공유

BAB 3

last update 최신 업데이트: 2024-06-10 17:12:43

Fatimah sekarang faham kenapa seluruh asset dari suaminya itu di atasnamakan dia bukan albi sendiri karena di balik itu ada saudara yang sangat culas serta gila harta yang kapan saja akan mengambilnya.

“dek kenapa diam hem? Abang salah ya dek?” ucapan albi membuat Fatimah tersadar dari lamunannya.

“eh anu bang maaf ya Fatimah tidak denegrin ucapan abang” ucap Fatimah sambil memilin ujung bajunya pertanda dia lagi memikirkan sesuatu.

“sudah dek jangan banyak fikiran, yang terpenting asset-aset abang sudah atas nama adek karena abang takut dek kalau sampai masih atas nama abang yang ada ibu dan saudara kandung abang mengambil paksa darimu” ucap sendu albi terhadap kekasih halalnya itu.

“abang Fatimah tidak suka kalau omongannya seperti itu, hidup mati seseorang hanya Allah yang tau jadi jangan selalu ngomongin kematian karena adek gak suka” ketus Fatimah kepada albi pertanda kemarahannya kepada sang suami.

“bukan begitu maksud abang dek,abang hanya….” Belum selesai albi berkata sudah ada ketukan serta salam dari luar.

Tok tok tok tok “assalamualaikum, dek ini abang” ucap seseorang membuat Fatimah bergegas ke luar untuk membuka pintunya.

“eh bang Marwan cepat sekali datangnya” ucap Fatimah kepada abangnya.

“iya mumpung kerjaan abang di Perusahaan sudah beres jadi abang langsung meluncur kesini” penjelasan Marwan kepada Fatimah.

“ayok masuk bang bang albi menunggu di kamar soalnya” ucap Fatimah kepada kakaknya itu sambil membawanya ke kamar mereka.

“bi… kenapa tidak ke dokter saja sepertinya kondisimu mengkhawatirkan” cemas Marwan kepada iparnya itu.

“tidak apa bang albi Cuma capek saja kok istirahat saja sudah baikan bang” ucap albi kepada abang istrinya sambil mengulaskan senyumnya.

“udah dulu ngobrolnya ini diminum bang tehnya” ucap Fatimah kemudian sambil menyuguhkan the itu.

“tau saja adek abang satu nih kalau abangnya kehausan di jalan” ucapan Marwan sedikit mencairkan suasana siang hari itu.

“eh tapi ngomong-ngomong keponakan abang ada Dimana semua?” tanya Marwan sambil celingak clinguk melihat sekitar tak menemukan tiga keponakannya itu.

“mereka di bawa kak asna bang main dirumahnya” ucap Fatimah kepada abangnya.

“owalah gitu toh pantesan sepi ya, ternyata mereka lagi ke rumah budenya, eh iya sampai lupa bi ada apa kamu nyuruh abang ke sini?” tanya Marwan mulai serius kepada iparnya itu.

“maaf bang kalau albi terkesan mendadak menyuruh abang kesini, sebelumnya dek tolong kunci pintu depan biar takda ada yang nyelonong masuk” pinta albi kepada istrinya kemudian Fatimah segera bergegas mengunci pintu depan.

“sudah bang, sudah adek kunci” ucap Fatimah kepada sang suami.

“makasih dek, tolong lagi ambilkan kotak yang tadi abang kasih ke kamu” pinta albi lagi kepada sang istri.

“ini bang kotaknya” Fatimah menyodorkan kotak itu kepada sang suami.

“bang tolong pegang semua asset yang telah aku tabungkan selama duapuluh lima tahun ini bang” albi menyerahkan kotak tersebut kepada Marwan. “apa ini bi, dan asset apa yang kamu maksud” dengan bingung Marwan memengang kotak tersebut dan membukanya alangkah terkejutnya Marwan isi dari kotak itu.

***

Dilain tempat ibu Zainab beserta ketiga anaknya sangat murka karena tidak berhasil meminta uang yang mereka inginkan.

“ibu!!!! Gimana ini, masak juleha nikah alakadarnya sih” jerit juleha kepada sang ibu membuat bu Zainab memijit-mijit kepalanya yang tak pusing itu.

“entahlah ibu juga bingung kenapa semua ini bisa jadi kacau” ucap bu Zainab kepada juleha.

“ini pasti karena Fatimah sialan itu mangkanya albi jadi membangkang kepada ibu” ucap Bambang dengan geramnya.

“iya bu dadang juga sepemikiran dengan bang Bambang, mana mungkin albi yang dermawan dan gampang kasian bisa seceapt itu berubah, dan yang bikin syok rumah serta tanahnya di namakan Fatimah semua” geram dadang niat hati ingin menguasai harta albi namun sekarang gagal.

“tapi apa mungkin harta albi hanya rumah dan tanah itu saja? Rasanya tak mungkin kalau albi tak punya simpanan karena sudah lama dia bekerja” ucap Bambang yang terus mengompori sang ibu.

“iya loh bu apa albi sudah pelit ya sekarang atau jangan-jangan benar lagi karena hasutan Fatimah” tambah juleha yang semakin membuat bu Zainab membenci mantunya itu.

“udahlah ibu pusing mau masuk dulu, silahkan kalian berdiskusi cari jalan keluarnya” ucap bu zainab kepada anak-anaknya. Sepeninggal bu Zainab masuk ke dalam kamarnya juleha memulai lagi diskusinya.

“bang gimana ini? Masak iya juleha harus nikah secara sederhana” ucap juleha kepada kakak-kakanya.

“udah dek yang penting sah” ucap Bambang yang sbenarnya takmau di repotkan oleh sang adek karena Bambang tipe orang yang pelit.

“abang nih dari dulu memang tidak mau membantu saudaranya senduri” ucap juleha sambil manyun.

“udahlah dek kan yang penting sah, lagi pula ingat umur kamu saja nikahnya sudah umur segitu masak mau di besarkan” ucap Bambang lagi kepada adeknya.

“lah rugi dong aku kalau biayain nikahannya si juleha, niat hati mau ambil ke untungan eh malah gak jadi” batin Bambang menggerutu kesal.

“gawat nih yang ada juleha bakal minta sama aku, boro-boro uang serratus juta yang sepuluh juta saja ditagih sama albi sialan” batin dadang mengerutu.

“atau gak kamu sajah deh dang kan keliatan kamu banyak uang” ucap juleha beralih kepada dadang saudara kembarnya itu.

“darimana ada uang yang ada hutangku di albi dia tagih” ucap dadang seakan tak mau di beratkan oleh saudaranya.

“astaga bi ini serius semua surat-surat ini atas nama istrimu” ucap Marwan membolak balik satu persatu sertifikas itu.

“iya bang tolong simpankan untuk istri dan anakku bang, soalnya kalau masih atas nama saya khawatir saudara-saudara saya yang tamak itu akan merebutnya” ucap albi kepada Marwan.

“aku heran sama kamu bi sejak kapan kamu punya banyak asset ini bahkan emas serta saham digital ini juga bukan main-main bi?” tanya Marwan sambil mengutak ngatik seluruh handphone albi itu.

“sejak dua tahun pernikahan aku dengan Fatimah bang” ucap albi mengejutkan semuanya.

DEG “kekenapa aabang bohongi Fatimah, kenapa abang menutup-nutupi semuanya?” tanya Fatimah dengan bibir bergetarnya.

“maaf kan abang dek semua ini abang lakukan karena ada maksudnya, adek kan tau gimana tamaknya keluarga abang, abang Cuma mau nyelamati harta yang harusnya untuk anak-anak abang serta istri abang uhuk uhuk uhuk” ucap sendu albi sambil berbatu memengangi dadanya yang sakit.

“abang kenapa? Minum dulu” ucap Fatimah mencemaskan suaminya itu sambil menyodorkan air terhadap suaminya.

“bi lebih baik kamu periksakan kesehatanmu saja, ayok aku antarkan ke rumah sakit” ucap Marwan karena tak tega dengan iparnya itu.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Balada Sebutir Telur   BAB 13

    Semua orang yang ada di ruang tamu itu terdiam setelah melihat isi dari rekaman yang di berikan oleh asna kepada semua orang. “lantas bagaimana keputusanmu selanjutnya dek?” Tanya Marwan kepada Fatimah yang dari tadi hanya diam saja. “keputusan adek sudah bulat bang, semua harta benda yang di tinggalkan bang albi untukku dan anak-anak adek titipkan kea bang saja, aku sudah menduga hal seperti ini pasti akan terjadi” ucap Fatimah kemudian dengan sorot mata yang memancarkan kebencian tersebut. “kamu yakin dek dengan apa yang kamu ucapkan?” Tanya Marwan lagi dengan mimic wajah yang serius. “yakin sekali bang, bahkan adek sudah muak hidup disini rasa-rasanya adek akan jual saja rumah penuh kenangan ini dan pindah dimana gak aka nada ibu dan anak-anaknya” ucap Fatimah dengan sorot mata yang sudah mendung karena menyimpan banyaknya kesakitan selama ini. “sebenarnya abang kemaren sudah sempat mengutak atik handphone albi, maaf dek abang terpaksa melakukan itu karena penasaran dengan isi

  • Balada Sebutir Telur   BAB 12

    Astafirullah terbuat dari apa hati mereka ini kenapa selalu memperlakukan aku buruk kenapa mereka selalu menilaiku salah di mata mereka, bahkan sampai saat ini bang albi sudah meninggal mereka tetap sama hatiku sakit teramat sakit, benar perkataan bang albi jangan selalu memberikan apa yang mereka mau buktinya perkara uang asuransi saja mereka sudah menunjukkan sifat tamak mereka ke orang lain semoga setelah ini takkan ada lagi drama-drama yang akan mereka mainkan. “gimana dek aman kah?” Tanya Marwan kepada asna. “aman bang, lagi pula buat apa semua berkas penting sama harta benda Fatimah abang minta?” Tanya asna sambil memicingkan matanya. Plukkk “kamu kira abang akan ambil harta benda ini, kurang kurangi nonton sinetron tak bermutu itu” ucap Marwan kepada sang adek. “habisnya abang aneh banget deh, nyuruh yang beginian” ucap asna sambil mnegelus-ngelus kepalanya. “kalau gak Fatimah yang nyuruh mana mungkin abang begini” ungkap Marwan lagi. “emangnya ada apa bang, sepertinya ad

  • Balada Sebutir Telur   BAB 11

    “udah deh, dari tadi ibuk sama juleha tengkar saja gakda selesai-selesainya” lerai dadang yang dating setelah sang istri. “ini loh dang kakakmu dandanannya melebihi mau kekondangan saja, kan ibu malu dang” ucap bu zainab kepada sang anak. “biarin saja buk yang ada juleha sendiri yang akan malu nantinya bukan kita ini” uca[ santai dadang kepada sang ibu. “heh, dang kamu sama saja ya sama istrimu sama-sama tukang bully, pantas saja berjodoh” omel juleha karena tak terima dikatai malu-maluin. “alah sudah-sudah ayo berangkat saja yang ada kita telat lagi dapat nasi berkatnya” ucap bu zainab lagi. “astaga ya allah kenapa hamba di berikan mertua yang begini bentukannya sih” ucap sintia istri dari dadang. “dek ayok kita berangkat kok malah bengong sih” ajak dadang kemudian kepada sang istri. “ibumu sama juleha sama saja sama-sama bikin malu” ucap pelan sintia kepada dadang. “hus dek jangan ngomong begitu, nanti ibu dengar bias-bisa kita tak dapat bagiannya dua hari lagi

  • Balada Sebutir Telur   BAB 10

    “ masak kamu tidak paham apa yang saya bicarakan sih as, mereka itu sekeluarga tidak ada yang benar, kecuali si albi menurutku” dengan lancar bu sulis membuka semua aib tetangganya itu. “astaga bu sulis….!!! Terkejut asna karena sebegitu buruknya bu zainab di mata para tetangganya itu. “kamu masih gak percaya juga ya as, biar kamu tau saja bu zainab itu hanya luarnya saja yang baik namun hatinya busuk, dia itu ibu yang kejam as mungkin berlaku hanya untuk almarhum saja” ucap bu sulis sambil matanya berkaca-kaca menceritakan pahitnya kehidupan albi dulu kesehariannya yang harus banting tulang demi menghidupi dirinya sendiri. “apakah bang albi dulu semasa hidupnya membiayai dirinya sendiri bu?” Tanya asna dengan hati-hati kepada tetangganya itu. “benar as bahkan dari dia menginjak bangku SMP harus merasakan pahitnya mencari uang” ucap bu sulis lagi tampa di tutup-tutupin. Sungguh hatiku mencelos mendengar penuturan bu sulis betapa menderitanya bang albi selama hidup “malang sekali

  • Balada Sebutir Telur   BAB 9

    Mengapa keluarga almarhum suamiku selalu yang di perebutkan adalah uang dan uang ya allah apa tidak ada rasa empati yang mereka berikan kepadaku, selalu yang mereka fikirkan adalah uang dan uang, benar kata bang albi bahwa jangan sekali-kali merasa kasian dengan keluarganya. Semoga apa yang akan aku putuskan nanti bisa berjalan dengan semestinya semua ini demi anak-anakku dan juga masa depan mereka juga. “astaga terbuat dari apa pula hati mereka ini tak tau diri banget jadi manusia” asna berucap lumayan kencang agar rombongan bu Zainab bisa mendengar, namun bukannya mereka menyadari tetapi tetap saja melewati para tamu tersebut. “sudah-sudah dek biarlah mereka mau bagaimana, jangan buat situasi di rumah dek Fatimah semakin panas” ucap lastri sambil mengelus-ngelus punggung asna. Melihat situasi yang sepertinya kian memanas Fatimah hanya bisa menghembuskan nafasnya saja “hufttt, silahkan bapak-bapak dan ibuk-ibuk juga di minum sama di cicipi yang kami suguhkan maaf ya hanya itu

  • Balada Sebutir Telur   BAB 8

    “kalian semua biadab!!!” teriakan Fatimah membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut menjadi terkejut dan ketar ketir berlaku untuk keluarga bu Zainab. “ummi maafkan kami huhuhuhu telah mengambil sebutir telur tante juleha” ucap si sulung sambil memeluk uminya saking takut di marahi oleh om dan tantenya. “bahkan kalian mengakui hasil pemberian orang-orang untuk almarhum bang albi, Dimana hati kalian semua hah!!” amuk Fatimah sambil memeluk semua anak-anaknya. “lah albi sudah mati jadi semua sembako itu hak yang hidup lantas Dimana salah kami?” jawab juleha dengan tak tau dirinya. “salahnya kalian tak tau diri” bukan Fatimah yang menjawab akan tetapi asna yang menjawab karena ikut marah keponakannya di siksa oleh keluarga bu Zainab. “jangan ikut campur heh orang luar saja ikut ikuta” bahkan sudah dikatai tak tau diri juleha masih saja mengannggap dirinya benar. “mending kalian semua sekeluarga keluar dari rumahku” usir Fatimah karena sudah merasa Lelah dengan apa yang selal

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status