Terdengar suara alunan musik dari biola serta piano yang tidak terlalu keras dan dapat meneduhkan pendengarnya.
Seorang wanita menggenakan sebuah gaun berwarna hitam dan terpancar raut bahagia dari wajahnya yang cukup menawan.
Di depannya, seorang pria berlutut di hadapannya sembari menyuguhkan sebuah cincin serta bunga.raut bahagia juga terpancar dari wajah pria itu dan membuat banyak penonton terharu melihat rangkaian lamaran tersebut.
"Apakah kau ingin menikah denganku??"tanya pria berjas hitam itu dengan senyum mempesona di bibirnya dan matanya menatap penuh cinta pada wanita itu.
"Aku-"
Tring!!
Suara dari wanita itu terpotong oleh dering dari handphonenya dan saat wanita itu selesai bertelepon dengan seseorang..
Raut wajahnya berubah menjadi sendu dan segera menatap pria itu dengan penuh kesedihan.
"Maaf..aku harus pergi dahulu.."
"Vio??"
Tap, tap, tap....
Wanita itu segera menuruni tangga di depannya untuk keluar dan meninggalkan laki laki tersebut.
Sesampainya di bawah, ia memanggil taksi dan masuk ke dalam.ia berusaha menahan air mata yang hampir tumpah ke pipinya yang telah disapu oleh foundation sebelumnya...
"Pak, tolong ke rumah sakit di jalan melati no 7."
"Rumah sakit permata ya non?"tanya pengemudi tersebut.
"Ya."
"Baik nona."
Brum!!...
Dengan segera, taxi itu melaju kencang ke lokasi keberadaan rumah sakit permata.
"Bertahanlah..."harap wanita itu dengan keringat dingin yang bergulir terus menerus menuruni lehernya yang jenjang.
Setelah 20 menit, taxi itu telah sampai ke tujuan dan wanita itu dengan cepat membayar lalu menuruni kendaraan tersebut. tak lupa, ia mengucapkan terima kasih pada pengemudi tersebut..
Tap, tap, tap...
"Sus, dimana ya pasien bernama mia rahmawati ?"
"Oh..pasien yang baru masuk ya?"
"Iya sus,"balasnya
"Maju aja ke dalam terus ke arah kanan.mbak naik lift dan tekan tombol 3. setelah itu mbak bisa cari ruangan nomor...233,"ujar perawat itu.
"Makasih sus."
Dengan segera, wanita itu pergi ke arah kanan yang ditunjukkan oleh suster dan masuk ke lift.ia pun menekan tombol yang akan dituju.
Ting!
"No 233.."gumam wanita itu sembari berlari mencari ruangan tersebut.
Ketika ia menemukannya, ia segera memasuki ruangan tersebut dan mendapati bahwa ruangan itu dipenuhi oleh banyak orang yang tak dikenalnya sama sekali.
Ia pun segera datang ke ranjang ibunya sendiri dan melihat beberapa orang di sana.dari bisik bisik, ia dapati bahwa beberapa orang membicarakan tentang perjodohan.sedangkan ibunya sedang terbaring lemah di kasur rawat inap.
"Ini ada apa ya?"tanya wanita itu.
Ketika ia bertanya, ibunya segera membuka matanya dan memandang ia dengan sedih.
Dengan segera, ia merasakan firasat buruk dan pergi ke ibunya.
"Bu, ini kenapa?"
"Nak, maafkan ibu ya.."ucap ibunya padanya dan terpotong oleh suara pintu.
Drit...
"Ini Violetta kan? Anak dari dia?"tanya salah satu orang yang tak dikenalnya.
"Ya, saya anaknya,"ujarnya membalas pertanyaan seorang wanita yang terlihat lebih tua darinya..
"Baiklah, kenalin.saya bisa dipanggil tante nita.tante akan menjodohkanmu dengan anak tante,Divan,"balasnya.
Wanita itu, Violetta segera mundur beberapa langkah dan menjauhi semua orang yang menatapnya.
"Ma? Apa aku salah dengar?...perjodohan ma??!"tanya Violetta dengan shock.
"M-ma-maaf nak.."ucap ibunya dengan tersenggal senggal dan membuat violetta segera menuju ibunya.
"Mama, bertahanlah,"ucap Violetta namun dengan segera ditahan oleh ibunya.
"Jaga dirimu baik..baik.mama s-sud-ah w-wa-waktunya.."
Trit.....
Suara dari mesin pendeteksi jantung membuat Violetta makin panik dan berteriak memanggil dokter.
Setelah dokter datang, ia mulai memeriksa denyut nadi ibu Violetta dan menggelengkan kepalanya.
Sontak.Violetta dengan segera mengusap tangan ibunya yang telah kaku dan meneteskan air mata dengan deras.
"M-ma...jangan tinggalin Vio..."
Violetta's povAku benar benar masih shock membayangkan tubuh berdarah Davin serta lokasi tusukan yang cukup lebar di tubuhnya. Kali ini, masalah kasus telah ditangani oleh pihak pihak lain. Hanya saja aku masih ragu masalah apalagi yang akan terjadi dan masih belum diselesaikan sebelumnya.Dengan jantung berdebar dan perasaan sedikit kesal, aku mulai bertanya pada Davin apalagi masalah yang masih belum kuketahui hingga saat ini. Ketika ia menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang bingung, aku baru melepas kekuatiranku dan mulai mendesah lega."Janji tidak akan seperti ini lagi.""Iya Ta..."~~~Tak terasa, 2 tahun telah lewat. Kasus itu diakhiri dengan penahanan Natasha dan pengungkapan beberapa anggota di daerah perusahaan Davin yang berperan sebagai orang dalam. Tentu saja, jumlahnya masih dapat dihitung dengan jari karena proteksi perusahaan yang cukup kuat.
Davin's povIa mulai mundur ke belakang dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya. Dengan aneh, ia meliukkan badannya sembari maju dan bersiap untuk memukulku. Benda tajam itu diarahkan padanya tepat ke perutku ketika aku berusaha menahan pukulannya dan membuatku dengan cepat menyerong dari arah tangannya.Benda tajam itu pun meleset dan mengenai angin angin yang bergerak mengitari kami berdua. Akhirnya, aku pun dengan cepat meninju tanganku tepat di mukanya.Bugh!Wajahnya yang tak terkena sinar membuatku sulit melihat keadaannya. Aku pun mulai meningkatkan kewaspadaan diriku dan maju ke arahnya. Ketika aku hampir dekat dan meninjunya, tangannya kembali memainkan benda tajam itu le arahku. Aku pun meliukkan benda tajam itu ke tubuhnya. Atau tepatnya berada di bagian vital tubuhnya, bagian dada.Clek!Pria itu mulai mundur dan terjengkang ke belakang. Darah menguncur te
Davin's povSetelah menemukan nama yang tertera pada daftar kontak, aku mulai menghubunginya dan malah mendapatkan bahwa nomor ini telah tidak aktif.Aku pun mulai berusaha menelpon anak buahku untuk memeriksa seseorang yang menurutku bisa saja menjadi pelakunya. Setelah selesai menelpon dan hal yang kusampaikan akan dikerjakannya, aku mulai masuk ke akun Rio.Panggilannya pun tersambung dan ia berbicara, "Ada apa?""Sorry repotin, gimana perusahaannya?" Tanyaku padanya."Santai. Perusahaanmu dan punyaku sudah ditangani dengan baik. Lagipula adikmu ternyata telah menyiapkan semua hal dan melampirkan note kecil di komputer perusahaan sehingga kesalahan tidak akan mudah luput dari perhatianku."Aku pun mulai merasa lega sejenak. Untung saja tiada masalah lagi, karena aku sepertinya ingin fokus ke kasus lama itu dahulu dibandingkan perusahaan."Memangnya ada apa ya?" S
Davin's pov"Kenapa kamu bersikeras ingin berhenti menyelidiki kasus ini?"Aku pun mulai menghela nafas dan melanjutkan perkataanku kembali, "Aku sama sekali tidak mengerti mengapa kamu ingin bersikeras seperti ini. Ini demi kebaikanmu juga, aku tidak ingin kamu dilukai oleh dalang utama itu. Jadi, tolong beri aku satu alasan saja mengapa kau ingin menutup penyelidikan ini Ta..."Wajahnya membeku dan bibirnya terkatup rapat, tidak membocorkan sedikit pun suara dari pita suaranya. Semakin ia terdiam, semakin aku merana kebingungan dan menatapnya dengan pancaran yang sama sekali tidak dimengerti sendiri olehku.Ketika ia membuka bibirnya, lidahnya tampak kelu dan suara bervolume kecil tidak keluar sedikit pun darinya. Akhirnya, ia menutup lagi mulutnya dan menundukkan wajahnya.Aku pun mulai geram melihatnya yang diam mematung terus menerus dan berinisiatif sendiri."Ta, pandang diriku," ujarku s
Davin's povAku benar benar merasa bingung bagaimana memulai penjelasan ini, bibirku terasa kelu dan pikiranku kosong. Di sisi lain, jantungku bergemuruh dengan kencang. Hingga aku mulai sadar dalam waktu sekejab bahwa rahasia apapun pasti akan terungkapKetika aku memastikannya lagi sebelum berbicara, ia seolah olah bersikap tidak apa dan siap mendengarnya. Aku pun menghembuskan nafasku dan mulai membuka mulutku."Sebenarnya.. mereka ikut berpatisipasi dalam kejadian tersebut. Namun, aku juga tak begitu yakin bahwa merekalah yang menjadi dalang utama dari kasus sebelumnya.""Namun, tiada hasil penyelidikan merujuk pada orang yang kucurigai sampai sekarang," akhirku pada perempuan di depanku yang masih menatapku dengan intens.Ia mulai mengulurkan lengannya ke telapak tanganku. Ia rekatkan jemarinya yang telah meramping menampakkan lekukan tulang ke jariku yang kasar dan besar."Hentika
Malam semuanya... ini chap terbarunya ya. Kali ini dalam versi pandangan author dan lebih jelas ya. Selamat membaca dan salam sehat bagi semuanya...??Author's povTampak kedua orang yang saling berhadapan namun berbeda ekspresi. Pria yang baru keluar di kamar mandi berbalut outfit kasual putih dan dilengkapi oleh celana panjang berwarna hitam.Sedangkan satu lagi berbalut pakaian putih serta berbaring di sebuah ranjang dan diliputi oleh berbagai fasilitas medis untuk menunjang kesehatan selama masa koma nya. Walau ditopang oleh berbagai alat alat medis, dari wajah wanita itu terlihat bahwa ia telah membaik walau masih tampak agak pucat.Rambut wanita itu tampak sedikit menghilang namun telah tersamarkan dibandingkan saat saat ia baru selesai dioperasi. Beberapa bagian tubuhnya menunjukkan tulang dengan jelas dan membuatnya seolah olah menderita penyakit anoreksia.Sedangkan si pria, yang sedang berdiri k