Regantara memasuki kamarnya, Kayma dan Arsa sudah menunggunya di tempat tidur. Setiap kali Regantara pulang ke Jakarta, cara ini lah yang dia pakai untuk selalu dekat dengan anak-anaknya."Papa," panggil Kayma. "Sini." Kayma menepuk sisi tempat tidur.Regantara ikut masuk ke dalam selimut, menciumi pucuk kepala buah hatinya."Ada cerita apa?" tanya Regantara menepuk bantal kepalanya."Papa, Tante Ayu itu temannya mama?" tanya Kayma."Iya, kenapa?""Baik ya, Pa. Tadi sebelum Tante Ayu pulang, Tante Ayu janji mau ajak Kay sama Arsa ke mall.""Hhmm ....""Papa suka sama Tante Ayu?" Arsa yang tidur di sisi Kayma pindah tempat ke sisi Regantara."Tante Ayu itu teman bisnis Papa, jadi ya Papa harus suka," jawab Regantara."Tapi kalo Arsa sih senengnya kalo Papa dekat sama Tante Rubi. Tante Rubi itu baik, suka bikinin kita makanan, Mas Tama juga baik," celoteh Arsa."Tapi Tante Rubi nggak pernah ajakin kita jalan-jalan ke Mall," sahut Kayma. "Tante Ayu aja yang baru kenal kita udah janji mau
"Anak-anak sudah bangun?" tanya Rubi pelan saat bertandang ke apartemen Regantara pagi itu."Belum, masih pada tidur. Tama mana?" Regantara kembali merebahkan dirinya di sofa ruang tengah."Nanti naik di antar Bono. Tadi ke minimarket di bawah, katanya mau belikan Arsa sesuatu." Rubi langsung mengarahkan langkah kakinya menuju dapur. "Aku buat macaroni schotel buat anak-anak, salad buah buat kamu. Mas ...." Rubi sudah tak mendengar suara Regantara, lelaki itu tertidur kembali di atas sofa. Selesai menyiapkan sarapan pagi dan membukakan pintu untuk Tama, Rubi meminta Tama membangunkan Kayma dan Arsa sementara Rubi mencoba membangunkan Regantara."Mas ... Mas, bangun. Sarapan dulu, yuk." Rubi membelai lembut pipi Regantara, kekasihnya itu belum juga membuka matanya. Rubi menundukkan tubuhnya, wajahnya mendekat pada wajah Regantara."Nanti di liat anak-anak, loh. Takutnya aku nggak bisa nahan," ujar Regantara menarik sudut bibirnya tanpa membuka matanya."Ke ge-er an kamu," kekeh Rubi.
"Ini Uti aku," ujar Tama mengenalkan Widya pada Kayma dan Arsa. "Uti aku pinter masak, kalian tinggal sebut aja makanan apa yang mau kalian makan malam ini, pasti Uti buatin." "Cantiknya, namanya siapa?" tanya Widya saat melihat gadis kecil dengan rambut di kuncir kuda itu. "Kayma, umur delapan tahun mau sembilan tahun," jawab Kayma menyambut uluran tangan Widya. "Namanya cantik seperti orangnya. Kalo yang ini, namanya siapa?" tanya Widya saat melihat Arsa masih menggamit tangan Rubi. "Yang ini namanya Arsa, Uti. Si anak manis yang murah senyum," kata Rubi. "Kalian darimana?" tanya Widya. "Ngajakin anak-anak jalan-jalan ke Mall, Bu." Regantara mengacak-acak rambut Arsa. "Mau ke kamar aku nggak? Aku punya beberapa buku dan mainan, ayok," ajak Tama. "Boleh, Pa?" Kayma meminta izin pada Regantara. "Boleh dong," jawab Regantara sambil tersenyum. "Aku ambil perlengkapan anak-anak dulu di mobil," kata Rubi. "Biar aku aja." Regantara melangkah kembali ke teras rumah Rubi. "Mau di
Rubi memandangi ponselnya, ini sudah lebih dari 15 menit dia memandanginya. Regantara mengiriminya undangan ulang tahun pernikahan mertuanya dan Rubi dia minta datang menemaninya sekaligus memperkenalkan Rubi pada keluarga almarhum Debby."Kenapa?" tanya Widya yang datang dengan secangkir teh di tangannya."Mas Regan kirim undangan ulang tahun pernikahan mertuanya, Bu.""Oh, lalu?" Ibu Widya menyesap teh hangat itu."Mas Regan meminta Rubi untuk datang kesana.""Jakarta?""Iya, Mas Regan mau memperkenalkan Rubi pada keluarga almarhum istrinya.""Bagus kalo begitu.""Rubi takut, Bu.""Takut kenapa? Takut nggak di terima sama keluarganya. Regantara itu statusnya sudah mantan menantu, Bi. Yang membuat Regantara masih berada di sana ya karena anak-anak dan pekerjaannya. Tapi jika untuk masa depannya, tentu Regantara punya pilihan sendiri. Dan nggak ada yang bisa melarang itu.'"Iya sih, Bu. Hanya saja, tetap kan minta ijin dan restu dari keluarga almarhum istrinya. Karena anak-anaknya sud
Rubi mematut dirinya di depan kaca, make up tipis menghiasi wajahnya, rambut yang dia biarkan terurai membuat dirinya nampak semakin terlihat elegan. Gaun tanpa lengan model sheath dress berwarna hitam itu membentuk indah tubuh Rubi. Rasanya dia kurang percaya diri dengan gaun itu, sementara Regantara sudah siap dengan setelan jas berwarna hitam."Bi, udah cantik kok," ujar Regantara sambil memakai jam tangannya."Apa enggak terlalu terbuka, Mas?""Enggak, mana yang terbuka. Hanya potongan dress tak berlengan, elegan kamu tampak mewah, Bi. Percaya sama aku." Regantara mendekati Rubi yang masih memutar-mutar tubuhnya di depan cermin."Kamu yakin?" Rubi memastikan kembali dan Regantara hanya mengangguk."Pakai ini," ucap Regantara mengalungkan sebuah kalung emas dengan inisial R di leher Rubi."Mas." Rubi menatap kalung emas berinisial R yang di kelilingi permata kecil-kecil. "Kamu—""Inisial nama kita, aku dan kamu," ujar Regantara membalikkan tubuh Rubi menghadapnya."Cantik," ucap Ru
"Ternyata kalian selangkah lebih maju daripada aku. Selamat ya," ucap Ayu yang sudah berdiri di belakang Rubi. "Selamat berjuang mendapatkan restu, berdoa saja keluarga Debby tidak keberatan jika cucu mereka di asuh oleh tukang masak seperti kamu," ujar Ayu tersenyum sinis."Permisi," ujar Rubi yang memilih untuk pergi daripada harus mematik emosi dengan wanita seperti Ayu."Aku baru tau kalo kamu janda, pantas ...." Ayu melipat kedua tangannya di depan dada. Rubi menghentikan langkahnya sebelum keluar dari toilet."Pantas saja Regantara tergila-gila, sepertinya servis kamu memuaskan." Senyum sinis itu terukir di wajah Ayu."Hentikan omongan busuk kamu," ujar Rubi memutar tubuhnya dan menatap tajam pada Ayu. "Rasanya sulit saya percaya seorang intelektual, lulusan luar negeri, punya karir yang bagus serta anak dari seorang pengusaha ternama di negeri ini harus mengemis cinta pada kekasih orang. Kasian sekali ...," ucap Rubi lalu tersenyum pada Ayu. "Permisi, Ibu Ayu."Rubi berjalan k
Rubi masih diam sepanjang perjalanan tadi hingga mereka tiba di hotel. Rubi mengikuti langkah kaki Regantara dari belakang, kekasihnya itu menggendong Arsa yang tertidur di saat perjalanan. "Sebentar," ujar Rubi membuka pintu kamar hotel. Regantara merebahkan putra bungsunya pelan, Rubi membuka sepatu lelaki kecil itu, membuka pakaian Arsa hingga menyisakan pakaian dalam Arsa dan kaos singlet berwarna putih. Rubi menyelimuti Arsa dan mencium pipi anak kekasihnya itu, sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Regantara masih menunggu hingga Rubi keluar dari kamar mandi. Dia masih menuntut penjelasan dari Rubi mengapa ingin pulang segera besok pagi. "Besok pagi nggak usah di antar, aku bisa sendiri ke stasiun," ujar Rubi mengeluarkan baju tidur dari kopernya. "Kamu kenapa sih tiba-tiba begini?" tanya Regantara yang masih bingung dengan apa yang terjadi pada Rubi. "Enggak ada, aku cuma mau pulang," kata Rubi melepas bathrobe-nya begitu saja di hadapan Regantara
"Bi ...," lirih Regantara yang bergerak semakin cepat. "Bisakah kita melakukannya sekarang?" Regantara memajumundurkan tubuhnya, rahangnya mengeras menahan sesuatu yang seakan akan ingin membuncah. "Mas," ucap Rubi penuh dengan desah. "Biarkan saja dulu, Bi ...." Suara serak Regantara begitu lembut di telinga Rubi. "Mas ...." Rubi meremas lengan kekar Regantara. Regantara menjauhkan tubuhnya dari Rubi, seketika dia menghentikan aktivitas gilanya itu. "Kenapa?" tanya Rubi lalu menoleh ke arah Arsa yang meringkuk membelakangi mereka. "Basah ...." Regantara tertawa kecil sementara Rubi menarik sudut bibirnya dan menjauhkan tubuh Regantara darinya. "Mandi sana ...." Rubi tak bisa menahan tawanya. Rubi sudah memeluk Arsa saat Regantara selesai membersihkan dirinya. Regantara melangkah menghampiri anak lelaki dan kekasihnya itu. Perasaan damai itu begitu terasa jika melihat kedekatan Rubi dan Arsa. Arsa masih membutuhkan ibu tempat dia bermanja-manja, bercerita bahkan merasakan ka