Tak ada kata-kata lain selain caci maki yang kini ada dalam pikiran Reres. Saga menjadi begitu menyebalkan dan jujur ini mengganggunya. Sejak tadi tak ada senyum yang gadis itu tunjukkan. Sementara di sampingnya ada Haris yang sejak tadi berjalan seraya memerhatikan kekesalan Reres. Pria itu mencolek bahu Reres, membuat Reres menoleh, lalu Haris tersenyum menunjukkan giginya. Reres tetap tak tersenyum membuat Haris tersenyum semakin lebar."Aku enggak mood senyum Mas," kata Reres.Haris menaikkan bibir bawahnya ia menatap reres dengan tatapan seolah merajuk. "Muka kamu kaya gini."Hal itu kini membuat Reres tertawa. Setidaknya kini Haris berhasil menghiburnya. Mereka tak menyadari kalau di belakang ada Saga yang tengah memerhatikan ada perasaan kesal karena sang sekretaris bisa membuat sahabatnya tertawa. "Ga," sapa Aira yang terlupakan sesaat.Saga meoleh, meskipun berhati dingin ia ingin menghargai gadis itu karena telah membuatnya bisa datang kemari. "Hmm?""Haris sama Reres pacar
Mobil Haris berhenti tepat di depan rumah Saga. hari ini adalah hari yang menyenangkan baginya. Gadis itu senang karena pada akhirnya tak menjalani liburan dengan tetap berada di rumah dan terpaksa harus mengurusi Saga lagi dan Saga lagi. "Makasih banyak ya Mas," ucapnya."Aku yang makasih karena kamu mau temenin aku," sahut Haris yang jelas merasa senang karena bisa menghabiskan waktu bersama gadis yang ia sukai. Reres tersenyum dalam hati merasa tersanjung karena Haris ucapkan itu padanya. "Aku juga seneng karena hari ini bisa ditraktir sama Mas."Haris tersenyum, ia lalu bergerak untuk melepaskan sabuk pengaman, ia menunjukkan jari telunjuknya seraya menatap Reres seolah meminta untuk tak keluar dulu dari dalam mobil. Haris kemudian beralih segera berjalan ke luar dan membukakan pintu untuk Reres. Gadis itu berjalan ke luar mobil kemudian menekuk lutut seraya kedua tangannya memegang ujung gaun layaknya seroang putri kerajaan. hal itu lagi-lagi membuat Haris terkekeh geli. Anda
Reres kalah pertahanan, stimulus yang diberikan Saga buat gadis itu mengibarkan bendera putih. Keduanya sudah dalam keadaan polos. Ya, tak mengenakan apapun dan Saga kini dengan bebas mendapatkan apa yang ia inginkan sejak kemarin-kemarin. Pria itu telah berada di antar kedua kaki Reres dan sibuk memuaskan hasrat. Reres tak menarik dulu ia pikir begitu, tapi di bawah tubuhnya sahabatnya terlihat begitu luar biasa. Ia kecup dan cium perlahan setiap kali desahan yang keluar sedikit keras. Atau ia sesekali terpaksa menutup bibir gadis itu dengan membiarkan jemarinya masuk ke dalam bibir Reres. Saga coba tahan suara sama halnya dengan Reres juga. Mereka tak bisa terlalu ribut, padahal biasanya Saga menyukai keributan. Pria itu terus bergerak hingga ia buat Reres dan dirinya puas. Kemudian merebahkan tubuh di samping Reres ketika sudah tuntas. Saga menatap Reres yang memejamkan mata. Ia menaikkan selimutnya, hanya saja Reres menahan kemudian melilitkan ke tubuhnya, ia segera duduk di te
Dalam hati sampai pagi ini, Reres terus meruntuki diri akibat kebodohannya semalam. Terpikat, terjerat oleh Saga adalah kebodohan yang entah keberapa. Tapi, tak bisa dipungkiri kalau semalam juga menginginkan hal itu. Ya, meski memang semua berawal dari Saga yang terus saja memaksanya. Siapa yang tak akhirnya kalah setelah diuji terus menerus dengan godaan? Bagaimanapun, Reres bisa dibilang sedang dalam masa geloranya di usia yang masih dua puluhan awal. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian. Gadis itu berjalan menuju kamar Saga. Setelah berjalan ke luar kamar, Reres menuju ruang laundry mengambil baju milik Saga yang selesai dicuci dan setrika. Kemudian membawanya ke kamar Saga. Ia segera masuk, melihat pria itu bahkan masih tak mengenakan pakaian. Reres merapikan pakaian, setelah selesai ia berjalan menuju Saga membangunkan sahabatnya itu.Reres menggoyang tubuh Saga. "Bangun Ga."Saga membuka matanya lalu tersenyum. "Hei sayang."Reres hela napasnya. "Lo mabok?"Saga terseny
Di dalam ruangan Saga, Reres duduk di sofa seraya membaca artikel dari ponsel miliknya. Sahabatnya itu benar-benar tak mengijinkan ia untuk keluar ruangan. Tentu saja hal ini membuat Reres merasa terpenjara. Sementara gadis bertubuh gemuk itu merasa kesal dengan perlakuan atasannya. Sejak tadi, Saga sesekali melirik kepada Reres memastikan bahwa Gadis itu tak akan keluar dari ruangan dan tak terlalu jauh dari jarak pandangnya."Lo mau makan sesuatu?"Saga menawarkan."Tidak Pak," sahut Reres. "Terus mau apa biar nggak bosen?" Saga bertanya lagi penuh perhatian. Ia tak ingin Reres merasa bosan sehingga nanti memutuskan untuk keluar dari ruangan itu."Saya mau keluar dari ruangan ini," jawab gadis itu cepat. Rasanya benar-benar menyebalkan sejak tadi hanya diam dan duduk sambil membaca baca artikel. Mendengar penuturan itu membuat Saga memilih untuk tak peduli. Ia kembali membuka-buka dokumen yang kini berada di atas mejanya. Tak akan ia biarkan Reres bertemu dengan Haris. Karena selam
Reres duduk di dalam mobil sejak tadi tak ada yang ia bicarakan. Sejak Reres memberikan kopi untuk Saga. gadis itu tak berbicara sepatah katapun. Reres kesal dikekang, ditahan rasanya seperti terpenjara. Dan itu buat ia muak dan kesal pada perangai Saga. Saga yang duduk di samping Reres merasa cemas juga karena sahabatnya itu tak mengatakan sepatah katapun. Dalam hatinya merasa takut juga karena reres tak pernah marah sampai seperti ini. Sudah lebih dari dua jam mereka saing diam. Bahkan saat Saga memerintahkan, Reres hanya melakukan tanpa perlawanan. Saga melirik, ia tau salahnya dimana. Hanya saja tak mungkin untuk tak melakukan itu. Saga terlalu takut kehilangan Reres; Saga takut Reres bersama Haris kemudian jatuh cinta pada sekretarisnya itu. Ketakutan Saga begitu besar apalagi tau dengan jelas Haris adalah saingannya. Bahkan sejak awal Haris-lah yang menunjukkan ketertarikannya. Saga mengerti kini mengapa sejak lama sekali Haris beri perhatian pada Reres seperti itu. Semua kare
Nindi kini pulang di rumah ia berada di ruangan bersama dengan Ayu. Setelah pulang dari bertemu dengan Lauren tadi, ia memberitahu semua pada Ayu mengenai apa yang terjadi. Kedua wanita itu benar-benar mengatur hidup Saga dengan baik. Saga harus terlihat sempurna diantara kekurangan yang ia miliki. Semua hal yang akan memperburuk citra Saga akan segera diatasi. Semua mereka lakukan dengan alasan untuk kebaikan Saga. Satu-satunya pewaris keluarga itu setelah sang ayah meninggal dunia.Saga layaknya boneka yang diatur dan diawasi oleh keduanya. Jika Saga tau apa yang dilakukan Ayu dan Nindi di belakangnya ia mungkin akan kecewa sekali. Dan keduanya tau itu. Kalau Saga tak boleh mengetahui apa yang mereka lakukan. Sehingga semua direncanakan dan sembunyikan dengan baik. "Jadi gimana caranya kamu buat mereka dekat nanti?" Ayu bertanya pada sang menantu, Nindi."Tadi Aira cerita kalau mereka sempat kencan berempat sama Reres dan Haris. Menurut Aira, Reres itu ada hubungan sama Haris Bu."
Haris duduk dengan cemas, jari-jarinya mengetuk meja kerja. Penasaran mengapa Reres tak menerima panggilan. Bahkan saat ini ponselnya pun sama tak aktif. Haris kembali mencoba menghubungi Reres dan lagi-lagi ia hanya mendapatkan suara operator sebagai jawaban.Niatnya menghubungi Reres hanya untuk buat perasaannya lebih baik akibat cemas seharian tadi. Reres terlihat kesal karena berada di ruangan Saga seharian. Haris tak tau ada apa diantara keduanya. Yang ia tau hanyalah keduanya memang sering kali bertengkar. Itu sudah menjadi hal yang umum bahkan penghuni kantor sudah mengetahui kebiasaan bertengkar mereka. Sebagian menganggap Reres kurang ajar kepada atasan dan sebagian merasa itu biasa saja, karena mereka adalah sahabat sejak kecil. "Kamu kenapa sih Res? Mana dari tadi enggak aktif coba," gumam Haris Haris mencari nomor ponsel Saga, menimbang apakah harus menghubungi sang atasan. Namun, ia urungkan niat. Pasti akan aneh sekali kalau ia tiba-tiba menelpon hanya untuk menanyak