Share

4. Mengabaikan

“Kau baru pulang?”

Alexander tak menggubris Kimbeerly yang baru saja bertanya saat ia baru masuk ke dalam kamar. Ia menaruh tas kerjanya di meja dan berangsur pergi menuju kamar mandi begitu saja. Mengabaikan Kimbeerly yang melihatnya pergi dengan raut wajah sedih sebab tidak digubris oleh suaminya.

Alexander mengintip sebentar untuk melihat Kimbeerly, wanita itu mengambil tas kerjanya dan meletakkan pada tempat yang benar lalu menuangkan air putih ke dalam gelas yang kosong yang selanjutnya di minum wanita itu. Alexander menghela napas pelan dan kembali fokus dengan apa yang akan ia lakukan. Membersihkan diri dan beristirahat setelah seharian penuh bekerja.

Kimbeerly mendudukkan diri di sofa yang ada di kamar. Sesekali melihat bagian kamar mandi yang masih tertutup pintunya. Ia menunggu Alexander untuk melakukan makan malam bersama karena ia sudah menunggu kepulangan Alexander sejak beberapa jam yang lalu, tetapi pria itu seolah tidak ingin melihatnya. Bahkan menanggapi ucapannya juga tidak. Kimbeerly merasa kecewa sebab Alexander hampir tak pernah melakukan hal sepele seperti ini padanya.

Alexander keluar dari kamar mandi dan melihat Kimbeerly yang duduk dan sedang menatapnya. “Maaf mengacuhkanmu, tetapi aku sedang lelah saat ini,” ujar Alexander memberitahu.

Kimbeerly menampakkan senyumnya. “Baiklah. Aku akan membawakan makanan ke kamar kalau begitu. Kau tidak perlu pergi ke bawah dan pakailah bajumu sembari menungguku.”

Alexander menanggapi dengan anggukan kecil. Setelahnya, Kimbeerly pergi dengan Alexander yang lantas mengambil pakaiannya, mengganti handuk seluruh badan yang ia kenakan dengan baju tidur. Ia benar-benar lelah hari ini, apalagi mengingat berkas-berkas pekerjaan yang menumpuk dan pertemuan dengan klien yang tidak berhenti sejak pagi. Kimbeerly? Wanita itu … ah sudahlah!

Pintu terbuka membuat Alexander yang baru saja selesai berganti pakaian menoleh. Kimbeerly datang dengan nampan yang penuh makanan. Alexander segera mengambil alih nampan makanan itu dan menaruhnya di atas meja. Tak membiarkan Kimbeerly mengangkat hal yang berat-berat.

“Kau tidak seharusnya memaksakan diri. Aku bisa mengambilnya sendiri nanti.”

Ucapan Alexander membuat Kimbeerly menatap pria itu lekat. Mungkin Alexander memang sangat lelah hingga setiap tindakan dan ucapan Kimbeerly menyinggung pria itu. Kimbeerly berusaha berpikir positif dan mengabaikan pemikiran buruk yang ia miliki kepada Alexander sebab biasanya Alexander tidaklah seperti ini. Ya, Kimbeerly hanya berusaha tidak menimbulkan masalah dengan pikirannya sendiri.

“Tak masalah. Ini untuk suamiku agar dia tidak terlalu lelah bergerak. Mari makan dan kita bisa beristirahat. Jangan terlalu terbebani dengan pekerjaan. Kau akan sakit nantinya jika memaksakan diri.”

Alexander menaikkan satu alisnya sebelum mengangguk pada akhirnya. Ia mengambil duduk di samping Kimbeerly dan menunggu Kimbeerly mengambilkan makanannya. Dilihatnya Kimbeerly yang begitu telaten dengan apa yang dilakukan wanita itu, Alexander sendiri merasa bahwa Kimbeerly benar-benar mencintai dirinya tanpa berpikir panjang. Andai saja wanita itu tahu siapa dirinya, mungkin Alexander tak akan merasakan kejadian seperti ini dengan wanita cantik ini.

“Al … makanlah!”

Alexander menyadarkan diri setelah mendengar suara Kimbeerly. Ia segera mengambil piring yang Kimbeerly sodorkan dan mulai makan dengan tenang. Sedangkan Kimbeerly kembali menatap alexander yang hanya diam saja dan menikmati makanan. Bisanya pria itu akan mengajaknya mengobrol atau sekedar bercanda tetapi tidak untuk saat ini. kimbeerly merasa Alexander mengacuhkan dirinya meski ia mencoba berpikir positif.

Alexander terlihat tenang dan sedang berpikir meski tangan dan mulutnya terus bekerja dengan makanan, membuat kimbeerly tersenyum karena merasa tindakan Alexander lucu. Kimbeerly kembali menahan keinginannya untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengalihkannya kepada makanan miliknya.

Alexander menyelesaikan makanannya lebih cepat. Ia ingin segera beristirahat karena merasa tubuhnya terlalu lelah. “Aku akan membawanya ke dapur setelah kau selesai. Panggil saja aku!”

Alexander berjalan menuju meja dan melihat ponselnya untuk menghubungi seseorang. Ia mengirimkan pesan sebelum akhirnya berjalan lebih jauh agar Kimbeerly tidak mendengarkan pembicaraan mereka.

“Aku akan mentransfer. Aku tidak bisa pulang dan tidurlah lebih dulu.”

Kimbeerly memakan makanannya dengan pikirannya yang tidak bisa tenang. Alexander sedang bicara dengan siapa hingga memberi ruang pribadi bahkan menghindari Kimbeerly yang notabenenya adalah istri sahnya. Pria itu terlihat senang dengan pembicaraannya di sana, berbeda saat Kimbeerly bertanya yang malah diacuhkan. Kimbeerly menunduk, memperhatikan makanannya yang masih lumayan banyak.

Pertanyaan demi pertanyaan mulai menguasai isi kepala Kimbeerly dan hal itu membuat wanita itu tidak nyaman. Ia tidak mau berpikir negatif terhadap Alexander dan menimbulkan masalah pada hubungan mereka. Lebih baik ia tetap diam dan mencoba berpikir positif kepada Alexander dan mungkin saja Alexander sedang berbicara dengan temannya lalu bercanda.

“Kau sudah selesai?”

Alexander bertanya karena melihat Kimbeerly yang hanya bengong dan tidak kunjung memakan nasi dan lauk yang telah disendoknya. Kimbeerly tersenyum tipis dan kembali makan. Alexander lantas duduk di samping Kimbeerly dan memperhatikan wanita itu dalam diam.

'Cantik,' batinnya dengan bibir tersenyum samar.

“Jangan memperhatikanku, Alexander. Aku merasa gugup.”

Alexander mengangguk pelan sebagai persetujuan. Ia menghela napas pelan dan menyenderkan tubuhnya ke sofa. “Ku rasa beberapa hari setelah ini aku akan keluar kota untuk pekerjaan. Kau tak apa sendiri di rumah?”

Kimbeerly menoleh. “Berapa hari kau keluar?”

Alexander tampak berpikir. “Seminggu?” jawabnya ragu dengan nada bertanya.

Kimbeerly hampir tersedak karena kaget, tetapi ia dengan segera mengambil minuman. Menatap Alexander lagi dan kembali bicara, “Aku tak apa. Tapi … kapan kau akan berangkat dan bersama siapa?”

“Dua hari lagi dan sendirian. Lebih tepatnya aku menyusul rekanku.”

Kimbeerly mengangguk mengerti. Ia meletakkan piringnya setelah selesai dan minum. Sedangkan Alexander menatap Kimbeerly sebentar lalu beranjak.

“Kau beristirahatlah. Aku akan mengembalikan ini dulu sebelum menyusulmu.”

Kimbeerly mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, Alexander benar-benar pergi dengan membawa nampan dengan bekas makanan di atasnya. Kimbeerly tak sengaja melihat ponsel Alexander yang tergeletak di sampingnya. Ia ingin melihat isi ponsel Alexander, tetapi rasa ragu memenuhi isi kepalanya. Bagaimanapun ia harus lebih percaya kepada suaminya dibanding dengan pemikiran-pemikiran bodohnya. Kimbeerly tidak akan melakukannya.

Kimbeerly mengambil ponsel Alexander dan memindahkannya di atas nakas. Ia lantas memasuki kamar mandi untuk membersihkan gigi dan wajahnya sebelum tidur. Tepat saat ia kembali, Alexander juga sudah kembali dan berbaring di ranjang. Kimbeerly tersenyum dan ikut membaringkan tubuhnya di samping Alexander.

“Kau terlihat sangat lelah,” ucap Kimbeerly dengan Alexander yang memejamkan matanya menghadap ke atas.

Alexander hanya mengangguk sebagai jawaban tanpa melihat kepada Kimbeerly yang kini memperhatikan dirinya. Kimbeerly mengangguk mengerti dan mulai memejamkan mata, tetapi ada perasaan yag membuatnya ingin tahu lebih jelas apa yang terjadi dengan Alexander. Pria itu terlihat begitu lelah tetapi menurut Kimbeerly ada yang disembunyikan oleh Alexander dari dirinya.

Kimbeerly menghembuskan napas pelan sembari mencoba mengabaikan pikirannya. Ini waktu istirahat, ia takut jika malah bertanya kepada Alexander pria itu akan marah.

Sudahlah. Alexander bukan pria seperti itu yang patut kau curigai, batin Kimbeerly menenangkan diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status