Senyuman licik kembali keluar setelah melihat beberapa rencananya yang sudah berhasil dilakukan. Belum cukup sampai di sini sebab perjalanan masih panjang. Rencananya bahkan bertambah karena korban yang ia tuju juga bertambah. Yakni, Edward. “Abaikan Edward dulu, Alexander. Kau masih harus menelusuri orang-orang Jeremy sampai tuntas lalu baru dalang-dalang yang ikut merencanakannya.” Alexander mengangguk pelan dengan peringatan yang ia ucapkan sendiri. Mata elang itu terus menyorot pada sebuah kertas dengan deretan tulisan yangberurutan dan beberapa bagian di atasnya yang sudah tercoret, menandakan bahwa satu persatu rencana yang disusun sebelumnya sudah selesai dikerjakan. Alexander menghembuskan napas pelan lalu melihat sebuah foto yang tidak jauh darinya. Dilihatnya setiap orang yang ada di dalam foto itu lalu tersenyum tipis. “Balas dendam ini akan berakhir secepatnya. Kalian tenanglah dan berbahagialah di tempat baru. Aku mencintai kalian.” Alexander kembali menampakkan senyum
Setelah kepergian Andre, Alexander langsung mengecek daftar nama yang harusnya ada dalam list rencana. Tidak ada nama Andre yang bersangkut paut dengan orang-orang kepercayaan Jeremy. Lalu, apa benar ucapan pria itu yang ingin membantu Alexander mengelola perusahaan ini? “Tapi ini bahkan bukan perusahaan milikku, untuk apa aku bekerja begitu keras?” gumam Alexander yang mengingat bahwa ini hanya sementara. Alexander menggeleng dan kembali memperhatikan setiap nama yang ada dalam daftar rencananya. Untuk yang pertama, ia akan menelusuri lebih dalam tentang pria bernama Andre yang mengaku teman Jeremy itu, lalu yang kedua memutuskan apakah pria itu akan masuk dalam rencananya atau justru sebaliknya . Dan yang jelas, Alexander masih butuh informasi lengkap tentang siapa saja orang-orang Jeremy ikut berkompromi dalam pembunuhan orang tuanya atau mereka yang tidak ikut datang tetapi ikut merencanakan. Semua orang-orang biadab itu harus merasakan bagaimana rasanya hidup menderita. Alexand
Alexander menuju ke dapur dengan membawa barang yang ia beli. Dilihatnya Kimbeerly yang sibuk memotong sayuran dengan kompor di sampingnya yang menyala. Alexander tersenyum dan segera mendekat. Kimbeerly menoleh begitu merasakan dekapan seseorang dari belakang. Ia tersenyum melihat Alexander yang melayangkan kecupan di keningnya dan memberikan satu kresek bahan yang ia butuhkan. “Terimakasih.” Alexander melepaskan dekapannya. Dilihatnya Kimbeerly yang terlihat berkeringat dengan rambut panjangnya yang tergerai, Alexander berinisiatif mengambil sebuah karet dan menguncir rambut Kimbeerly agar wanita itu tidak terlalu berkeringat lagi. Kimbeerly tersenyum dank kembali mengucapkan terimakasih kepada Alexander. “Apa yang harus ku bantu?” “Kau pergilah mandi dan bersihkan diri. Aku hampir selesai dan tidak memerlukan bantuanmu.” “Kata-katamu jahat sekali.” Kimbeerly tersenyum tipis. “Cepatlah.” Alexander tidak memperdulikan ucapan Kimbeerly. Ia justru mengambil duduk dibarstool dan
“Apa rencanamu hari ini, Tuan Alexander?”Alexander menoleh menatap Felix yang sedang makan dengan tenang dan sesekali memperhatikan sekitar. Hanya Felix yang terus memperhatikan Alexander sejak keberadaannya di perusahaan ini. alexander sendiri sudah menelusuri tentang latar belakang Felix dan tidak ada hal yang mencurigakan. Felix aman jika memang ingin berteman dengan Alexander.“Aku tidak punya rencana hari ini.”“Tapi kita bahkan tidak punya pekerjaan serius hari ini? Kau tidak mau bersantai ke club atau sekedar minum denganku?”“Kau suka membuang-buang waktu ternyata.”Felix tertawa mendengar ucapan Alexander. Pria ini sekali bicara kenapa terkesan menyatakan kenyataan. Sungguh orang yang baru mengenalnya pasti akan sakit hati, tetapi tidak untuk Felix. Ia sudah terbiasa mendengar kata-kata sindiran dari Alexander bahkan hanya menanggapi dengan kekehan saat melihat wajah datar Alexander.“Bukankah itu hal yang umum? Aku hanya berusaha menjadi manusia normal dan mengikuti zaman s
Senyuman devil keluar dengan matanya yang menyorot pada beberapa bukti yang telah ia lenyapkan. Seperti sebelum-sebelumnya, Alexander akan menghapus jejak ulahnya dan membakar semua bukti yang mungkin akan mengarah padanya. Ia sudah masuk ke dalam kehidupan yang kotor maka tidak etis jika perbuatannya tidak kotor pula.Api itu perlahan memadam setelah tidak ada lagi yang harus dilenyapkan. Alexander semakin tersneyum puas dengan apa yang telah banyak ia lakukan sampai saat ini. Kedua telapak tangan itu bergerak mengusap debu yang tersisa lalu beranjak pergi meninggalkan sebuah ruangan dengan pencahayaan minim. Alexander akan cukup dengan hari ini dan akan kembali.Pria itu berjalan menyusuri lorong dengan wajah datar. Pikirannya tidak henti memikirkan jalan mana lagi yang akan ia tempuh setelah ini. Hanya tinggal beberapa nama yang masih hidup dan menghirup napas sesukanya sebab setelah ini Alexander akan melenyapkan nama-nama yang telah melukai dirinya itu.Sorot mata tajam itu menat
Hembusan napas untuk kesekian kalinya membuat Kimbeerly menoleh ke sumber suara. Ia terganggu dengan kegiatan Alexander yang tidak bisa menghentikan rasa khawatirnya meski wajahnya tetap saja datar.“Kau bisa pergi bekerja. Aku tidak akan kemana-mana.”Alexander menatap Kimbeerly yang terlihat begitu pucat dan lemah. “Tidak. Kau butuh aku.”“Aku sungguh tidak mengapa. Pergilah.”Alexander kembali menghembuskan napasnya. Ia memegang kening Kimbeerly lagi untuk memeriksa suhu tubuhnya. Masih sangat panas dari sebelumnya. “Sudah ku katakan jangan menunggu di luar. Ini sebabnya jika kau tidak mendengarkan.”Kimbeerly tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, hanya saja memang saatnya untuk sakit.”Alexander mengambil kompresan yang ada di atas nakas lalu menempelkannya ke kening Kimbeerly agar suhu tubuh istrinya itu segera menurun. “Baik berarti sehat dan yang terjadi sekarang adalah kau sakit, jadi kau tidak baik-baik saja. Diamlah dan segeralah pulih.”Kimbeerly kembali tersenyum. Ia baru
Kimbeerly tidak kunjung tenang setelah mengingat bagaimana reaksi Alexander selama ini. Pria itu tetap tenang meski berita kematian terus merajalela disekitar mereka dan bahkan termasuk orang yang saling mengenal. Kimbeerly merasa sikap Alexander terlalu tenang dan membuatnya curiga. Tidak mungkin seseorang akan terus merasa tenang bukan? Sebanarnya Alexander ini hanya menampakkan wajah tenang agar orang disekitarnya tidak khawatir atau karena dia tidak peduli dengan sekitarnya? Hal ini membuat kepala Kimbeerly seakan pecah hanya karena rasa penasarannya.Kimbeerly menghubungi salah satu temannya yang ia kenal saat kuliah dulu dan dia adalah orang yang mengerti tentang pelacakan atau hal apapun tentang identitas seseorang. Rasa penasaran Kimbeerly sudah begitu tinggi hingga ia mengabaikan semua hal dan bahkan tidak merasa bersalah jika saja ia mengganggu privasi Alexander. Ia hanya ingin memastikan bahwa semua dugaannya tidak benar dan ia bisa mempercayai Alexander sampai akhir tanpa
“Kau tidak berbohong dengan berita ini bukan?”Kimbeerly menggeleng dan menampakkan senyuman lebar. “Aku tidak berbohong. Semula aku tidak percaya karena suhu tubuhku meninggi dan kemarin aku periksakan ke dokter dan dia mengatakan aku sedang mengandung tujuh minggu.”Semua orang tampak bahagia setelah mendengar pernyataan Kimbeerly, tetapi berbeda dengan Alexander yang hanya diam saja. Mereka tengah berkumpul di rumah Jeremy atas permintaan Kimbeerly sebelumnya. Alexander bahkan tidak tahu menahu tentang kehamilan Kimbeerly dan tentu saja terkejut dengan berita mendadak yang Kimbeerly beritahukan ini.Kimbeerly menoleh dan menatap Alexander yang diam saja meski tangan mereka saling bergandengan. Ia menampakkan senyumannya dan membuat Alexander fokus menatapnya.“Maaf aku memberitahukan ini di depan semua orang saat kau belum tahu, Alexander. Aku hanya ingin membuat kejutan untuk kalian semua.”“Aku bahagia, Kimbeerly.”Kimbeerly semakin menampakkan senyuman lebar dan kembali melihat