ホーム / Lainnya / BUT HER FLY / Bab 2: Dunia yang Berbeda

共有

Bab 2: Dunia yang Berbeda

作者: ISXCK
last update 最終更新日: 2025-03-20 17:03:23

Clara berjalan menyusuri trotoar dengan langkah pelan dan hati yang bergejolak. Udara dingin kota malam itu membuatnya sedikit menggigil, namun itu bukanlah hal yang paling ia rasakan. Perasaan terperangkap, cemas, dan bingung jauh lebih menyiksa daripada dinginnya angin yang menerpa wajahnya. Setiap langkah yang ia ambil, semakin terasa berat. Jalanan yang ramai dengan lampu-lampu neon dan kendaraan yang lalu lalang kini terasa asing, seperti dunia yang bukan untuknya.

Pikirannya kacau. Bagaimana bisa ia sampai di sini? Bagaimana ia bisa mengizinkan dirinya berada di persimpangan jalan seperti ini, tempat di mana setiap pilihan terasa mengerikan? Tetapi di saat yang sama, ia tahu bahwa ia tidak punya banyak pilihan. Dunia yang ia kenal sebelumnya telah menghilang, meninggalkan dirinya yang terombang-ambing tanpa arah. Setiap pekerjaan yang dia coba, setiap usaha yang dia lakukan untuk mencari sesuatu yang lebih baik, seolah selalu berakhir dengan kegagalan. Tidak ada yang tersisa selain jalan ini—jalan yang penuh dengan bayang-bayang dan stigma, namun sepertinya satu-satunya yang menawarkan kesempatan untuk bertahan hidup.

Yani memberinya alamat sebuah tempat yang tidak ia kenal sebelumnya. Sebuah gedung tua yang tampaknya sudah lama tidak direnovasi, terletak di pinggiran kota yang kurang ramai. Clara merasa seolah-olah ia sedang memasuki sebuah dunia paralel, sebuah dunia yang seolah hanya ada di dalam film-film murahan yang sering ia tonton di waktu senggang. Tapi kali ini, itu nyata. Ia tidak bisa mundur lagi.

Saat ia berdiri di depan pintu gedung tersebut, jantungnya berdegup kencang. Sebuah papan kecil di dekat pintu bertuliskan "Butterfly Lounge" dengan huruf neon yang redup. Tiba-tiba, perasaan cemas yang sebelumnya ada semakin meningkat, tetapi ada pula perasaan lain—perasaan aneh yang sulit diungkapkan. Mungkin itu rasa penasaran, atau mungkin rasa putus asa yang membuatnya bertahan.

Clara menarik napas panjang dan mengetuk pintu yang tampaknya sudah sangat tua itu. Setelah beberapa detik, pintu terbuka dan seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang membuka pintu. Matanya mengamati Clara dengan cermat, seolah menilai siapa yang berdiri di depannya. Wanita itu mengenakan pakaian yang sangat terbuka dan mengandung kesan kemewahan yang mencolok.

"Clara?" tanya wanita itu dengan suara rendah dan tenang.

"Ya," jawab Clara, suara itu terdengar lebih ragu dari yang ia inginkan.

"Masuklah," wanita itu mengangguk, membuka pintu lebih lebar untuk memberi ruang bagi Clara. "Aku sudah menunggu."

Clara melangkah masuk dengan hati yang semakin berdebar. Sebuah ruangan kecil yang minim cahaya menyambutnya. Meja resepsionis kosong, tetapi ada dua wanita yang sedang duduk di sofa, saling berbicara sambil tertawa pelan. Suara musik yang lembut terdengar, membuat suasana menjadi semakin aneh dan suram bagi Clara.

Wanita yang membukakan pintu itu memperkenalkan dirinya sebagai Lara, dan mengajaknya duduk di ruang kecil di belakang ruang utama. "Kamu sudah siap?" tanya Lara, matanya tajam dan mengamati Clara dengan penuh perhatian.

Clara menunduk, merasa tak nyaman dengan pertanyaan itu. “Saya… tidak tahu. Saya hanya ingin bertahan hidup,” jawabnya, suaranya hampir tak terdengar.

Lara tersenyum simpul, seakan sudah terlalu sering mendengar jawaban seperti itu. "Begitu banyak yang datang ke sini dengan alasan yang sama, Clara. Jangan khawatir. Di sini, kamu akan mendapatkan apa yang kamu butuhkan. Semua ada di tanganmu."

Clara merasa tertekan. Kata-kata Lara terdengar begitu datar, tidak ada empati, hanya suara yang mengingatkan bahwa ini adalah transaksi, bukan bantuan. Semua menjadi jelas. Tidak ada ruang untuk melarikan diri dari kenyataan yang sudah dipilihnya. Di dunia ini, dia hanya satu dari banyak orang yang terjebak dalam lingkaran yang sama.

Lara kemudian memberinya formulir untuk diisi, berisi informasi dasar tentang dirinya, dan beberapa pertanyaan yang lebih mengarah pada kemampuan atau batasan yang ia miliki. Clara merasa sangat canggung mengisi formulir tersebut. Setiap pertanyaan seperti menggali kedalaman rasa malu dan ketakutannya.

"Jangan khawatir tentang apa yang sudah terjadi di masa lalu," Lara berkata lagi, menyadari kegelisahan Clara. "Di sini, kita semua memulai dari awal. Apa yang terjadi di luar, di dunia luar, tidak ada hubungannya dengan kita. Ini tentang siapa kamu sekarang, siapa yang ingin kamu jadi."

Clara terdiam. Lara tampaknya sudah berbicara dengan begitu banyak orang yang memiliki cerita serupa. Clara bertanya-tanya apakah kata-kata Lara memang sekadar hiburan untuk mereka yang datang kesini, atau apakah itu benar-benar sebuah kenyataan.

Setelah mengisi formulir dan menandatangani beberapa dokumen, Clara diminta untuk mengikuti Lara ke ruang lain yang lebih besar. Di sana, ia bertemu dengan beberapa wanita lain, yang sebagian besar tampaknya sudah lama berada di tempat ini. Mereka mengamati Clara dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan—ada yang penuh rasa ingin tahu, ada pula yang menunjukkan kebosanan.

Lara kemudian berbicara dengan tegas, "Kamu akan mulai malam ini. Kita akan mengajarkanmu semua yang perlu kamu tahu. Kamu punya pilihan untuk pergi kapan saja, tapi jika kamu ingin bertahan, kamu harus tahu aturan mainnya."

Clara mendengarkan, tetapi kata-kata itu seolah tidak lagi masuk ke dalam pikirannya. Di satu sisi, ia merasa seperti sedang berada di persimpangan yang akan mengubah hidupnya selamanya. Di sisi lain, ia merasa terjebak dalam pilihan yang sudah tidak bisa ia hindari lagi.

Ketika malam tiba dan Clara dipersiapkan untuk menghadapi dunia baru ini, dia tahu satu hal: dunia ini berbeda. Dunia ini tak akan pernah memberinya kesempatan untuk kembali lagi. Ia harus melangkah, harus menjadi seseorang yang baru, dengan nama baru—Butterfly.

Namun, di dalam hati Clara, ada satu pertanyaan yang terus menggema: "Apakah aku masih bisa menemukan diriku sendiri di sini?"

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • BUT HER FLY   Bab 6: Datangnya Situasi Tak Terduga

    Keesokan harinya, Clara terbangun dengan perasaan cemas yang lebih mendalam daripada sebelumnya. Pagi itu terasa sangat berat, seolah setiap langkah yang ia ambil membawa beban yang lebih besar. Rasa gelisah yang semalam masih menghantui pikirannya, dan meskipun ia berusaha keras untuk tidak memikirkannya, perasaan itu terus mengganggunya. Hari-hari yang semula terasa seperti rutinitas kini dipenuhi dengan ketidakpastian.Lara, yang tampaknya mulai menyadari perubahan dalam diri Clara, menghampirinya pagi itu. Wajahnya lebih serius dari biasanya, dan ada sesuatu dalam tatapannya yang membuat Clara merasa bahwa ada yang akan berubah, sesuatu yang tak terduga."Kamu baik-baik saja?" Lara bertanya, matanya memeriksa Clara dengan seksama.Clara mengangguk, meski dalam hatinya ia merasakan perasaan sebaliknya. "Ya, hanya sedikit lelah," jawabnya pelan.Lara menyarankan agar Clara mengambil beberapa waktu untuk dirinya sendiri, berjalan-jalan atau sekadar duduk di luar, menikmati udara sega

  • BUT HER FLY   Bab 5: Di Ujung Ketegangan

    Malam itu, Clara kembali ke gedung dengan langkah yang lebih berat dari biasanya. Udara malam yang sejuk seolah tidak cukup untuk mengusir rasa gelisah yang mengendap di dadanya. Semakin lama ia berada di tempat ini, semakin jelas bahwa dunia ini bukanlah tempat yang sederhana untuk bertahan hidup. Setiap malam, setiap percakapan, setiap langkah yang diambilnya semakin membawa dia pada ketegangan yang tidak bisa lagi ia abaikan.Hari itu terasa berbeda. Ada sesuatu yang mengambang di udara, sesuatu yang tak bisa ia tangkap sepenuhnya, tetapi terasa begitu nyata. Ketika ia melewati lorong sempit menuju ruang ganti, ia mendengar suara keras dari ruang utama. Suara percakapan yang tidak biasa, lebih tajam, lebih penuh dengan ketegangan.Clara melangkah lebih cepat, rasa penasaran dan kecemasannya semakin menggelisahkan. Begitu ia tiba di ruang belakang, ia melihat Lara sedang berbicara dengan seorang pria yang tampaknya cukup berkuasa di tempat itu—Pria itu mengenakan jas hitam yang rapi

  • BUT HER FLY   Bab 4: Di Antara Pilihan dan Kenyataan

    Pagi itu, Clara terbangun dengan rasa lelah yang luar biasa, meskipun tidur sepanjang malam. Matanya terpejam sejenak, mencoba menghilangkan bayangan-bayangan yang menempel di pikirannya. Kegiatan semalam—dunia yang baru, langkah pertama yang harus ia ambil—masih terasa seperti mimpi buruk yang tak bisa ia lupakan. Namun, begitu ia membuka mata dan melihat kenyataan di sekitarnya, ia tahu bahwa ini bukan mimpi. Ini adalah hidupnya sekarang.Pagi itu, dia duduk di tepi ranjang, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Rasa bingung melanda, tetapi ada satu hal yang membuatnya tetap bangun. Ia tidak bisa berhenti berpikir tentang apa yang akan datang selanjutnya. Setiap pilihan yang ia buat sepertinya semakin membawanya jauh dari diri yang dulu dia kenal.Ada rasa malu yang mendalam yang selalu mengikuti langkahnya setiap kali ia berjalan melewati lorong-lorong gedung itu. Dunia baru ini memberikan banyak kejutan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ketika hari mulai terang, Clara merasa

  • BUT HER FLY   Bab 3: Memulai Langkah Baru

    Clara berdiri di depan cermin besar di ruang belakang, mengenakan gaun hitam ketat yang ditata dengan rapi di tubuhnya. Setiap inci dari penampilannya terasa asing—bukan karena gaunnya, tapi karena bagaimana ia melihat dirinya. Cermin itu memantulkan sosok wanita yang hampir tidak dikenalnya lagi. Sosok yang dulu penuh dengan harapan kini terlihat seperti seseorang yang terperangkap dalam dunia yang gelap dan penuh penilaian.Lara, yang berdiri di sampingnya, mengamati Clara dengan cermat. “Kamu terlihat hebat,” katanya dengan senyum yang tak begitu tulus, tapi cukup meyakinkan. “Jangan khawatir, mereka semua akan menyukaimu.”Clara hanya mengangguk, tidak tahu harus berkata apa. Ia merasa gelisah, tubuhnya kaku, seolah ada beban berat yang menghalangi setiap gerakannya. Di luar ruangan, suara musik yang keras terdengar memecah keheningan, menyatu dengan percakapan yang tak pernah berhenti dari para pengunjung yang datang dan pergi."Jangan berpikir terlalu keras," lanjut Lara, meliha

  • BUT HER FLY   Bab 2: Dunia yang Berbeda

    Clara berjalan menyusuri trotoar dengan langkah pelan dan hati yang bergejolak. Udara dingin kota malam itu membuatnya sedikit menggigil, namun itu bukanlah hal yang paling ia rasakan. Perasaan terperangkap, cemas, dan bingung jauh lebih menyiksa daripada dinginnya angin yang menerpa wajahnya. Setiap langkah yang ia ambil, semakin terasa berat. Jalanan yang ramai dengan lampu-lampu neon dan kendaraan yang lalu lalang kini terasa asing, seperti dunia yang bukan untuknya.Pikirannya kacau. Bagaimana bisa ia sampai di sini? Bagaimana ia bisa mengizinkan dirinya berada di persimpangan jalan seperti ini, tempat di mana setiap pilihan terasa mengerikan? Tetapi di saat yang sama, ia tahu bahwa ia tidak punya banyak pilihan. Dunia yang ia kenal sebelumnya telah menghilang, meninggalkan dirinya yang terombang-ambing tanpa arah. Setiap pekerjaan yang dia coba, setiap usaha yang dia lakukan untuk mencari sesuatu yang lebih baik, seolah selalu berakhir dengan kegagalan. Tidak ada yang tersisa sel

  • BUT HER FLY   Bab 1: Pilihan yang Tak Terelakkan

    Pagi itu, Clara duduk di meja makan dengan secangkir kopi yang hampir dingin. Pandangannya kosong, melayang ke luar jendela yang menampilkan pemandangan kota yang sibuk. Namun, matanya tak benar-benar melihat apa pun di sana. Semua yang dia lihat adalah bayangan masa lalu yang terus menghantui pikirannya—perceraian yang menghancurkan, pekerjaan yang hilang, dan tekanan yang semakin menyesakkan dadanya.Dia sudah mencoba segalanya. Mengirimkan ratusan resume ke berbagai perusahaan, menghadiri wawancara yang satu per satu berakhir dengan penolakan. Tapi saat ini, Clara merasa lelah. Lelah berjuang melawan dunia yang seolah tak memberinya kesempatan lagi. Di usia yang sudah menginjak 30-an, dengan riwayat pekerjaan yang tak terlalu gemilang dan beban kehidupan yang semakin berat, harapannya semakin memudar.Hidupnya tak pernah seperti ini sebelumnya. Dulu, Clara pernah percaya bahwa hidup itu tentang memilih dan berjuang untuk impian. Namun, setelah perceraiannya yang menyakitkan, impian

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status