Share

Chapter 5.

Hana yang berhasil mendapatkan kunci gudang pagi itu langsung saja membukanya, ia segera membangunkan Fitri yang ternyata badannya sangat panas karena demam.

"Mah..! Panggil Fitri lirih hampir tak terdengar.

"Bangun sayang, ayok Mamah bantu ke kamar!" Hana mengecup kening putrinya dan membantunya untuk berdiri.

"Kepalaku pusing Ma, badanku juga lemas banget." Fitri mengadu sembari mengingat-ingat apa yang terjadi malam tadi.

"Kamu istrahat dulu nanti mamah buatkan sarapan, hari ini kamu libur dulu sekolahnya!"

Usai mengantarkan putrinya ke kamar, Hana segera kembali ke dapur untuk membuatkan putrinya teh hangat dan membawakan nya sarapan.

Tidak lama sejak Hana keluar, kini gantian Arjuna yang masuk untuk melihat putrinya yang tadi sempat dia periksa di gudang.

"Fitri, Fitri!" panggilnya mmembuat Fitri perlahan membuka mata, ia masih takut papahnya akan kembali marah.

"Cepat bangun dan berganti seragam sekolahmu! Kamu tidak lihat ini sudah jam berapa?" ucap Arjuna sambil menyibak selimut yang di pakai oleh Fitri.

"Ta-Tapi Pah bbadaku lemas banget, nggak kuat buat jalan." Fitri melihat Papahnya dengan tatapan memelas.

"Alah nanti juga kalau sudah di mandikan pasti segar, jangan banyak alasan! Papah tidak mau kamu ketinggalan pelajaran."  perintah Arjuna segera di turuti oleh Fitri meski rasa badannya sudah tak karuan.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Fitri segera pergi ke ruang makan menghampiri kedua orang tuanya.

"Sayang! Kamu mau sekolah?" tanya Hana menatap Fitri dari atas hingga bawah.

"Iya Mah, aku udah baikan kok." Fitri tersenyum paksa untuk meyakinkan Hana.

"Yakin udah baikan?" Hana menatap putrinya tidak percaya.

"Mah, buatkan papah kopi dong sebentar!" ujar Arjuna memotong obrolan anak dan istrinya.

Hana segera menuruti perintah suaminya, tak menunggu lama kopi buatannya sudah tersaji.

"Wajah kamu pucat banget sayang," tegur Hana duduk di samping putrinya.

"Udahlah Mah nanti juga baikan kok jangan terlalu berlebihan," sela Arjuna sambil menyeruput kopinya.

"Inikan gara-gara kamu Mas," celetuk Hana membuat Arjuna mendelik tajam.

"Fitri, ayo kita berangkat sudah siang!" Arjuna sudah melangkah ke ruang tamu mengambil tas kerjanya, seperti biasa di ikuti oleh Hana hingga terasa rumah mereka.

Setelah keduanya berangkat Hana kembali masuk, sebenarnya ia sangat mencemaskan putrinya tetapi juga tak ingin berdebat di pagi hari yang cerah ini. Semoga saja Fitri tidak semakin sakit karna memaksakan sekolah. Pasti saja itu ulah papahnya, pikir Hana yang sudah hapal.

*

 

"Gue boleh pinjam ponsel Lo bentar nggak?" ucap Fitri saat keduanya sedang berjalan menuju ruang kelas seusai jajan di kantin. 

"Boleh nih pakek aja, emangnya buat apa?" tanya Layla. 

"Gue mau hubungin pacar gue bentar aja." Fitri mengutak-atik ponsel milik sahabatnya itu.

"Lah emangnya ponsel Lo kemana Fit? tumben banget Lo minjem nggak biasanya." Layla menyerngit heran.

"Diam dulu sebentar!" ucap Fitri pelan menunggu panggilannya terhubung pada sang kekasih, Revan.

Fitri menghubungi kekasihnya, ia memberitahukan bahwa ponselnya rusak tetapi ia tidak menceritakan perihal yang terjadi tadi malam. Hanya lima menit mereka saling mengobrol, setelah itu Fitri kembali memberikan ponsel pada Layla.

"Ponsel Lo rusak, kok bisa gimana ceritanya?"

"Iya bisalah, tadi malam jatoh di kamar mandi," jawab Fitri berbohong.

"Terus gimana caranya Lo komunikasi sama Revan kalau ponselnya rusak?" Layla masih setia memberikan beberapa pertanyaan pada sahabatnya itu. 

"Nggak tau gue juga pusing," ujar Fitri mempercepat langkahnya saat melihat guru ekonominya sudah dekat kelas. 

Jam pelajaran kembali di mulai, Fitri yang masih sedikit pucat tetap memaksakan diri untuk mengikuti pelajaran yang di berikan oleh guru ekonominya.

"Fitri! Lo udah ngerjain PR belum?" tanya Layla mengingatkan.

"Udah kok, kenapa Lo mau nyontek?" ucap Fitri meledek.

"Nggaklah, gue nanyain siapa tau Lo nggak ngerjain karna asik pacaran," balasnya tak mau kalah meledek Fitri.

"Udah diem Lo jangan ngaco!" Fitri menjadi salah tingkah.

Layla tertawa puas melihat wajah Fitri yang sudah seperti kepiting rebus. Dia tahu sahabatnya itu sedang ada masalah tetapi ia tidak mau ikut campur sebelum Fitri yang lebih dulu bercerita padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status