Share

BAB 23

Bagaikan Menu Warteg

BAB 23

Aku semakin tercengang mendengar penuturan Ibunya Susi. Bagaimana bisa seorang Ibu membiarkan anaknya menyerahkan hal yang sangat berharga kepada laki-laki beristri.

Jujur sebenarnya aku kasihan melihat Susi. Tapi aku tidak boleh lemah. Dia harus di berberi pelajaran.

Aku tidak lagi menggubris apapun yang mereka katakan. Aku pergi dengan menaiki motor itu.

Susi dan Ibunya berteriak-teriak memanggil namaku. Namun tak ku hiraukan.

Setelah sampai rumah. Mbok Sumi terkejut aku pulang mengendarai motor.

"Lho. Non habis beli motor?"tanyanya

"Iya Mbok. Tadi Mas Seno ngasih kejutan."Jawabku berbohong

"Lha itu mobil nganggur Non."tunjuknya kearah garasi

"Biar saja Mbok. Nanti kalau sudah lahiran aku baru belajar nyetir. Kalau mengendarai motor aku bisa. Karena di kampung aku kemana-mana pake motor."jawabku.

"Mbok. Aku ke kamar dulu ya."imbuhku

Lalu aku masuk kedalam kamar. Setelah sampai di dalam kamar aku langsung beristirahat.

Entah mengapa aku tidak lagi menang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status