadanya. Semakin lama ia berada di tempat ini, semakin jelas bahwa dunia ini bukanlah tempat yang sederhana untuk bertahan hidup. Setiap malam, setiap percakapan, setiap langkah yang diambilnya semakin membawa dia pada ketegangan yang tidak bisa lagi ia abaikan.Hari itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang mengambang di udara, sesuatu yang tak bisa ia tangkap sepenuhnya, tetapi terasa begitu nyata. Ketika ia melewati lorong sempit menuju ruang ganti, ia mendengar suara keras dari ruang utama. Suara percakapan yang tidak biasa, lebih tajam, lebih penuh dengan ketegangan.Clara melangkah lebih cepat, rasa penasaran dan kecemasannya semakin menggelisahkan. Begitu ia tiba di ruang belakang, ia melihat Lara sedang berbicara dengan seorang pria yang tampaknya cukup berkuasa di tempat itu—Pria itu mengenakan jas hitam yang rapi

  • BUT HER FLY   Bab 4: Di Antara Pilihan dan Kenyataan

    Pagi itu, Clara terbangun dengan rasa lelah yang luar biasa, meskipun tidur sepanjang malam. Matanya terpejam sejenak, mencoba menghilangkan bayangan-bayangan yang menempel di pikirannya. Kegiatan semalam—dunia yang baru, langkah pertama yang harus ia ambil—masih terasa seperti mimpi buruk yang tak bisa ia lupakan. Namun, begitu ia membuka mata dan melihat kenyataan di sekitarnya, ia tahu bahwa ini bukan mimpi. Ini adalah hidupnya sekarang.Pagi itu, dia duduk di tepi ranjang, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Rasa bingung melanda, tetapi ada satu hal yang membuatnya tetap bangun. Ia tidak bisa berhenti berpikir tentang apa yang akan datang selanjutnya. Setiap pilihan yang ia buat sepertinya semakin membawanya jauh dari diri yang dulu dia kenal.Ada rasa malu yang mendalam yang selalu mengikuti langkahnya setiap kali ia berjalan melewati lorong-lorong gedung itu. Dunia baru ini memberikan banyak kejutan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ketika hari mulai terang, Clara merasa

  • BUT HER FLY   Bab 3: Memulai Langkah Baru

    Clara berdiri di depan cermin besar di ruang belakang, mengenakan gaun hitam ketat yang ditata dengan rapi di tubuhnya. Setiap inci dari penampilannya terasa asing—bukan karena gaunnya, tapi karena bagaimana ia melihat dirinya. Cermin itu memantulkan sosok wanita yang hampir tidak dikenalnya lagi. Sosok yang dulu penuh dengan harapan kini terlihat seperti seseorang yang terperangkap dalam dunia yang gelap dan penuh penilaian.Lara, yang berdiri di sampingnya, mengamati Clara dengan cermat. “Kamu terlihat hebat,” katanya dengan senyum yang tak begitu tulus, tapi cukup meyakinkan. “Jangan khawatir, mereka semua akan menyukaimu.”Clara hanya mengangguk, tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa gelisah, tubuhnya kaku, seolah ada beban berat yang menghalangi setiap gerakannya. Di luar ruangan, suara musik yang keras terdengar memecah keheningan, menyatu dengan percakapan yang tak pernah berhenti dari para pengunjung yang datang dan pergi."Jangan berpikir terlalu keras," lanjut Lara, meliha

  • BUT HER FLY   Bab 2: Dunia yang Berbeda

    Clara berjalan menyusuri trotoar dengan langkah pelan dan hati yang bergejolak. Udara dingin kota malam itu membuatnya sedikit menggigil, namun itu bukanlah hal yang paling ia rasakan. Perasaan terperangkap, cemas, dan bingung jauh lebih menyiksa daripada dinginnya angin yang menerpa wajahnya. Setiap langkah yang ia ambil, semakin terasa berat. Jalanan yang ramai dengan lampu-lampu neon dan kendaraan yang lalu lalang kini terasa asing, seperti dunia yang bukan untuknya.Pikirannya kacau. Bagaimana bisa ia sampai di sini? Bagaimana ia bisa mengizinkan dirinya berada di persimpangan jalan seperti ini, tempat di mana setiap pilihan terasa mengerikan? Tetapi di saat yang sama, ia tahu bahwa ia tidak punya banyak pilihan. Dunia yang ia kenal sebelumnya telah menghilang, meninggalkan dirinya yang terombang-ambing tanpa arah. Setiap pekerjaan yang dia coba, setiap usaha yang dia lakukan untuk mencari sesuatu yang lebih baik, seolah selalu berakhir dengan kegagalan. Tidak ada yang tersisa sel

  • BUT HER FLY   Bab 1: Pilihan yang Tak Terelakkan

    Pagi itu, Clara duduk di meja makan dengan secangkir kopi yang hampir dingin. Pandangannya kosong, melayang ke luar jendela yang menampilkan pemandangan kota yang sibuk. Namun, matanya tak benar-benar melihat apa pun di sana. Semua yang dia lihat adalah bayangan masa lalu yang terus menghantui pikirannya—perceraian yang menghancurkan, pekerjaan yang hilang, dan tekanan yang semakin menyesakkan dadanya.Dia sudah mencoba segalanya. Mengirimkan ratusan resume ke berbagai perusahaan, menghadiri wawancara yang satu per satu berakhir dengan penolakan. Tapi saat ini, Clara merasa lelah. Lelah berjuang melawan dunia yang seolah tak memberinya kesempatan lagi. Di usia yang sudah menginjak 30-an, dengan riwayat pekerjaan yang tak terlalu gemilang dan beban kehidupan yang semakin berat, harapannya semakin memudar.Hidupnya tak pernah seperti ini sebelumnya. Dulu, Clara pernah percaya bahwa hidup itu tentang memilih dan berjuang untuk impian. Namun, setelah perceraiannya yang menyakitkan, impian

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status