Home / Romansa / Baby Sitter Tuan Bos / 4. Ciuman Pertama Binar

Share

4. Ciuman Pertama Binar

Author: Ika Armeini
last update Last Updated: 2023-08-13 12:10:13

Binar langsung berontak begitu merasakan bibir Tuannya mampir ke bibirnya. Tangannya berusaha untuk mendorong tubuh Satya, tapi sudah pasti sia-sia.

Badan Satya jauh lebih besar dari Binar, mau mendorong, memukul, mencakar seperti apa pun bakalan percuma, si Tuan Bos lagi kesambet setan mesum. Membuat Binar yang awalnya berontak, berujung terdiam pasrah karena capek sendiri.

Ini ciuman pertama Binar, sialnya kenapa bibir si Tuan Bos yang awalnya terasa begitu kasar, kini jadi begitu ... nikmat. Jadi ini rasanya bibir ketemu bibir? Nempel seperti ikan sapu-sapu di aquarium kaca itu, kan?

Dalam mode pasrah itu akhirnya binar membiarkan bibir tuannya mencium bibirnya lebih dalam. Rasanya ada manis-manisnya.

Saat Binar sudah sangat menikmati ciuman tersebut, tiba-tiba Satya malah mengurai ciumannya.

Binar seperti orang mabok setelah mendapatkan bonus napas buatan ala-ala dari Satya tadi.

"Sorry, Bi, aku ... kebablasan!" kata Satya dengan ekspresi datar, sepertinya yang tadi hanya hal yang biasa untuknya.  "Kamu nggak apa-apa, kan?"

Binar tersadar dari mode mabok sekilasnya. Dengan spontan ia memukul dada bidang Satya. "Tuan Bos jahat!"

Berkali-kali dada Satya terkena pukulan yang menurut Binar itu sudah setara dengan tenaga kamehameha Goku di Dragon Ball, tapi tentu tak terasa apa pun untuk Satya yang badannya kekar.

"Kamu ngapain, sih?" tanya Satya dengan nada yang agak tinggi.

"Binar lagi mukul Tuan Bos, soalnya Tuan nakal udah cium-cium Binar. Mana lagi ini kan ciuman pertama Binar, bisa-bisanya direnggut sama Tuan! Jahat, pokoknya jahat!" Binar benar-benar keki. Bibirnya yang tadi ketempelan bibir Satya pun kini terlihat manyun.

"Stop, stop!" Satya berusaha menghentikan tangan Binar yang terus memukul dadanya. "Kamu buang-buang tenaga mukulin aku, nggak berasa apa di badanku. Kalau kamu pengen lagi yang seperti tadi, kamu tinggal bilang aja!"

"Dih, siapa juga yang pengen lagi?" Mata Binar melotot tajam.

"Kamu nggak usah bohong, aku tahu kalau kamu menikmatinya, kok! Kasihan bener sih kamu, masa umur segini belum pernah ciuman? Parah banget! Dulu waktu aku TK malah udah nyosor cewek."

Binar mau ngambek, malah ingin melaporkan Satya ke KOMNAS perlindungan anak. Namun kalau dipikir-pikir, Binar bukan anak-anak lagi, sudah masuk usia dewasa. Untung aja Tuan Bosnya ini ganteng, mapan, dan ... seksi, biarpun ada tatto naga lagi kedip mata di punggungnya, yang sebenarnya menurut Binar malah menutupi keseksian si Tuan Bos. Jadi sementara ini bisa Binar maafkan. Aduh, Binar mulai oleng gara-gara kena ciuman napas buatan ala-ala Satya yang tadi. Masih teringat jelas bagaimana teksturnya, basahnya, manisnya, ah ... ini bahaya! Bahaya kalau deket-deket sama si Tuan Bos Satya, takutnya Binar jadi lebih kepo lagi.

"Kamu nggak usah baperan, yang tadi murni cuma niatku buat kasih napas buatan. Makanya kalau nggak bisa berenang, kamu jangan macem-macem ke kolam yang dalam. Paham?" Satya tetap terlihat tenang.

Binar memutar kedua bola matanya. Tahu kalau itu cuma alasan si Tuan Bos, padahal tadi jelas-jelas Binar sudah dalam kondisi sadar, malah sengaja didekati oleh Satya dan langsung ketempelan bibirnya.

"Hayo loh ... Daddy tama Mbak Binal pacalan, ya—Daddy sama Mbak Binar pacaran, ya?" Davi ternyata dari tadi menjadi saksi bisu adegan ciuman pertama Binar yang barusan. Untungnya anak itu mengikuti perkataan Satya untuk tidak pergi ke mana-mana. Saking mengikuti perkataan, malah bocil itu menonton dengan tenang saat Satya memberi napas buatan yang tadi.

Sungguh tidak sopan, bisa-bisanya Satya memberi tontonan seperti itu padahal ada anak di bawah umur.

"Pokoknya Binar kesel sama Tuan Bos!" Binar mendorong lagi tubuh Satya agar menjauh dari dirinya. Gadis itu pun berusaha untuk naik dari kolam tersebut, hendak mengeringkan tubuhnya sekaligus membantu Davi mengeringkan tubuh juga.

Satya membiarkan saja gadis itu pergi mengajak Davi. Sementara mata Satya terus memperhatikan pergerakan Binar yang berjalan menjauh. Bisa-bisanya di saat seperti ini malah otak Satya oleng membayangkan adegan yang tidak-tidak. Duh ... jangan, Satya! Dia itu cuma asisten rumah tangga, kerjanya amatiran pula. Tinggal nunggu waktu yang tepat buat pecat Binar.

***

"Tumben banget lo telat, memangnya semalam lo bawa pulang yang mana, Sat?" Julian, sahabat Satya langsung menyapanya dengan pertanyaan to the point.

Satya menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di dalam ruangan Julian.

"Semalam, gue bawa pulang SPG Over Glow yang di mall. Tapi gue lupa namanya. Sofi, nofi, apa Lofi, ah ... lupa!"

Julian geleng-geleng kepala keheranan. "Mau sampai kapan lo begini, sih? Gonta ganti melulu, celup sana-sini. Iya gue tahu lo selalu main aman, lo rutin medical check up buat mendeteksi penyakit menular yang udah pasti hasil akhirnya menyatakan lo sehat. Tapi lo nggak—"

"Nggak bisa begini terus, gue harus cari istri seperti sahabat kita Ethan yang udah nikah duluan dan sekarang lagi punya bayi, begitu kan maksud lo?"

Julian nyengir. "Nah, itu lo pinter!"

"Tapi seharusnya, sebelum lo nasehatin gue, ada baiknya buat pastikan dulu kalau lo juga udah nikah, anjir!" Satya meledek balik sahabatnya. Jelas karena Julian pun belum menikah juga, kondisinya sama seperti Satya, sama-sama single. Bahkan Julian masih perjaka tong-tong, berbeda sekali dengan Satya yang sangat aktif di luar dan di dalam ya, Bund!

"Oh, sori dori mori, gue biarpun masih jomblo tapi ogah celup sana-sini. Lo tahu gimana gue yang selalu menjaga kehormatan perempuan, termasuk menjaga perjaka gue khusus buat istri gue nanti. Gue bakalan kasih benih-benih super yang menghasilkan bocah-bocah menggemaskan versi Julian junior ke calon istri gue aja."

Ngomong-ngomong masalah benih-benih super, Satya jadi teringat dengan Davi, hasil benih-benih premium supernya. Anak itu setelah berenang tadi sepertinya capek dan langsung tertidur. Baru setelahnya Satya berangkat ke kantor, meninggalkan Davi dengan Binar di rumah. Semoga saja Binar memang betah meladeni anak itu.

Awalnya sih Satya mau memecat Binar, hanya dalam hitungan hari, karena kerjaannya slebor. Namun kemunculan Davi secara tiba-tiba membuat Satya mengurungkan niatan memecat Binar. Ternyata gadis itu pandai mengurus anak kecil, mungkin karena konon katanya si Binar punya banyak adik di kampungnya, jadi udah terbiasa sama bocil.

Tadi juga Satya mengatakan kalau akan menaikkan gaji Binar, karena mau merangkap sebagai baby sitter juga. Daripada Satya pusing sendiri ngurus tuh bocil, malas juga kalau cari baby sitter yang baru, Satya tidak suka rumahnya banyak dihuni oleh orang lain. Terbiasa hidup sendiri sejak muda.

"Huh, sorry guys, gue barusan ditelpon istri gue, katanya baby Evelyn nangis melulu. Sepertinya gue harus balik pulang duluan, nggak apa-apa, kan?" Ethan, satu lagi sahabat Satya pendiri Over Glow, terlihat masuk ke ruangan Julian dan bergabung bersama dua rekannya. Tangannya memegang ponsel, sepertinya sedang sibuk dengan urusan anaknya yang baru lahir beberapa hari lalu itu.

"Semenjak lo punya baby, sepertinya memang fokus lo bakalan terbagi, Than!" kata Julian. "Nggak apa-apa, lo kelarin dulu urusan anak istri lo, biar bisa konsen kerja lagi."

"Oh, sh*t!" umpat Satya tiba-tiba.

Ethan langsung menoleh ke arah Satya."Kenapa, Sat? Lo nggak suka kalau gue balik sekarang? Lo nggak mau gue tinggalin pekerjaan gue demi anak istri?" Ethan mulai overthinking ke Satya.

Satya segera menggerakkan tangannya. "No, no, no ... gue nggak masalah sama urusan lo dan keluarga kecil lo itu, Than! Yang jadi masalah, sepertinya gue juga jadi ikut-ikutan nggak fokus kerja gara-gara keinget Davi."

"Davi? Siapa Davi?" Ethan bingung sendiri.

Satya melirik ke Ethan, lalu bergantian ke Julian. "Davi itu, Davi itu ... katanya anak gue. Sekarang Davi ada di rumah gue dan umurnya udah tiga tahun."

"What? Lo punya anak, Sat? Kenapa lo baru bilang?" Julian yang paling pertama kaget.

"Wah, parah lo ... sampai umur tiga tahun lo sembunyiin dari kita berdua?" Ethan ikut-ikutan.

"Bu-bukan!" Satya geleng-geleng kepala. "Bukan bermaksud mau sembunyiin dari kalian tapi emang nih bocil baru muncul aja di hidup gue." Satya menghela napas panjang.

"Apa sebaiknya gue tes DNA buat mastiin nih bocil anak gue atau—"

"Daddy ... Dapi dataaaaanggggg!" Suara khas si bocil tiga tahun itu terdengar memasuki ruangan kantor tersebut.

Dengan spontan Satya menoleh ke arah suara itu. OMG, kenapa nih bocah bisa ada di sini?

   

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
~ Sari
nah loh bocil nya nongoll...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Baby Sitter Tuan Bos   31. Ayo Kita Nikah Besok!

    Setelah seharian puas bermain dengan Davi, akhirnya Satya pun mengantar Davi kembali ke rumah papanya. Tentu saja papa Davi sudah menanti kedatangan mereka."Nggak mampir dulu?" tawar Rendy―papanya Davi."Nggak deh, mungkin lain kali. Kasihan juga Davi sepertinya capek dan mau istirahat," tolak Satya dengan halus."Dapi nggak capek kok," jawab Davi yang masih semangat. Sepertinya anak ini punya banyak batrai cadangan di badannya, tidak pernah merasa capek padahal sejak tadi sibuk tidak bisa diam. "Tapi Daddy nanti jangan lupa minum obat bial nggak cakit lagi yah―tapi Daddy nanti jangan lupa minum obat biar nggak sakit lagi yah!""Sakit?" Rendy mengernyit, ia pun memperhatikan Satya. "Apa iya kamu sakit, Sat?" "Ummm ... sedikit, sih! Sakitnya bagian sini." Satya menunjuk dadanya."Apa kamu punya penyakit jantung?" tebak Rendy.Satya terkekeh. "Amit, amit deh ... syukurnya aku selalu rutin medical check up, dan hasilnya selalu baik dan sehat. Kalau yang sekarang sakitnya di sini ya gar

  • Baby Sitter Tuan Bos   30. Mbak Binar Yang Jahatin Daddy

    Hari-hari Satya rasanya makin bertambah galau dan sepi. Ternyata begini rasanya ditolak, sungguh seumur hidup Satya belum pernah ditolak perempuan. Begini kalau punya hak istimewa wajah yang tampan dan rupawan, kan? Memang tidak pernah ditolak perempuan, tapi sekalinya beneran jatuh cinta malah sakitnya sampai ke tulang-tulang. Gara-gara galau akhirnya`Satya memutuskan untuk menghubungi papanya Davi, meminta izin untuk mengajak Davi keluar jalan-jalan. Memang cuma ini satu-satunya hiburan Satya saat ini.Si bocah rambut mangkok tentu saja sangat senang bukan main saat dijemput oleh Daddy Satya. Biarpun Satya cuma sebentar merawat Davi, tapi ternyata anak kecil itu tetap merasa nyaman dan senang dengan Satya, apalagi mau diajak jalan-jalan."Kita mau maen ke temzon kan, Dad―kita mau main ke Timezone kan, Dad?" tanya Davi saat dirinya sudah duduk manis di dalam mobil Satya.Satya mengangguk. "Mau ke mana aja nanti Daddy temenin. Mau seharian di Timezone juga nggak apa-apa, kan Daddy ud

  • Baby Sitter Tuan Bos   29. Ngancam Untuk Menikahiku

    "Iya, aku memang gila! Aku gila gara-gara kamu, Binar!" kata Satya dengan serius. "Kamu ingat kalau aku berkali-kali nyatain cinta ke kamu? Kamu ingat nggak kalau aku terus-terusan nawarin komitmen ke kamu, tapi kamu nggak pernah jawab? Jadi daripada ngulur waktu, aku mau kamu langsung jadi istriku aja, Bi!"Binar menggelengkan kepalanya, lalu mendorong tubuh Satya agar menjauh dari dirinya. Binar pun merapikan dirinya yang sedikit berantakan gara-gara kejadian tadi. "Nggak segampang itu!""Segampang itu kok!" jawab Satya dengan cepat, ia juga ikut merapikan diri seadanya dan secepatnya. "Aku tahu kalau kamu juga punya perasaan yang sama denganku, Binar! Mungkin mulut kamu bisa bohong, tapi nggak dengan bahasa tubuhmu. Kamu nggak pernah menolak santuhan dari aku, dan aku tahu kalau kamu juga menikmatinya."Satya kembali mendekat lalu mengelus rambut Binar dengan lembut. Matanya menatap intens kepada Binar. "Tugas kamu untuk mencuri file-file milikku udah selesai, artinya tugas kamu de

  • Baby Sitter Tuan Bos   28. Maksudnya Jangan Berhenti?

    "Ja-jangan!" Binar tiba-tiba saja menahan pergerakan tangan Satya di bawah sana. "Please, jangan!""Jangan?" Satya menyeringai jahat. "Maksudnya jangan berhenti?""Huh, please ... a-aku nggak bisa!" Bibir Binar terus-terusan mengucapkan kata penolakan. Namun sudah pasti gestur tubuhnya berkata lain, Binar memang merindukan sentuhan Satya. Terbukti mata Binar terpejam, napasnya mulai tak beraturan, belum lagi ada suara desahan-desahan pelan yang keluar dari bibirnya. Ditambah pinggul Binar seakan ikut bergerak, sinyal bahwa ia menyukai sentuhan jari Satya pada miliknya di bawah sana."Aku kangen banget sama kamu, Binar! Aku yakin kamu juga begitu, kan?" bisik Satya tepat di telinga Binar, yang berlanjut Satya menggigit daun telinga perempuan itu dengan lembut. Binar kegelian, tubuhnya bergidik pelan. Bibir Satya pun perlahan turun ke leher Binar, mengecup leher itu sambil meninggalkan cap tanda merah di sana. Satya tidak peduli mau tanda merah itu nanti akan terlihat jelas atau tidak

  • Baby Sitter Tuan Bos   27. Aku Kangen Banget Sama Kamu, Bi!

    Tentu saja Satya langsung bergerak menuju ke tempat bisnis baru yang didirikan oleh mantan kekasihnya itu. Tidak sulit bagi Satya untuk menemukannya, sudah pasti juga berkat bantuan para staf di perusahaannya yang ikut mencari informasi terkait brand pesaing itu.Ternyata kantornya belum sebesar milik Satya. Mungkin karena masih baru dibuat, bukan seperti milik Satya yang sudah dirintis bertahun-tahun bersama dua sahabatnya hingga kini bisa menjadi brand terkenal.Satya langsung menghampiri salah satu staf dan mengatakan ingin bertemu dengan pemilik bisnis tersebut. Lama rasanya Satya menunggu, hingga akhirnya Satya pun dihampiri oleh seorang perempuan."Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" sapa perempuan itu kepada Satya.Seketika perempuan itu syok saat menyadari siapa tamu yang datang ke tempatnya tersebut. Ia pun langsung mengalihkan pandangannya, tidak mau melihat wajah Satya."Apa kabar, Prita? Masih ingat sama aku? Oh, maksudnya masih ingat sama kenangan denganku?" sapa Sa

  • Baby Sitter Tuan Bos   26. Wanita Racun Dunia

    Jelas Satya tidak baik-baik saja dengan keadaan ini. Air matanya secara otomatis mengalir, sejarah sendu terulang lagi dalam hidupnya.Memang ini bukan momen pertama kali Satya menangis. Saat kedua orang tua Satya meninggal, adalah momen di mana Satya benar-benar kehilangan dan benar-benar hancur. Apalagi saat itu Satya masih sangat muda, masih SMA. Sepertinya momen saat ini adalah pengulangan yang akan membuat Satya kembali hancur. Belum selesai kehilangan Binar, malah Satya akan kehilangan Davi lagi."Daddy ... jangan nanis, kan Dapi udah jadi anak baek—Daddy jangan nangis, kan Davi udah jadi anak baik." Davi mengusap air mata Satya. Sungguh Davi jadi anak baik, tapi kenapa sikap baik Davi ini seperti sinyal kalau ini adalah pertemuan terakhir mereka?"Ke-kenapa Davi bohongin Daddy? Kenapa Davi nggak bi-bilang ka-kalau Davi punya papa?" Satya menangis sesenggukan. Rugi Davi menghapus air mata Satya, kalau ujung-ujungnya tetap banjir juga. Davi hanya menggelengkan kepalanya. Entah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status