Tutik menikah dengan Seno karena perjodohan. Seno yang hidup dikota awalnya memandang sedikit rendah kepada Tutik. Namun dengan berjalannya waktu akhirnya benih-benih cinta pun tumbuh dihati Seno. Seno mulai bucin, namun dibalik kebucinannya Seno ternyata dibelakang Tutik menyimpan beberapa perempuan lain. Entah perempuan-perempuan itu selingkuhan Seno ataukah hanya seorang yang tergila-gila dengan ketampanan Seno.
View MoreBagaikan Menu Warteg
BAB 01Namaku Tutik, umurku dua puluh lima tahun, aku menikah dengan seorang duda bernama Seno.Aku adalah anak yatim piatu sejak kecil, aku dibesarkan oleh bibik Tumi dan paman Sardi.Mereka adalah satu-satunya saudara almarhum Bapak. Sebenarnya ada saudara almarhumah Ibuku, tapi mereka tidak mau mengasuh ku, alasannya karena Ibuku dulu menikah dengan Bapak tanpa restu dari Almarhum Kakek dan Nenekku.Bibik dan Paman sangat menyayangi ku layaknya seperti anak kandung.Waktu itu ada sahabat paman datang kerumah.Kata paman, mereka adalah orang yang dulu sering menolong paman, sehingga paman banyak berhutang budi dengan mereka."Nduk, tolong siapkan kamar untuk Pak Tejo dan Bu Ratih, mereka mau menginap disini."perintah Paman."Iya, Pak." Jawabku, Paman meminta ku untuk memanggilnya Bapak.Aku langsung bergegas membersihkan kamar tamu, agar mereka bisa segera beristirahat.Setelah selesai membersihkan kamar tamu, aku segera memberitahu Paman."Pak, kamar sudah bersih."ucapku."Oh, iya Nduk."jawab Paman.Setelah memeberitahu Paman, aku segera kedapur untuk membantu Bibik memasak.Ketika didapur aku bertanya kepada Bibik tentang mereka."Bik, Sahabat Paman itu dari kota ya?"tanyaku penasaran."Iya, Nduk."jawab Bibik."Bik, mereka apa bisa makan dengan menu seperti ini?" Tanyaku penasaran. Karena Bibik menyiapkan menu makanan ala kampung yang sederhana."Ya, bisa Nduk. Wong mereka dulu juga dari kampung."jawab Bibik sambil tersenyum kearah ku."Jadi Bapak dulu kenal mereka dimana Bik?"tanyaku."Dulu Bapak kerja ditoko milik keluarga Pak Tejo, Nduk."jawab.Kami tak lagi banyak bicara, kami sibuk menyiangi dan memasak beberapa sayur dan lauk pauk.Setelah berkutat di dapur sekitar satu jam akhirnya makanan sudah siap."Nduk, mandi sana, setelah itu kasih tahu Bapak kalau makanan sudah siap."perintah Bibik.Aku langsung bergegas mandi, setelah mandi dan berganti baju, aku langsung memberitahu Paman jika makanan sudah siap dimeja makan.Lalu Paman dan Bibik mengajak mereka untuk makan.Kami makan siang bersama, mereka sangat lahap menyantap makanan yang kami sediakan.Setelah selesai makan, Pak Tejo berucap."Wah... Makanannya sangat enak, terima kasih ya, Di, sudah menyambut kami dengan baik."ucapnya sambil tersenyum."Aduh jadi gak enak aku, Pak, wong makanan sederhana gini."jawab Paman merendah."Justru makanan begini yang nikmat."ucap Pak Tejo."Eh. Di, dari tadi kamu kok gak ngenalin kami sama anakmu yang cantik ini."imbuhnya."Ya Allah. Sampai lupa saya Pak, kenalin ini keponakan Saya yang sudah seperti anak Saya sendiri, namanya Tutik."jawab Paman.Aku tersenyum kearah Pak Tejo dan Bu Ratih."Ayo Pak, kita ngobrol di teras rumah, sore-sore gini enak kalau nongkrong didepan rumah."ajak paman kepada mereka.Setelah mereka beranjak dari meja makan, aku dan Bibik langsung membersihkan meja makan, aku langsung mencuci bekas makan tadi, sedangkan Bibik membuatkan kopi dan teh untuk mereka.Setelah selesai membuat minuman, Bibik langsung bergabung bersama mereka. Sedangkan aku masih berkutat didapur.Setelah selesai, aku langsung masuk kedalam kamar, karena tidak sopan jika aku ikut bergabung dengan mereka.Ketika sedang asyik memainkan gawaiku, Bibik memanggil ku."Nduk, dipanggil Bapak."ucapnya."Iya, Bik." Jawabku, aku langsung bangkit dan langsung menemui Paman.Ternyata mereka sudah ada diruang tamu.Aku langsung duduk di sebelah Bibik."Maaf, Bapak manggil Tutik?" Tanyaku."Iya, Nduk, ada yang ingin Bapak tanyakan sama Kamu."jawab Bapak.Sebenarnya aku bingung dengan jawaban Paman."Memang Bapak, mau tanya Tutik apa?"tanyaku penasaran."Gini, Nduk, Pak Tejo dan Bu Ratih ini datang kesini ingin meminta mu menjadi menantu mereka."ucap Paman sangat hati-hati.Aku sangat terkejut mendengar apa yang Paman ucapkan."Ma-maksudnya?"tanyaku bingung."Gini, Nduk, mereka ini punya seorang anak laki-laki bernama Seno, dia adalah anak satu-satunya Pak Tejo, dan kedatangan mereka kekampung kita itu untuk mencari calon istri untuk anaknya, dan ketika mereka melihat mu tadi, mereka langsung tertarik dengan mu dan ingin meminang mu menjadi istri untuk anaknya. Jadi, sebelum Bapak memberi jawaban, Bapak ingin bertanya dulu kepada Tutik, apakah menerima pinangan Pak Tejo atau tidak, semua keputusan ada ditangan mu, Bapak tidak akan marah apapun jawaban Tutik."ucap paman panjang lebar, menjelaskan semuanya kepada ku.Aku sangat terkejut mendengar penjelasan Paman. Aku bingung harus memberi jawaban apa?.Disatu sisi aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak aku kenal, tapi disisi lain aku tidak ingin membuat Paman dan Bibik kecewa.Bagaikan Menu WartegBAB 30Aku sangat terkejut ketika mendengar Mas Seno menyebut nama Susi. Apakah Mas Seno masih berhubungan dengan Susi?"Memang ada apa dengan Susi?"tanyaku"Dek. Mas benar-benar minta maaf tidak meminta ijin mu terlebih dahulu."jawabnya.Mendengar jawaban Mas Seno, aku jadi semakin gelisah, aku takut jika apa yang aku pikirkan ternyata benar."Ma-maksudnya!"ucapku"Dek. Mas yang menyuruh Susi dan ibunya untuk pindah dari kota ini. Dan maaf Mas juga membukakan warung untuk mereka sebagai permintaan maaf Mas."jawabnyaDEG... Ada apa lagi ini? Apakah Mas Seno selalu menyesali perbuatannya setelah meniduri para gadis-gadis itu?"Tapi, Dek. Mas tidak punya hubungan apapun sama Susi. Mas hanya memberikan sejumlah uang yang mereka minta. Dan setelah Mas kasih uang itu mereka pindah dan Mas tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Susi."imbuhnya.Aku memandangi wajah Mas Seno. Terlihat ada kejujuran terpancar dari matanya."Mas. Apakah semua yang kamu katakan ini semuanya
Bagaikan Menu WartegBAB 29Aku lalu menurunkan Mbok di depan rumah. Aku lalu meminta supir taksi untuk mengantarku ke toko.Setelah sampai di toko dan membayar taksi tadi. Aku langsung menemui Mas Seno untuk menanyakan kebenaran tentang apa yang Ria ucapkan tadi.Aku lihat toko masih terlihat sepi. Aku lalu langsung ke meja kasir, karena Mas Seno sedang duduk disana."Mas... Bisa kita bicara sebentar."ucapku dengan pelan agar para karyawan tidak curiga."Mau bicara apa Dek?"tanyanya"Penting. Ayo kita cari tempat di luar jangan disini tidak enak di dengar karyawan."jawabku"Oke... Mas kasih tahu mereka dulu. Untuk menjaga toko."ucapnya.Lalu Mas Seno memanggil salah satu karyawan dan memberitahu jika kami akan pergi keluar sebentar.Setelah itu kami pergi dengan menaiki mobil Mas Seno. Kami menuju sebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari toko.Setelah sampai cafe dan memesan makanan. Aku mulai bertanya kepada Mas Seno."Mas. Tolong jawab dengan jujur."ucapku"Mau tanya apa sich Dek?"j
Bagaikan Menu WartegBAB 28Sedih, sakit, hancur, ya itulah yang aku rasakan saat ini.Tapi aku tidak boleh lemah. Aku tahu jika Mas Seno sekarang ingin berubah. Karena sudah beberapa kali Mas Seno menolak Dewi maupun Ria.Aku akan memberi pelajaran kepada Ria. Jangan sampai dia menjadi duri di dalam rumah tangga ku.Setelah sedikit tenang aku lalu keluar dari kamar mandi.Mas Seno masih terlelap. Sepertinya dia sangat capek karena tadi habis ngewarteg.Karena tidak bisa tidur. Aku duduk di balkon sambil mencari udara segar.Setelah beberapa saat aku kembali masuk, karena sudah larut malam.Setelah itu aku beristirahat. Aku mencoba untuk bisa memejamkan mata.Dan akhirnya aku bisa tertidur.Keesokan paginya.Rutinitas ku seperti biasa, menyiapkan sarapan untuk Mas Seno. Sedangkan Mbok Sumi membersihkan rumah.Setelah selesai sarapan Mas Seno berangkat ke toko.Setelah Kepergian Mas Seno. Aku menghubungi mbah Pon, untuk menanyakan progres pembangunan rumah petak ku."Mbah... Bagaimana
Bagaikan Menu WartegBAB 27Karena melihat kondisi ku yang tidak memungkinkan. Mas Seno lalu mengajak ku untuk pulang ke rumah.Setelah sampai rumah aku langsung masuk kedalam kamar untuk menenangkan diri. Jujur aku masih sangat terkejut. Mas Seno meminta Mbok Sumi untuk membuatkan teh hangat untuk ku. Setelah itu Mas Seno kembali ke toko.Ketika aku sedang mencoba menenangkan diri, tiba-tiba hp ku berbunyi.Aku segera mengangkatnya karena penasaran siapa yang menghubungi ku dengan nomor baru."Hallo.""He! Perempuan kampung! Enyah kamu dari kehidupan Seno!""Ria! Ooo... Jadi kamu yang tadi mau menabrak ku.""Ha...ha...ha... Itu baru permulaan. Ingat jika kamu tidak segera pergi dari kehidupan Seno. Maka aku akan melakukan yang lebih parah dari itu.""Kamu pikir aku takut dengan ancaman mu!""OOO... Kamu nantangin aku!""Sebenarnya apa sich mau mu itu. Ha!""Aku mau rujuk sama Seno. Tapi karena ada kamu. Seno tidak mau.""Ha...ha...ha... Kamu gak malu sebagai wanita? Sudah di tolak m
Bagaikan Menu WartegBAB 26"Mas. Memang usia Dewi saat itu berapa?"tanyaku penasaran karena Mas Seno tadi mengucapkan jika waktu itu Dewi dibawah umur dan itu juga yang di pake senjata untuk memeras Mas Seno."Sembilan belas tahun Dek. Waktu itu pas ulang tahun Dewi."jawabnya "Mas! Itu bukan di bawah umur. Jika usia Dewi delapan belas atau tujuh belas tahun. Itu baru di bawah umur."ucapku dengan emosi"Masak kamu gak ngerti akan hal itu Mas! Atau semua ini hanya rekayasa kamu saja agar tetap bisa menikmati tubuh Dewi!"bentakku"Dek. Mas tahu. Tapi setiap Mas ngomong seperti itu keluarga Dewi selalu mengatakan jika Dewi di bawah umur. Karena Mas malas ribut dan Mas juga salah jadi Mas mengalah. Tapi Dek. Mas berani bersumpah, Mas tidak pernah menjanjikan Dewi sebuah pernikahan. Mas juga bingung kenapa Dewi tiba-tiba minta Mas nikahin. Padahal selama ini kami berkomunikasi baik dan setiap bulan Mas kirim uang ke Dewi dan bahkan Dewi juga bercerita kepada Mas jika dia sudah memiliki pa
Bagaikan Menu WartegBAB 25Setelah Paman mendatangi kertas kosong itu. Aku segera menyimpan sertifikat dan kertas tadi. Lalu aku membujuk Paman agar bisa meminjam kan sertifikat rumah Bik Sari."Paman. Bisa tolong Tutik sekali lagi."ucapku"Mau minta tolong apa lagi?"tanyanya sambil menghitung uang"Tolong bantu Tutik untuk meminjam sertifikat rumah Bik Sari. Karena pihak Bank maunya harus dua sertifikat kalau mau pinjaman cepat cair."jawabku."Kalau Paman. Tidak bisa bantu Tutik terpaksa harus menjual rumah baru itu."imbuh ku"Apa sertifikat rumah Paman masih belum cukup."tanyanya"Pihak Bank meminta dua sertifikat sebagai jaminan. Karena pinjaman Tutik cukup besar dan paman tahu sendiri kalau rumah di kampung pasti di hargai murah oleh mereka."jawabku."Paman tenang saja. Nanti kalau Bibik bersedia meminjamkan sertifikat rumahnya. Ada bonus sepuluh juta untuk Paman."imbuhku.Paman semakin berbinar mendengar aku akan memberinya bonus."Ambil saja Mas tawaran Tutik. Hari gini siapa y
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments