Beranda / Romansa / Bad Duda / Bab 6. Di Balik Alasan

Share

Bab 6. Di Balik Alasan

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-06 18:52:03

Ancaman itu sangat menakutkan bagi Shopia. Dia tidak mau tercekik oleh suasana menakutkan sekolah asrama. Selain itu, jika dia dipindahkan ke sekolah asrama, Shopia akan semakin kesulitan menggapai kasih sayang sosok orang tua satu-satunya yang dimiliki. Sebab, Shopia sudah kehilangan sosok ibu kandung sejak terlahir ke dunia.

“Aku tidak mau, Daddy.” Shopia menggelengkan kepala sembari berlutut memohon. “Aku berjanji tidak akan mengganggu dan menyusahkan siapapun.”

Mulut kejam Elvis sudah bersiap melepaskan ultimatum tegas yang kembali menyayat perasaan Shopia. Beruntungnya situasi itu teralihkan oleh handphone-nya yang berbunyi.

Elvis memalingkan pandangan dari Shopia yang mengiba-iba di kakinya. Dia lebih mementingkan untuk menjawab panggilan telepon masuk dibandingkan perasaan darah dagingnya.

Sosok ayah buruk itu terlihat serius mendengarkan seseorang yang berbicara dari sambungan telepon. Dan tak lama setelahnya, handphone yang menempel di sisi telinga kiri telah Elvis turunkan.

“Bawa Shopia ke kamarnya dan kunci sampai besok pagi.” Elvis memberikan perintah tak terbantahkan kepada pengasuh.

“Daddy mau pergi lagi?” Shopia berusaha menarik perhatian, menatap iba ayahnya.

“Aku tidak akan pulang. Jadi jangan coba-coba untuk mengeluarkan Shopia dari kamarnya sampai besok pagi,” ucap Elvis kepada pengasuh—yang secara nyata mengacuhkan Shopia. Tampak air mata gadis itu tak henti berlinang mendengar kalimat yang terucap di bibir Elvis.

***

Mobil yang Elvis kemudikan sendirian telah tiba di sebuah hunian mewah bergaya klasik. Pria yang mengenakan kemeja putih itu keluar dengan terburu-buru dari dalam mobil.

Di wajah tampannya yang maskulin terlihat jelas ketegangan nyata. Kaki panjang yang tergesa-gesa melangkah semakin tegas mempercepat ritme pergerakannya. Sampai-sampai, Elvis mengacuhkan seorang pelayan yang menyambutnya di hunian mewah—yang merupakan rumah orangtuanya.

Namun, situasi yang didapatkan sungguh jauh berbeda dari ekpesktasi di pikiran Elvis. Pria itu berdiri mematung ketika kaki menginjak di ruang tamu, sementara pikiran telah kebingungan menafsirkan situasi di depan mata.

Elvis datang karena mendapatkan kabar Eva Dalton—ibu kandungnya tidak sadarkan diri. Rasa cemas yang mengencangkan urat-urat saraf di kepala memaksa Elvis untuk segera tiba di hunian mewah itu.

Kedatangannya disambut oleh kebohongan. Eva yang dicemaskan sedang terduduk di sebuah sofa dalam keadaan sadar dan sehat. Peter yang duduk tidak jauh dari Eva pun tak luput dari lirikan mata Elvis. Hingga akhirnya Elvis menyimpulkan dirinya telah dijebak.

“Apa yang ingin kalian bicarakan sampai berniat sekali membohongiku?” Elvis bersuara tenang sembari duduk di salah satu sofa.

“Kau masih bertanya? Masih berpura-pura tidak tahu?” Peter setengah marah.

Ketegangan di wajah Elvis meredup—bersamaan dengan matanya yang samar-samar menyorot kesal. Dia sangat tahu arah pembicaraan ayahnya. Namun, di dalam hati Elvis sangat enggan menanggapi apalagi menggali lebih dalam.

“Kenapa kalian berbohong? Aku sampai tancap gas mendengar Mommy pingsan,” seru Elvis mengabaikan.

“Kalau aku tidak akan mengatakan itu, kau tidak akan datang. Kau selalu saja menghindar jika kami memintamu datang ke sini,” Peter menginterupsi sikap acuh Elvis. “Di mana akalmu? Sampai kau bisa melakukan itu pada Sarah!”

Mata Elvis menusuk dingin Peter yang memerah marah menatapanya. “Memangnya apa yang dikatakan Tuan Putri manja itu? Sampai kau semarah ini padaku?”

“Ibunya Sarah baru saja datang.” Eva mengambil alih pembicaraan. “Dia mengatakan Sarah mengurung diri di kamar setelah kemarin habis bertemu denganmu.”

Pria itu menghela napas. Suaranya sedikit terdengar karena begitu kasar dilepaskan. Pria itu semakin diselimuti rasa kesal setelah diintrogasi oleh orangtuanya. Rasanya, sesak kesal pasca dibohongi belum memudar. Dan sejujurnya juga, Elvis begitu enggan menanggapi pembahasan yang berkaitan dengan Sarah. Sebab, Sarah merupakan wanita yang dijodohkan dengan Elvis. Pun Sarah juga adalah wanita yang kemarin malam Elvis tolak kedatangannya di hotel.

“Ibunya Sarah mengatakan kemarin malam kau dan Sarah memiliki janji bertemu. Lalu dia pulang dengan keadaan menangis. Apa yang kau lakukan sampai Sarah menangis?” lanjut Eva menekan, menginterogasi putranya.

“Dia memaksa ingin bertemu denganku. Tapi aku menolaknya karena ingin tenang beristirahat! Dia memaksa sekretarisku untuk memberi tahu keberadaanku.”

“Lalu kenapa Sarah sampai menangis?” Peter menyambar cepat setelah Elvis membela diri.

“Aku mengusirnya keluar sampai dia terjatuh.” Elvis menjawab tenang, tanpa sama sekali beban.

“Kau gila, Elvis?” bentakan Peter memekik sakit. “Sarah itu calon tunanganmu! Dia juga bukan wanita sembarangan yang bisa kau perlakukan kurang ajar seperti itu!”

“Sejak awal aku sudah menolak perjodohan ini. Aku tidak pernah menganggap dia sebagai apa pun di hidupku.” Elvis menolak tenang, namun suaranya yang mengalun sinis sangat tegas menyatakan rasa tidak suka. “Dan lagi ... kurang ajar? Menurutku dia lebih kurang ajar karena sudah memaksa masuk lalu dengan murahannya ingin melepaskan pakaiannya di depanku. Harusnya dia bisa bersikap baik karena dia bukan wanita sembarangan,” lanjutnya menyindir.

“Elvis!” Peter membentak marah.

“Dad, aku tidak suka dijodoh-jodohkan seperti ini.” Elvis masih dengan keras kepalanya.

“Tapi kau tidak punya pilihan untuk menolak.” Suara tegas Eva menginterupsi ketegangan yang menguasai. “Sudah lima tahun berlalu dan kau masih belum berkeinginan untuk menikah lagi? Dan kau masih bertahan dengan keputusanmu sendirian membesarkan anakmu?”

Elvis mengerang kesal. “Karena keputusan siapa sampai aku mau membesarkan anak itu?”

Keheningan membentang setelah Elvis sangat emosional mengeluarkan isi pikirannya. Bahkan, seluruh ruangan telah terkontaminasi oleh luapan emosi yang berjolak kencang. Elvis sampai tidak lagi merasa nyaman untuk berlama-lama di ruangan itu.

 “Aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti dulu. Aku tidak mau diatur apalagi dipaksa oleh kalian. Selain itu, aku sangat kecewa orang tuaku lebih percaya perkataan orang lain dibandingkan anaknya,” Elvis meluapkan kekesalannya tanpa ragu-ragu. “Jangan sampai kalian membuat kesalahan dua kali yang membuat aku bisa memberontak pada kalian.”

Elvis beranjak pergi setelah meluncurkan ultimatum tegas pada ayahnya. Bahkan, dia tidak menyesal telah bersikap tidak sopan pada orangtuanya. Baginya, perasaan dirinya sendiri adalah yang terpenting.

Demi apa pun, Elvis tidak mau melakukan kesalahan dua kali yang menghancurkan hidupnya. Pria itu pernah melakukan kesalahan ketika menuruti permintaan orangtuanya. Dia mau menikah dengan wanita yang dipilih orangtuanya.

Dalam situasi terdesak dan menyesakkan itu, Elvis menikahi wanita yang tidak dicintai. Seujung rambut, bahkan seujung kuku pun tidak ada senyar cinta tersemat di hati Elvis. Hati pria berparas tampan itu hanya diselimuti kebencian yang nyata sampai wanita itu merenggang nyawa. Dan dari hasil pernikahan itu, Elvis memiliki seorang putri yang mewarisi kecantikan mantan istrinya.

Elvis tersiksa. Hatinya semakin mati pada kehangatan. Setiap hari matanya menyorot tajam penuh kebencian kepada sosok gadis kecil itu. Segala bentuk kebencian yang tidak tersalurkan Elvis lampiaskan kepada Shopia.

“Kenapa aku sial sekali?!” Elvis mengeluh, pun tangannya memukul kesal setir kemudi di depan mata.

Di dalam mobilnya itu pikiran Elvis berkecamuk kacau. Pria itu sama sekali tidak berniat pulang ke rumah di mana Shopia berada. Dia juga tidak mau menginap di hotel, karena takut kejadian menyebalkan kemarin akan terulang.

“Lebih baik aku tidur di rumah sakit saja,” putusnya kemudian menjalankan mobil yang sudah dinaiki.

Perjalanannya menuju rumah sakit tidak begitu lama. Pria itu cukup tancap gas menuju rumah sakit akibat pikirannya yang kusut. Ekspresi muram di wajah tampannya belum memudar ketika Elvis memasuki rumah sakit.

Pegawai rumah sakit yang dilalui hanya menyapa Elvis sewajarnya. Mereka sedikit tidak bernyali untuk berlebihan menyapa dikarenakan wajah muram Elvis yang menakutkan. Keputusan mereka sangat tepat, karena ketika tiba di ruangannya pria itu cukup keras membanting pintu.

Elvis mengeluh kesal lewat napas yang dihempas kasar. Pria itu dengan sengaja melepaskan tiga kancing teratas dari kemeja putih yang dipakai—guna memberikan ruang lebih pada dada yang sesak akan kesal.

Tetapi, pikiran Elvis sedikit teralihkan ketika ingin membanting tubuhnya ke sofa. Di pinggiran—bawah sofa itu Elvis melihat sesuatu yang menarik untuk dicari tahu. Tangannya terulur, lalu dengan mudah menggapai benda tipis yang agak keras di bawah sana.

Itu adalah id card milik Edeline—yang tidak sengaja terjatuh tanpa disadari oleh pemiliknya. Yang di mana terdapat foto Edeline sedang tersenyum ramah dan menawan.

Ujung bibir Elvis tertarik dan membentuk seringai licik. “Bagaimana kalau aku buang saja? Gadis bodoh itu pasti menderita besok.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
12345
Kok gada baik2nya sifat Elvis ya…gerah juga bayanginnya menghadapi orang arogan tak berperasaan ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Bad Duda   Bab 78. Ending Scene (TAMAT)

    ~ Enam tahun kemudian ~Pandangan mata Edeline teralihkan pada bocah tampan berusia empat tahun. Edeline yang semula fokus di meja kerjanya telah beranjak menghampiri bocah tampan itu.“Hello, Dwayne.” Edeline berjongkok di depannya.“Apa Dokter akan menyuntikku lagi?” tanya bocah itu takut.Edeline tertawa lemah. “Aku tidak menyuntikmu. Aku hanya memberikan vitamin agar kau kuat seperti Superman!”“Aku mau kuat seperti Hulk, Dokter!” seru Dwayne—pasien Edeline sangat antusias.“Oke! Kalau begitu aku akan berikan vitamin agar kau kuat seperti Hulk!” sahut Edeline tak kalah antusias dari Dwayne.Dia adalah Edeline—dokter spesialis anak yang banyak disayangi oleh pasiennya. Edeline selalu bersikap sama kepada anak-anak yang datang kepadanya. Dia menganggap semua pasiennya seperti anaknya sendiri.Dokter cantik itu akan memberikan hadiah, entah itu berupa mainan atau permen kepada pasiennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa bersalah dan perhatian Edeline. Bersama Lina—yang menjadi p

  • Bad Duda   Bab 77. Extra Part VI

    ~ Beberapa bulan kemudian ~Aktivitas Edeline menjadi terbatas sejak memasuki usia kehamilan matang. Wanita cantik itu tidak bebas bergerak karena mengalami keluhan dari kehamilan mengandung anak kembar. Kakinya membengkak sejak memasuki usia 30 minggu. Kondisi itu semakin memprihatinkan saat kini—kehamilan Edeline telah memasuki usia 37 minggu.Bukan hanya keluhan itu dirasakan oleh Edeline. Setiap malam Edeline cukup tersiksa pada betisnya yang kram. Sebuah pijatan di kedua betisnya menjadi penghibur terbaik yang Edeline terima. Pinggangnya sering sakit, seperti akan patah.Ritme pernapasan pun ikut terganggu karena kondisi perut Edeline yang membesar karena mengandung dua anak-anaknya yang tumbuh baik dan sempurna. Tidak usah ditanya bagaimana kualitas tidur Edeline. Wanita cantik itu sudah tak lagi bisa tidur nyenyak sejak usia kehamilan 28 minggu.Namun, semua keluhan itu tidak mengurangi antusias Edeline menyambut kelahiran kedua anaknya. Wajah cantiknya selalu berseri-seri, au

  • Bad Duda   Bab 76. Extra Part V

    Setibanya di apartemen, Alex langsung menidurkan Asha yang sudah lelap dalam dunia mimpi. Seperti biasa—tanpa canggung Alex mengganti pakaian putri kecilnya itu dengan piyama yang menghangatkan.Sikap sigap Alex sangat membantu Sarah. Sejak Asha hadir di hidup mereka, keduanya kompak bekerjasama dalam kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan. Seperti yang sudah terjadi, Alex tak sungkan mengambil peran Sarah. Dengan senang hati Alex memperhatikan putri mereka ketika Sarah membersihkan diri dan mengganti pakaian.Sarah sendiri sudah tulus menatap Alex. Hatinya masih diselimuti perasaan yang sama, bahkan saat itu perasaan cinta semakin memenuhi jiwa. Batinnya tak henti-henti merasa bersyukur memiliki pria yang sangat peduli itu. Alex selalu menomorsatukan Sarah dan Asha. Kebahagiaan dan kenyamanan keduanya merupakan prioritas utama.Samar-samar Sarah berpikir, jika saja waktu itu takdir tidak mendorongnya pada Alex entah bagaimana Sarah saat ini.“Biar aku yang berganti memindahkan Asha

  • Bad Duda   Bab 75. Extra Part IV

    Hunian mewah di depan mata ditatap tak berkedip oleh Edeline. Dia benar-benar tidak menyangka Elvis akan membawanya dan Shopia ke hunian mewah yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.Hunian mewah itu terlihat berbeda dari rumah Elvis. Lebih tepatnya itu adalah mansion mewah berlantai dua yang berdiri di tengah-tengah lahan luas, berdiri di tengah-tengah halaman yang dilengkapi tanaman beserta pepohonan hijau menyejukkan.“Ini hadiah pernikahan dari diriku,” Elvis berbisik lembut.Edeline tersentak dari rasa takjubnya, kemudian menoleh pada Elvis. “Kapan kau menyiapkan ini? Aku sampai tidak tahu!”“Saat sibuk menyiapkan pernikahan kita, aku sudah membeli mansion ini. Aku langsung minta merenovasi beberapa sudut dan baru selesai bulan lalu. Furniture dan yang lainnya sudah tersedia sehingga kita bisa pindah ke sini secepatnya.”Sungguh, Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Elvis. Suaminya itu selalu memiliki cara membuat Edeline terkejut bahagia. Sayangnya, ada kek

  • Bad Duda   Bab 74. Extra Part III

    Setelah selesai menjalani pemeriksaan USG, Edeline beranjak turun dari ranjang dengan dibantu oleh Elvis. Dia dirangkul mesra oleh Elvis saat bersama duduk pada kursi kosong di depan dokter wanita itu.“Syukurlah tidak ada keluhan atau kondisi yang mengkhawatirkan pada kehamilan Edeline. Baik Edeline dan kedua anak kalian tumbuh dengan sehat.” Leyla—dokter wanita itu menyampaikan hasil pemeriksaan pada Elvis dan Edeline. “Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuk Edeline. Jangan lupa untuk rutin mengkonsumsi susu ibu hamil,” sambungnya yang tertuju hanya pada Elvis.Elvis berdecih ringan. “Aku adalah dokter! Sudah pasti aku tahu apa pun yang baik dikonsumsi untuk istriku.”“Kalau kau memang dokter, kau harusnya tahu apapun yang baik untuk tubuhmu! Bukan meminum alkohol dengan perut kosong! Bergadang semalaman hanya demi hal yang tidak penting,” balas Leyla dengan ekspresi mencela nyata.Edeline tampak kebingungan melihat Elvis dan Leyla yang bereaksi akrab seperti sudah lama

  • Bad Duda   Bab 73. Extra Part II

    Edeline telah bergoyang di atas Elvis. Wajahnya yang merona merah terlihat seksi, sangat erotis seperti pinggulnya yang bergoyang-goyang mengocok kejantanan Elvis yang terbenam sempurna di surgawinya.Posisi itu sangat sempurna, membuat Edeline kelimpungan dalam kenikmatan yang memanjakan nafsu. Jemarinya pun tidak dibuat menganggur. Edeline sudah meremas dada bidang Elvis sembari berpegangan di sana.Elvis sendiri sudah berkali-kali memuji Edeline yang memiliki perkembangan dalam bercinta. Pria itu terpesona menatap Edeline yang telah bergerak naik-turun menimbulkan dan menenggelamkan kejantanan Elvis di lubang intimnya. Dalam benaknya Elvis benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan erotis seperti itu.“Nikmat, Sayang. Nikmat sekali,” erangnya memuji sembari meremas gemas pinggul Edeline.Elvis benar-benar sudah tidak tahan. Dia sudah sedikit frustrasi oleh birahi terdorong dalam puncak klimaks. Akan tetapi, Elvis belum mau cepat-cepat menyudahi kenikmatan itu. Tidak a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status