Share

Kontrol Emosi

Author: Ummu Amay
last update Last Updated: 2024-11-15 14:13:35

Tidak sampai berjam-jam, Nina harus pamit dan pergi dari rumah sakit. Tempat yang memang tidak diperuntukan bagi anak kecil seusianya untuk berada di tempat tersebut, membuat bocah tersebut terpaksa menuruti perintah sang ayah.

"Nina pamit dulu, Tante."

Mita menatap tersenyum bocah perempuan itu. Keinginannya yang sudah lama ingin memiliki buah hati dengan pernikahannya bersama Danu, membuatnya secara cepat langsung jatuh hati pada sosok Nina. Baik dari sikap dan sifatnya yang menurut wanita itu baik dan menyenangkan.

"Terima kasih, Nina, karena sudah menjenguk Tante. Pesan Tante, selalu ingat apa kata ayah, yah. Jangan marah-marah lagi supaya enggak bikin orang lain celaka."

Mita bisa melihat Nina mengangguk di sisi ayahnya berdiri. Tampak ceria, lain dari sikap bocah itu datang pertama kali ke biliknya.

"Iya, Tante. Nina akan denger apa kata ayah. Tapi Tante, boleh enggak kalau Nina jenguk Tante lagi nanti?" Bocah itu menatap Mita penuh harap, membuat Amar sedikit canggung mendapat tatapan dan senyum dari Mita.

"Kalau itu Nina tanya dulu sama ayah, yah? Kalau ayah Nina kasih izin, Tante tentu senang kalau kita bisa ketemu lagi."

Nina kembali mengangguk. Kali ini ia begitu antusias bahwa akan kembali bertemu dengan Mita.

"Ya sudah, sekarang Nina pulang dulu, yah, sama Tante Yola. Ayah masih harus di sini sampai urusan Tante Mita selesai." Amar bicara pada putrinya menunduk.

"Iya, Yah."

"Maaf, Mas. Tunggu!" Mita mencegah Amar yang sudah akan berbalik.

"Iya."

"Eh, kenapa enggak antar Nina saja? Di sini sudah ada sahabat saya yang akan urus dan bantu semua. Jadi, Anda enggak perlu repot urus masalah di sini. Sebab saya yakin, urusan dan pekerjaan Anda jauh lebih penting dibanding mengurusi hal seperti ini." Mita merasa yakin akan pekerjaan Amar yang pastinya jauh lebih sibuk dilihat dari pakaian yang lelaki itu kenakan. Penampilan khas para eksekutif muda yang memiliki jam kerja luar biasa padat.

Amar sontak menengok pada Ranti yang bereaksi mengangguk. Tapi, sedetik kemudian lelaki itu tersenyum begitu hangat.

"Tidak apa-apa. Sejak awal saya sudah berjanji untuk bertanggung jawab atas insiden ini. Jadi, tidak perlu merasa sungkan atas keberadaan saya di sini. Kalau pun kalian merasa terganggu, saya tidak akan muncul di hadapan kalian dan hanya akan mengurus semuanya dari belakang layar. Tapi, tolong jangan meminta saya untuk pergi dari masalah ini. Saya bukan seorang laki-laki yang akan lari dari tanggung jawab, terlebih putri saya sendiri yang menjadi penyebab kecelakaan yang menimpa Anda."

Setelah berkata demikian, Amar pamit undur diri bersama sang putri untuk menemui Yola yang sudah ia minta datang ke area UGD. Feeling-nya tepat, ketika ia akan menitipkan Nina pada adik perempuannya itu, muncul dua orang perawat yang akan membawa atau memindahkan Mita ke ruangan lain.

"Segeralah pulang! Mas masih harus berada di sini." Amar bicara pada Yola saat perempuan muda itu sudah berdiri bersama seorang lelaki lain yang ternyata adalah anak buahnya, Sammy.

"Baik, Mas. Kalau gitu kami pulang dulu. Jangan lupa kabarin, yah, kalau udah selesai. Biar Nina enggak rewel tanya-tanya terus."

"Iya."

Lalu Yola pun menggamit tangan Nina untuk berjalan menuju parkiran rumah sakit, meninggalkan Amar yang kini harus melanjutkan pekerjaan yang anak buahnya bawa.

"Tinggal tanda tangan saja, Pak. Selebihnya saya bisa handle untuk pengawasan proyek di lapangan hari ini."

"Ehm, ok. Saya percayakan sementara sama kamu, Sam. Saya akan kabari kalau urusan di sini sudah selesai," imbuh Amar seraya membubuhkan tanda tangan di beberapa lembar kertas yang anak buahnya bawa dari kantor.

"Baik, Pak."

Lelaki itu berdiri setelah selesai dengan urusannya. Ia kemudian pamit undur diri untuk kembali ke kantor.

Amar sendiri kini melangkah cepat menuju ruang radiologi untuk melihat rontgen yang Mita harus jalani.

'Ya Tuhan! Semoga perempuan itu baik-baik saja. Bukan karena aku harus membantu atau mengeluarkan uang banyak untuknya. Tapi, sepertinya aku melihat kesedihan yang tampak di wajahnya, yang seharusnya tidak semakin bertambah sebab kecelakaan ini,' gumam Amar berdoa seiring langkah kakinya menuju tempat di mana Mita diperiksa sekarang.

Di tempat lain, setelah Mita selesai dengan pemeriksaan CT-scan dan pemeriksaan lain demi mengetahui jelas rasa sakit akibat benturan dari kecelakaan yang menimpanya, perempuan itu kini dibawa ke ruang perawatan.

"Kenapa saya masuk ke ruangan ini, Sus?" tanya Mita yang heran sebab ia merasa baik-baik saja dan tidak perlu mendapatkan perawatan.

"Ini usulan dari dokter dan sudah disetujui oleh kerabat Anda, Bu Mita."

"Kerabat saya?" Mita menengok pada Ranti seolah meminta jawaban.

"Aku belum nyetujuin apapun, Mit." Ranti tampak menggeleng, enggan dituduh.

Meski perempuan itu sendiri pun akan menyetujui seandainya diminta tanda tangani persetujuan dari dokter. Setidaknya, meski acara liburan mereka gagal sebab kondisi Mita, ia berharap sahabatnya itu tidak pulang ke rumah dulu demi menelan pil pahit sebab pernikahan suaminya yang mungkin sedang atau sudah berlangsung saat ini.

"Terus kalau bukan kamu siapa lagi?"

"Ya, mana aku tahu. Mungkin si Mas-Mas yang tadi. Siapa namanya?"

"Amar! Nama saya Amar."

Tiba-tiba ada sebuah suara dari arah pintu kamar. Sosok lelaki itu sudah berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan masuk ke saku celananya, membuat kedua wanita yang tengah berbincang tadi menengok bebarengan.

"Perawat benar, saya yang sudah menyetujui saran dokter supaya Anda dirawat di sini sementara hasil pemeriksaan kondisi Anda selesai."

"Kenapa Anda tidak meminta izin terlebih dulu ke saya sebelumnya?" Mita terlihat sedikit kesal.

"Maaf, tadi Anda sedang didalam ruang radiologi ketika dokter meminta jawaban."

"Seharusnya Anda menunggu dan tidak langsung memutuskan secara sepihak. Terlebih Anda bukan apa-apa bagi saya, hanya seseorang yang ingin bertanggung jawab sebab kelalaian adik Anda menjaga putri Anda."

Seketika ruangan di mana orang-orang itu sedang berada hening sebab ucapan Mita. Bahkan, Ranti sampai menutup mulut saking kaget dan tak percaya atas apa yang sudah sahabatnya itu katakan.

Terlihat Amar terdiam membisu. Kata-kata yang Mita ucapkan membuatnya tersadar jika ia sudah sedikit lancang atas keputusannya.

"Maafkan saya karena sudah membuat Anda kecewa dan marah. Kalau begitu biar saya temui dokter dan meminta mereka membatalkan perawatan Anda."

"Tidak perlu!" cegah Mita cepat. Tepat saat dilihatnya Amar hendak berbalik keluar ruangan.

"Mungkin Anda tidak bisa melakukan hal itu." Mita terlihat meremehkan. Tapi, sejujurnya ia hanya tak mau terlihat malu sebab sudah membuat suasana mencekam karena kata-katanya.

"Saya akan coba karena saya tidak mau Anda terbebani dengan keputusan saya yang salah." Amar tetap pada pendiriannya untuk tetap menemui dokter.

Sedangkan Mita yang terlihat duduk di atas ranjang tempat tidur seketika menutup wajahnya saat Ranti menoleh ke arahnya dengan tatapan ingin membunuh.

"Apa yang kamu lakuin, Mit?"

"Sorry," lirih Mita bersuara di balik tangan yang masih menutupi wajahnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bahagia Setelah Dimadu   Malam Pertama

    Proses ijab kabul berjalan dengan lancar. Meski sudah dua kali menikah, Danu tetap merasa gugup ketika acara hendak dimulai. Tapi, sang penghulu membuat suasana hatinya jauh lebih baik sebab kepandaiannya mencairkan suasana. Nisa dihadirkan setelah Danu mengucap ijab kabul. Gadis itu muncul bersama Mita mengenakan kebaya berwarna pink yang cantik, secantik wajahnya. Beberapa orang yang belum mengenal Nisa, tampak terpesona dengan kecantikan gadis itu yang tampak alami. Ya, Nisa meminta pada penata riaknya untuk tidak mendadaninya dengan riasan yang tebal. "Natural saja, tapi bagus."Alhasil, beginilah penampakan Nisa sekarang. Mampu membuat semua orang terpana dengan kecantikannya yang khas dan alami. "Orang kaya yang enggak banyak tingkah. Danu beruntung." Amar berkata pelan kepada istrinya. Mita tersenyum mendengar ucapan Amar. Ia setuju dengan pujian suaminya itu. "Aku pikir keduanya beruntung," balas Mita memilih tak memihak. "Setuju.""Kamu tidak cemburu atau iri 'kan, Mas

  • Bahagia Setelah Dimadu   Jeda Cerita

    Sebelum saya melanjutkan bab terakhir kisah Danu dan Nisa, izinkan saya mempromosikan cerita terbaru yang berjudul PENGANTIN YANG TAK DIINGINKAN. Saya berharap kalian suka dan membaca cerita tersebut yang akan saya update di bulan Februari besok. Cerita ini masih ber-genre romantis. Mengisahkan dua insan manusia yaitu Shania dan Alex yang menikah bukan atas dasar cinta.Bagaimana kisah keduanya? Tentu kalian harus membacanya dari awal sampai akhir supaya tidak penasaran. Untuk itu, saya beri kalian spoiler di bab awal, ya. Untuk bab selanjutnya kalian bisa buka cerita PENGANTIN YANG TAK DIINGINKAN di baris paling bawah. Selamat membaca. Happy reading! BAB 1.Malam itu Shania berdiri di depan cermin, memandang wajahnya yang lesu. Ia merasa terjebak dalam kehidupan yang tidak diinginkannya. Pernikahan dengan Alex, putra keluarga kaya, terasa seperti sebuah kesepakatan bisnis, bukan persatuan cinta.Shania masih ingat jika teman kuliahnya itu adalah kekasih Maura, primadona kampus yang

  • Bahagia Setelah Dimadu   Menuju Janji Suci

    Namun, ide dan saran Danu justru diterima dengan sangat baik oleh Rendy dan istrinya. Kedua orang tua Nisa dengan serta merta setuju dan langsung mem-booking aula hotel miliknya di tanggal yang Danu minta. "Kalian ini kenapa sih? Kok bisa-bisanya kompak untuk urusan beginian," ucap Nisa saat Danu menyampaikan keinginannya tersebut. Nisa mungkin hanya protes di mulut, karena pada kenyataannya, ia pun merasa bahagia karena akan segera melepas masa lajangnya. Ia dan Danu akan menikah dengan acara yang ayahnya buat begitu mewah. "Kamu anak Ayah dan ibu satu-satunya. Tidak mungkin kalau kami membuat pesta sederhana dengan keluarga dan kolega kita yang begitu banyak.""Lagipula, Ayah ingin semua orang tahu bahwa putri Ayah yang cantik ini sudah ada pemiliknya. Seorang laki-laki pemberani yang bisa menaklukan hati putri Ayah yang sangat terjaga ini. Danu bukan seorang lelaki pengecut yang tidak mampu menghadapi aral dan masalah."Ucapan sang ayah membuat Nisa terdiam. 'Apakah ayah sudah t

  • Bahagia Setelah Dimadu   Memajukan Tanggal

    "Jadi, Mas Danu yakin kalau dia tidak akan mengganggu kita lagi?" tanya Nisa setelah mendengar penuturan Danu tentang pertemuannya dengan Selena. "Semoga saja begitu. Aku tidak mau berkata yakin sebab wanita itu bisa saja melakukan hal di luar nalarnya. Tapi, aku cukup memberinya penjelasan tentang sesuatu.""Penjelasan apa?""Bukan penjelasan. Tapi, lebih ke ancaman mungkin." Danu terkekeh. "Mas Danu ngancam apa?""Aku cuma bilang, jangan macam-macam dengan hubunganku sekarang. Karena calon mertuaku bukanlah keluarga sembarangan. Mereka bisa melakukan apa saja jika ada yang berani mengusik anaknya.""Kamu bilang begitu?" Nisa menatap tak percaya. "Ya." Danu terkekeh. Dipandangnya Nisa yang malah menggeleng karena ceritanya. "Kamu ini ada-ada saja.""Memanfaatkan kekayaan keluargamu aku pikir akan berhasil. Setidaknya, ia langsung bungkam ketika aku bicara begitu.""Haha. Kamu percaya diri sekali.""Aku kenal Selena. Dia memang bukan perempuan lemah lembut seperti Mita. Tapi, aku

  • Bahagia Setelah Dimadu   Saling Menjelaskan

    Danu sudah parkir di depan gerbang rumah Nisa setelah pertemuannya dengan Selena berakhir dengan keributan. Perempuan itu jelas tidak terima dengan keputusan yang diambilnya. "Dia bukan anakku. Seharusnya kamu meminta pertanggung jawaban lelaki itu, dan bukan malah mengganggu bahkan menemui aku seperti ini.""Dia pergi meninggalkan aku, Danu.""Apa bedanya dengan kamu yang pergi meninggalkan aku dengan dalih balas dendam. Padahal saat itu aku tidak tahu menahu tentang hubungan gelapmu dengan lelaki itu. Bahkan, aku juga menyangka bahwa anak yang ada di dalam kandunganmu adalah anakku.""Aku minta maaf, Danu.""Aku sudah memaafkan kamu, Selena. Tapi, aku tidak bisa kembali denganmu. Apalagi setelah semua yang kamu lakukan.""Kamu yang lebih dulu menyakiti aku!" teriak Selena di tengah taman yang sepi. Tak banyak orang yang ada di sana, kecuali ia dan Danu juga beberapa pasangan muda mudi lain yang menempati titik berbeda. "Ya, kalau begitu kita impas bukan?""Benar. Kita impas. Jadi,

  • Bahagia Setelah Dimadu   Penjelasan

    Nisa sudah akan beranjak meninggalkan Danu dan Noah, tapi tiba-tiba Danu bersuara. "Aku pikir bukan kamu yang seharusnya pergi. Tapi, aku."Nisa menoleh. "Bukannya tadi kamu mau bertanya sama dia? Kenapa jadi berubah pikiran?" tanya Nisa ketus. "Awalnya, iya. Tapi, buat apa aku bicara pada laki-laki pecundang yang bahkan kisah masa lalunya sudah tidak memiliki harapan lagi," ucap Danu yang kemudian berbalik untuk menuju ke mobilnya. Nisa tidak menghentikan langkah lelaki itu. Ia memilih diam sampai mobil milik Danu berlalu meninggalkannya dan Noah. Sekarang hanya tinggal ia dan Noah. Laki-laki itu tampak senang karena bisa berbicara berdua saja dengan sang mantan kekasih. "Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Nisa masih tidak bergeming di posisinya. Di tempat lain Danu yang sudah meninggalkan area gedung, melajukan kendaraannya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meninggalkan Nisa yang saat ini tengah berbicara dengan Noah, membuat dadanya sesak menahan kesal. Saat dirinya masih

  • Bahagia Setelah Dimadu   Noah

    Danu mungkin tengah bahagia sekarang. Sebab hubungannya dengan Nisa yang akan melangkah lebih maju dari sebelumnya. Kekhawatiran yang Nisa tunjukkan, dengan sangat mudah ia tenangkan. Mereka akan membawa hubungan yang belum matang itu agar tetap terjaga hingga perasaan cinta benar-benar hadir di hati mereka. Namun, satu yang Danu lupa jika saat ini ada sosok lain yang tengah menunggu responnya. Sosok itu yang sudah Danu buang jauh dari hatinya, kini muncul kembali seolah meminta perhatiannya."Aku mau bicara sama kamu," ucap Danu pada Nisa yang siang itu baru saja selesai istirahat. "Sekarang?" tanya Nisa yang masih berbicara santai dengan karyawan lainnya di kantin. "Kalau kamu sudah selesai istirahat saja," jawab Danu yang memilih melakukan komunikasi dengan calon istrinya itu melalui aplikasi pesan. Danu masih menjaga hubungannya dengan Nisa dari orang-orang di kantor. Bukan karena tidak mau orang lain tahu, tapi ia memilih menyimpan rahasia itu sampai di waktu yang tepat. "Ka

  • Bahagia Setelah Dimadu   Pembicaraan Serius

    Danu terdiam beberapa saat setelah Nisa menjawab pertanyaannya. "Aku pikir itu cuma alasan saja," gumamnya. "Awalnya aku pikir juga begitu, tapi ketika aku kembali bertemu Tia, dengan penuh keyakinan perempuan itu mengatakan bahwa Noah merasa tak percaya diri karena statusnya yang cuma staf biasa bisa berpacaran dengan aku yang adalah anak dari bosnya." Helaan napas terdengar kencang setelah Nisa menjelaskan. "Dan kamu percaya?" Danu kembali bertanya. Nisa mengangguk. "Aku percaya kalau Tia tidak berbohong. Terlebih lagi sikap Noah yang selama ini tidak berani menyentuhku, aku pikir alasannya berubah dan akhirnya berselingkuh adalah karena itu.""Lantas, apakah maksudmu dengan menceritakan ini semua adalah karena kamu sudah memaafkan dan mau kembali padanya?""Tidak. Aku enggak bilang begitu!" Nisa sontak menggeleng. "Kenapa kamu berpikir ke arah sana, Mas?""Bukan. Aku cuma menyimpulkan apa yang kamu katakan di akhir tadi. Dengan ia tidak pernah menyentuhmu, lain denganku yang su

  • Bahagia Setelah Dimadu   Rencana Lanjutan

    Acara makan malam berlangsung penuh kehangatan. Kedua keluarga seperti sudah sangat akrab hingga membuat acara malam itu berlalu dengan penuh tawa dan kegembiraan. Baik Danu dan Nisa sama-sama bisa melupakan debaran di hati mereka karena kedua orang tua mereka yang berbicara tanpa henti, membicarakan apa saja yang bisa membuat semuanya tertawa. Kedua sejoli itu tentu saja bersyukur karena kegugupan yang tiba-tiba melanda, seketika sirna. Satu hal yang membuat keduanya sadar, bahwa tidak ada pembahasan apapun yang berhubungan dengan acara pertunangan mereka. Danu mengirim pesan ke ponsel Nisa secara sembunyi-sembunyi —khawatir aksinya akan membuat heboh jika ketahuan. 'Sepertinya makan malam hari ini memang murni hanya makan saja.'Bunyi pesan Danu pada Nisa yang langsung gadis itu sadari. Sebelum membalas, Nisa memandang Danu dan tersenyum. 'Iya. Sepertinya begitu.' Nisa mengirim balasannya singkat. Danu kembali memeriksa ponselnya, lalu mengetik balasan pesan dari Nisa. 'Maa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status