Share

Chapter 6.

"Sayang, kamu udah baikan?" sapa Hana langsung menanyai putrinya yang baru saja pulang sekolah. 

"Udah mendingan kok Mah?" jawab Fitri menghampiri Hana yang sedang bersantai di ruang tamu.

"Kata Mamah kan tadi nggak usah sekolah, tadi siapa yang mengantar kamu pulang apa Papahmu sudah pulang?" Hana mencecar putrinya tanpa henti.

"Layla Mah, tadi di sekolah Fitri sempat pingsan juga tapi sekarang udah baikan." Fitri mengadu pada mamahnya.

"Fit Mamah mau nanya, apa benar kamu berpacaran Nak?" Hana berbalik dan menatap Fitri dengan mimik wajah serius.

"M-M-Mah A-a aku nggak pacaran kok Mah," jawab hendak mengelak.

"Mamah kenal kamu sayang, Mamah tahu saat kamu jujur dan Mamah juga tahu di saat kamu sedang berbohong. Kamu mau kan bersikap jujur dan terbuka sama Mamah?" Hana mengusap kepala Fitri sambil berbicara lemah lembut.

Fitri hanya diam, pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana jika ia jujur dan mamah nya tahu dia berpacaran pasti akan sangat sedih. Sungguh, ia sangat bimbang untuk menjawab pertanyaan Hana. 

"Fitri sayang, liat Mamah Nak tolong kamu jujur sama Mamah! Apa kamu sudah memiliki pacar?" Hana bertanya sekali lagi.

"Iya Mah Fitri pacaran, maafkan Fitri sudah membuat Mamah kecewa." Fitri menjelaskan semuanya, bibirnya bergetar menahan tangis.

"Kenapa kamu melanggar aturan Papahnya Nak?" tanya Hana memalingkan mukanya.

"Fit emang udah pacaran Mah tapi mamah tenang aja karna aku bisa jaga diri nggak bakal mengecewakan Papah sama Mamah." 

"Bukan masalah jaga diri tapi sedari dahulu memang sudah peraturan di keluarga kita seperti itu. Baik kamu maupun Kakakmu tidak ada yang boleh menjalin hubungan dengan lawan jenis sebelum selesai kuliah dan sebelum bisa hidup mandiri." Hana bicara panjang tanpa melihat ke arah putrinya yang sudah terisak.

"M-Mah M-Ma-maaf sudah melanggar aturan di rumah ini Mah. Tapi Fitri benar benar pacaran biasa tidak berlebihan," ucap Fitri di sela tangis sesenggukan ia berusaha meyakinkan Mamahnya.

"Mah, percaya sama Fitri Mah!" Fitri memeluk erat mamahnya.

"Mah, Fitri minta maaf tolong jangan diamkan Fitri seperti ini Mah! Sudah cukup Papah yang marah sama Fitri Mah asal jangan Mamah, Fitri hanya ingin punya tempat cerita selain Mamah dan Papah karena Fitti lihat kalian selalu sibuk Mah." Fitri meluapkan perasaannya sambil masih memeluk sang Mamah tanpa mau mengendurkan pelukannya sedikitpun.

"Sayang!" Hana akhirnya membalikkan badan menghadap putrinya, hatinya menjadi sakit mendengar ucapan Fitri yang seperti itu. Di balasnya pelukan putrinya mereka menangis bersama mengungkapkan perasaan yang lama terpendam.

"Maafkan Mamah sayang, Mamah yang salah sudah mengabaikan kamu. Mamah sadar betapa lalainya Mamah dalam memberikan kasih sayang yang kurang padamu." Hana membelai rambut panjang putrinya dan menciumi wajahnya berkali kali.

"Mah, jangan seperti ini Fitri yang salah sudah melanggar aturan Papah dan Mamah." Fitri  balas mengusap air mata mamah Anita.

Di peluknya kembali putrinya untuk beberapa saat, ia amat merasa bersalah setelah mengetahui faktor penyebab putrinya menjalin hubungan dengan laki-laki.

"Siapa nama laki-laki yang sudah memikat hati anak Mamah ini heumm?" tanya Hana setelah puas memeluk dan menangis bersama putrinya.

"Namanya Revan Mah, dia udah nggak sekolah lagi." Fitri tersipu malu saat menyebutkan nama sang kekasih.

"Seperti apa rupanya lelaki itu Nak apa dia sangat tampan?" Hana semakin menggoda putrinya.

"Tampan dong Mah, anaknya juga baik dan sayang sama Fitri ." Fitri menatap ke arah depan seperti sedang membayangkan wajah sosok kekasih yang amat di cintainya.

"Hmm, apa dia tidak pernah membuatmu menangis?" tanya Hana lagi sepertinya ia ingin tahu banyak tentang sosok pria yang sedang menjalani hubungan dengan putrinya. 

Fitri terdiam bingung ingin menjelaskan seperti apa, karna ia tidak mungkin mengatakan bagaimana hubungannya dengan Revan saat ini.

"Sayang, kenapa kamu diam saja? Benarkah dia menyayangimu?" Hana menatap lekat putrinya.

"Be-benar Mah bahkan dia sangat menyayangiku dan selalu mengajarkan apa yang terbaik untukku." Fitri membanggakan kekasihnya di hadapan wanita yang sudah melahirkan nya tersebut. 

"Syukurlah kalau begitu, kalau dia menyakitimu mamah pastikan tidak akan ada restu untuk kalian berdua." Hana kembali mengusap rambut putrinya tanpa bosan.

"Iya Mah, Mas Revan pasti tidak akan melakukan itu. Fitri percaya kok sama dia Mah," ucap Fitri berusaha menyembunyikan kegugupan yang di rasakannya.

"Jangan terlalu percaya sama dia nanti sakit hati!" jawab Hana diiringi kekehan. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status