Share

5. Terbunuh

Berita terbunuhnya seorang pegawai membuat heboh perusahaan. Antara karyawan saling menyatakan argument-nya dan kenyataan yang menyakitkan. Semua itu karena berita pagi ini yang memberitahukan kepada semua orang bahwa kepala devisi bagian produk meninggal dunia saat perjalanan bisnis.

“Dari keterangan penyidik tidak ada yang salah dengan mobilnya tetapi kenapa tiba-tiba menabrak sesuatu. Apa ini sebuah jebakan dari seseorang?”

Salah satu karyawan yang satu ruangan dengan korban menyatakan pemikirannya dengan teman-temannya yang lain. Sementara itu, beberapa diantaranya terlihat sedih tetapi juga tidak peduli. Rasa simpati tentu saja ada antara manusia, hanya saja jika dipikirkan terus menerus maka masalahnya tidak akan akan selesai.

“Jangan bicara sembarangan. Mungkin memang sudah menjadi takdir tuan John mengalami hal seperti ini. Kau terlalu banyak menonton film hingga tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana khayalan. Semua ini hanyalah takdir buruk yang menimpa tuan John, kita doakan saja keluarganya diberikan kesabaran.”

Orang itu menghela napas pelan karena pemikirannya tidak disetujui oleh temannya. “Bukan aku tidak bisa membedakan. Hanya saja, sebagian besar film memang diambil dari kisah nyata. Kau saja yang menghindar dari kenyataan dan tidak mau mengakuinya. Bisa saja tuan John memang sedang berselisih dengan orang lalu orang itu merencanakan pembunuhan saat perjalanan bisnisnya. Semua kejadian tidak bisa diduga.”

“Sudahlah, sudahlah. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Lebih baik kita selesaikan makan dan kembali bekerja.” Salah satu yang lain mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Tapi … bukankah Tuan John pergi bersama rekan yang lain termasuk Presdir kita? Kenapa mereka bahkan tidak tahu kejadian ini? Mencurigakan.”

Embusan napas berat dari semua orang membuat pria yang sejak tadi menyatakan pemikirannya itu terdiam dan menutup rapat mulutnya. Sedangkan yang lain tidak memperdulikan dan kembali fokus dengan makan siang mereka.

Sedangkan ditempat lain, beberapa tiga tengah berkumpul dengan insident yang baru mereka ketahui. Yaitu tentang salah satu rekan kerja yang mengalami kecelakaan saat perjalanan bersama mereka termasuk Alexander yang baru saja datang dan sudah harus berpikir tentang masalah ini.

“Bisnis ini memang penting untuk perusahaan tetapi kita juga tidak bisa menghindar dari masalah kecelakaan tuan John. Harus bagaimana ini? Aku bahkan tidak bisa berpikir.”

Alexander memainkan jemarinya dengan wajah termenung. Dua orang rekannya tengah kebingungan dengan dua pilihan. Mereka melakukan perjalanan untuk menjalin hubungan kontrak dengan salah satu perusahaan luar negeri yang akan menguntungkan perusahaan, tetapi di sisi lain juga rekan mereka mengalami kecelakaan hingga tewas. Bukannya tidak memiliki simpati terhadap sesama teman kerja, hanya saja kontrak ini sudah ditunggu beberapa bulan yang lalu dan akan sia-sia kerja keras mereka jika batal begitu saja.

Dua orang itu menatap kepada Alexander yang terdiam sejak kedatangannya. Mereka sama-sama bingung sekarang, tetapi pilihan membatalkan kontrak begitu saja juga terkesan tidak menghargai kerja keras yang selama ini diluangkan semua orang dan mengabaikan masalah kecelakaan John juga terkesan tidak sopan sesama rekan kerja apalagi kepada keluarga John.

“Hanya ada satu pilihan.”

Dua orang itu semakin menatap penuh kepada Alexander yang baru saja bicara. Menunggu pria itu mengungkapkan pikirannya saat ini. Berharap semoga presdir baru mereka benar-benar bisa diandalkan dan membuat mereka semakin yakin bahwa Alexander memang bisa memimpin perusahaan dengan kerja kerasnya bukan karena status menantu yang ia sandang.

“Kita berbagi untuk mengurus tuan John dan bagian lain tetap melanjutkan kontrak.”

Dua orang itu saling bertatapan. Mereka hanya bertiga dan tidak mungkin melanjutkan kontrak tanpa bimbingan. Klien mereka juga sebentar lagi akan sampai ke tempat yang sudah disepakati, dan waktu akan semakin habis jika mengabaikan begitu saja.

“Salah satu kembali dan mengurus tuan John dan satunya bersamaku untuk melanjutkan kontrak. Pilihan ada ditangan kalian, aku tidak akan memaksa siapa yang akan ikut denganku. Kita sudah bekerja keras untuk melakukan kontrak ini dan hanya perlu menyerahkan hasil kerja. Kita juga tidak bisa mengabaikan masalah tuan John. Jadi, aku pikir berbagi adalah pilihan terbaik sekarang.”

Kedua orang itu kembali saling pandang sebelum akhirnya mengangguk menyetujui. “Baiklah. Aku yang akan kembali dan mengurus masalah tuan John dan Felix akan ikut denganmu untuk mengurus kontrak.”

Alexander mengangguk dengan menyunggingkan sedikit senyumnya. Sementara itu, Eraik yang menyetujui untuk kembali segera memberikan berkas-berkas yang dibutuhkan dan juga flashdisk kepada Felix. Ia segera beranjak dari duduknya.

“Aku percaya kepada kalian. Presdir, tolong kerjasamanya.” Eraik berujar dengan menekankan panggilannya kepada Alexander juga dengan sorot mata penuh menatap pada pria itu.

Alexander mengangguk menanggapi permintaan Eraik. Pria itu terlihat masih begitu ragu dengan cara kerja Alexander tetapi Alexander memaklumi sebab dia baru beberapa minggu memimpin perusahaan, apalagi perusahaan besar El group’s. Menerima banyak kritik dan ketidakpercayaan dari orang yang telah bekerja lama hanyalah sebentar dan Alexander hanya butuh waktu untuk membuktikan kemampuannya memimpin.

“Baiklah. Aku pergi lebih dahulu. Felix, jagalah Presdir kita dengan baik dan beritahu aku jika terjadi sesuatu.”

“tentu saja Eraik. Ku pastikan kerja sama kita berhasil setelah ini.”

Mereka saling menyunggingkan senyuman sebelum akhirnya Eraik beranjka pergi dari sebuah restoran yang mereka gunakan untuk berkumpul. Alexander memandang Felix yang sudah siap dan mereka juga beranjak pergi untuk bertemu dengan klien dengan segera. Mengejar waktu sebelum klien mereka tiba lebih dulu ke tempat yang telah disepakati demi keberhasilan kontrak yang sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Alexander terdiam sepanjang perjalanan. Otaknya terus berpikir tentang kecelakaan yang menimpa John. Senyuman tersungging begitu tipis dengan wajah yang berpaling ke arah lain. Mencoba mengabaikan hal itu dan memilih berfokus melihat jalanan dengan mobil yang terus melaju.

“Apa kau berpikir ada yang sengaja meremote mobil tuan John, Tuan Alex? Ku pikir kejadian ini sangat tidak logis. Tuan John selalu menggunakan sopir kemanapun dia pergi, tapi tidak saat kejadian itu terjadi.”

Alexander menghela napas pelan. “Kita tidak pernah tahu rencana tuhan mengatur kehidupan manusia termasuk kematian, Felix. Meski aku juga penasaran apa yang terjadi, tetapi lebih baik diam dan melihat kenyataan yang ada.”

Ucapan Alexander membuat Felix terdiam dan berpikir. Pria itu kembali menatap presdirnya dengan pikiran buruk saat ini. Namun memang benar jika manusia tidak akan pernah tahu rencana Tuhan, hanya saja ini benar-benar aneh menurut Felix.

“Lebih baik kita berfokus lebih dahulu tentang kontrak kerja sama. Kita bisa berpikir tentang Tuan John nanti jika benar-benar selesai dengan pekerjaan kita.”

Ucapan Alexander kembali membuat Felix tersadar. Pria itu benar dengan pemikirannya. Lebih baik Felix memikirkan pekerjaan mereka daripada memikirkan masalah kecelakaan John itu. Kontrak mereka juga penting untuk perkembangan perusahaan dan bisa dikenal lebih banyak orang nanti. Ya … lebih baik mengabaikan masalah john untuk sekarang.

Alexander melirik Felix yang terdiam dan berusaha tenang. Ia tersenyum sinis dan kembali mengalihkan pandangan. Bagaimanapun kontrak lebih penting menurutnya dibanding dengan kematian John. Seseorang yang ia benci dan sekarang dia telah lenyap. Alexander kembali tersenyum dengan sorot elangnya yang berbinar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status