Share

4. Mengabaikan

Author: Ryoum ei
last update Huling Na-update: 2022-12-01 23:31:13

“Kau baru pulang?”

Alexander tak menggubris Kimbeerly yang baru saja bertanya saat ia baru masuk ke dalam kamar. Ia menaruh tas kerjanya di meja dan berangsur pergi menuju kamar mandi begitu saja. Mengabaikan Kimbeerly yang melihatnya pergi dengan raut wajah sedih sebab tidak digubris oleh suaminya.

Alexander mengintip sebentar untuk melihat Kimbeerly, wanita itu mengambil tas kerjanya dan meletakkan pada tempat yang benar lalu menuangkan air putih ke dalam gelas yang kosong yang selanjutnya di minum wanita itu. Alexander menghela napas pelan dan kembali fokus dengan apa yang akan ia lakukan. Membersihkan diri dan beristirahat setelah seharian penuh bekerja.

Kimbeerly mendudukkan diri di sofa yang ada di kamar. Sesekali melihat bagian kamar mandi yang masih tertutup pintunya. Ia menunggu Alexander untuk melakukan makan malam bersama karena ia sudah menunggu kepulangan Alexander sejak beberapa jam yang lalu, tetapi pria itu seolah tidak ingin melihatnya. Bahkan menanggapi ucapannya juga tidak. Kimbeerly merasa kecewa sebab Alexander hampir tak pernah melakukan hal sepele seperti ini padanya.

Alexander keluar dari kamar mandi dan melihat Kimbeerly yang duduk dan sedang menatapnya. “Maaf mengacuhkanmu, tetapi aku sedang lelah saat ini,” ujar Alexander memberitahu.

Kimbeerly menampakkan senyumnya. “Baiklah. Aku akan membawakan makanan ke kamar kalau begitu. Kau tidak perlu pergi ke bawah dan pakailah bajumu sembari menungguku.”

Alexander menanggapi dengan anggukan kecil. Setelahnya, Kimbeerly pergi dengan Alexander yang lantas mengambil pakaiannya, mengganti handuk seluruh badan yang ia kenakan dengan baju tidur. Ia benar-benar lelah hari ini, apalagi mengingat berkas-berkas pekerjaan yang menumpuk dan pertemuan dengan klien yang tidak berhenti sejak pagi. Kimbeerly? Wanita itu … ah sudahlah!

Pintu terbuka membuat Alexander yang baru saja selesai berganti pakaian menoleh. Kimbeerly datang dengan nampan yang penuh makanan. Alexander segera mengambil alih nampan makanan itu dan menaruhnya di atas meja. Tak membiarkan Kimbeerly mengangkat hal yang berat-berat.

“Kau tidak seharusnya memaksakan diri. Aku bisa mengambilnya sendiri nanti.”

Ucapan Alexander membuat Kimbeerly menatap pria itu lekat. Mungkin Alexander memang sangat lelah hingga setiap tindakan dan ucapan Kimbeerly menyinggung pria itu. Kimbeerly berusaha berpikir positif dan mengabaikan pemikiran buruk yang ia miliki kepada Alexander sebab biasanya Alexander tidaklah seperti ini. Ya, Kimbeerly hanya berusaha tidak menimbulkan masalah dengan pikirannya sendiri.

“Tak masalah. Ini untuk suamiku agar dia tidak terlalu lelah bergerak. Mari makan dan kita bisa beristirahat. Jangan terlalu terbebani dengan pekerjaan. Kau akan sakit nantinya jika memaksakan diri.”

Alexander menaikkan satu alisnya sebelum mengangguk pada akhirnya. Ia mengambil duduk di samping Kimbeerly dan menunggu Kimbeerly mengambilkan makanannya. Dilihatnya Kimbeerly yang begitu telaten dengan apa yang dilakukan wanita itu, Alexander sendiri merasa bahwa Kimbeerly benar-benar mencintai dirinya tanpa berpikir panjang. Andai saja wanita itu tahu siapa dirinya, mungkin Alexander tak akan merasakan kejadian seperti ini dengan wanita cantik ini.

“Al … makanlah!”

Alexander menyadarkan diri setelah mendengar suara Kimbeerly. Ia segera mengambil piring yang Kimbeerly sodorkan dan mulai makan dengan tenang. Sedangkan Kimbeerly kembali menatap alexander yang hanya diam saja dan menikmati makanan. Bisanya pria itu akan mengajaknya mengobrol atau sekedar bercanda tetapi tidak untuk saat ini. kimbeerly merasa Alexander mengacuhkan dirinya meski ia mencoba berpikir positif.

Alexander terlihat tenang dan sedang berpikir meski tangan dan mulutnya terus bekerja dengan makanan, membuat kimbeerly tersenyum karena merasa tindakan Alexander lucu. Kimbeerly kembali menahan keinginannya untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengalihkannya kepada makanan miliknya.

Alexander menyelesaikan makanannya lebih cepat. Ia ingin segera beristirahat karena merasa tubuhnya terlalu lelah. “Aku akan membawanya ke dapur setelah kau selesai. Panggil saja aku!”

Alexander berjalan menuju meja dan melihat ponselnya untuk menghubungi seseorang. Ia mengirimkan pesan sebelum akhirnya berjalan lebih jauh agar Kimbeerly tidak mendengarkan pembicaraan mereka.

“Aku akan mentransfer. Aku tidak bisa pulang dan tidurlah lebih dulu.”

Kimbeerly memakan makanannya dengan pikirannya yang tidak bisa tenang. Alexander sedang bicara dengan siapa hingga memberi ruang pribadi bahkan menghindari Kimbeerly yang notabenenya adalah istri sahnya. Pria itu terlihat senang dengan pembicaraannya di sana, berbeda saat Kimbeerly bertanya yang malah diacuhkan. Kimbeerly menunduk, memperhatikan makanannya yang masih lumayan banyak.

Pertanyaan demi pertanyaan mulai menguasai isi kepala Kimbeerly dan hal itu membuat wanita itu tidak nyaman. Ia tidak mau berpikir negatif terhadap Alexander dan menimbulkan masalah pada hubungan mereka. Lebih baik ia tetap diam dan mencoba berpikir positif kepada Alexander dan mungkin saja Alexander sedang berbicara dengan temannya lalu bercanda.

“Kau sudah selesai?”

Alexander bertanya karena melihat Kimbeerly yang hanya bengong dan tidak kunjung memakan nasi dan lauk yang telah disendoknya. Kimbeerly tersenyum tipis dan kembali makan. Alexander lantas duduk di samping Kimbeerly dan memperhatikan wanita itu dalam diam.

'Cantik,' batinnya dengan bibir tersenyum samar.

“Jangan memperhatikanku, Alexander. Aku merasa gugup.”

Alexander mengangguk pelan sebagai persetujuan. Ia menghela napas pelan dan menyenderkan tubuhnya ke sofa. “Ku rasa beberapa hari setelah ini aku akan keluar kota untuk pekerjaan. Kau tak apa sendiri di rumah?”

Kimbeerly menoleh. “Berapa hari kau keluar?”

Alexander tampak berpikir. “Seminggu?” jawabnya ragu dengan nada bertanya.

Kimbeerly hampir tersedak karena kaget, tetapi ia dengan segera mengambil minuman. Menatap Alexander lagi dan kembali bicara, “Aku tak apa. Tapi … kapan kau akan berangkat dan bersama siapa?”

“Dua hari lagi dan sendirian. Lebih tepatnya aku menyusul rekanku.”

Kimbeerly mengangguk mengerti. Ia meletakkan piringnya setelah selesai dan minum. Sedangkan Alexander menatap Kimbeerly sebentar lalu beranjak.

“Kau beristirahatlah. Aku akan mengembalikan ini dulu sebelum menyusulmu.”

Kimbeerly mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya, Alexander benar-benar pergi dengan membawa nampan dengan bekas makanan di atasnya. Kimbeerly tak sengaja melihat ponsel Alexander yang tergeletak di sampingnya. Ia ingin melihat isi ponsel Alexander, tetapi rasa ragu memenuhi isi kepalanya. Bagaimanapun ia harus lebih percaya kepada suaminya dibanding dengan pemikiran-pemikiran bodohnya. Kimbeerly tidak akan melakukannya.

Kimbeerly mengambil ponsel Alexander dan memindahkannya di atas nakas. Ia lantas memasuki kamar mandi untuk membersihkan gigi dan wajahnya sebelum tidur. Tepat saat ia kembali, Alexander juga sudah kembali dan berbaring di ranjang. Kimbeerly tersenyum dan ikut membaringkan tubuhnya di samping Alexander.

“Kau terlihat sangat lelah,” ucap Kimbeerly dengan Alexander yang memejamkan matanya menghadap ke atas.

Alexander hanya mengangguk sebagai jawaban tanpa melihat kepada Kimbeerly yang kini memperhatikan dirinya. Kimbeerly mengangguk mengerti dan mulai memejamkan mata, tetapi ada perasaan yag membuatnya ingin tahu lebih jelas apa yang terjadi dengan Alexander. Pria itu terlihat begitu lelah tetapi menurut Kimbeerly ada yang disembunyikan oleh Alexander dari dirinya.

Kimbeerly menghembuskan napas pelan sembari mencoba mengabaikan pikirannya. Ini waktu istirahat, ia takut jika malah bertanya kepada Alexander pria itu akan marah.

Sudahlah. Alexander bukan pria seperti itu yang patut kau curigai, batin Kimbeerly menenangkan diri.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Balas Dendam Dalam Cinta    114. Akhir Kisah Kita

    Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan

  • Balas Dendam Dalam Cinta    113. Bukan Akhir

    Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya

  • Balas Dendam Dalam Cinta    112. Keadaan Edward

    Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe

  • Balas Dendam Dalam Cinta    111. Rutinitas Semula

    Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata

  • Balas Dendam Dalam Cinta    110. Merawat Arthur

    Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y

  • Balas Dendam Dalam Cinta    109. Kembali Ke Rumah

    Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status