Share

Balas Dendam Istri yang Tersakiti
Balas Dendam Istri yang Tersakiti
Author: Farchahcha

Bab 1

Author: Farchahcha
last update Last Updated: 2025-09-08 17:19:46

Malam itu Tiara sedang menyiapkan makan malam untuk menyambut suaminya pulang. Narendra Pratama, suaminya baru saja melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. 

Jadi, demi menyenangkan hati suami, Tiara memasak makanan favoritnya. Semua menu sudah Tiara siapkan di meja makan. 

Sampai ponsel miliknya berdering. Naren, suaminya menelpon. Dengan semangat Tiara meraih ponselnya. Buru-buru dia menggeser tombol hijau, dan menempelkan ponsel ke telinganya. 

“Halo, mas?” ucap Tiara saat mengangkat teleponnya. Tapi bukannya suara Naren sang suami yang didengarnya. 

Akan tetapi sebuah suara perempuan yang mengaku dari rumah sakit. 

“Apa benar dengan keluarga Bapak Narendra Pratama?”

“Iya benar. Saya istrinya,” jawab Tiara. 

“Saya dari Rumah Sakit Sehat Sejahtera, Bu. Saat ini Bapak Narendra Pratama sedang berada di UGD karena mengalami kecelakaan.” 

Bagai tersambar petir di siang bolong. Tiara merasakan jantungnya berhenti sesaat ketika mendengar bahwa suaminya kecelakaan. 

Tangan Tiara bergetar, ponsel yang dipegangnya jatuh berdebam ke lantai. Pikirannya kosong seketika. 

Tubuhnya luruh ke lantai, sekarang dia tidak bisa memproses apapun. 

Sayup-sayup terdengar suara speaker ponselnya yang masih menyala. Dia langsung tersadar bahwa panggilan belum terputus. 

“Halo, Bu? Halo…” suara yang terdengar samar di ponsel yang terjatuh. Tiara langsung memungutnya lagi. Menempelkannya ke telinga. “Apa anda masih di sana? Halo… Ibu?” 

“Iya halo, suami saya dilarikan ke rumah sakit mana mbak?” tanyanya segera dengan suara bergetar. 

Petugas rumah sakit itu langsung memberikan alamat lengkap rumah sakitnya. Tanpa menunggu lama, Tiara langsung menyambar kunci mobilnya menuju rumah sakit dimana Naren dirawat. 

Pikirannya kacau sepanjang jalan. Meski, selama tiga tahun menikah dengan Naren, Tiara tidak pernah sekalipun mendapatkan kasih sayang dari pria itu. Nyatanya, saat mendengar kabarnya kecelakaan hati Tiara hancur. 

Tiara sudah lama mencintai suaminya. Dia yakin suatu saat Naren akan mencintainya juga. 

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Tiara sampai di Rumah Sakit Sehat Sejahtera. Dengan langkah terburu-buru wanita itu masuk ke UGD. 

Dia langsung bertanya ke bagian informasi. “Dimana suami saya, sus? Korban kecelakaan mobil yang barusan.” Suara Tiara parau. 

Suster di balik meja mengangguk, “Tunggu sebentar bu,” ucapnya lalu mengecek sesuatu. “Pria korban kecelakaan sedang menjalani operasi bu, ibu bisa menunggu di ruang tunggu operasi,” ujar suster di sana sambil menunjuk arah kemana Tiara harus pergi. 

Tanpa pikir panjang Tiara langsung setengah berlari menuju ruangan yang ditunjuk suster tadi. 

Tepat di depan ruangan yang bertulis ‘Operation Room’, Tiara menghentikan langkahnya. Seorang suster keluar dari dalam sana. Cepat-cepat dia menghentikan suster itu. Bertanya bagaimana keadaan suaminya. 

“Proses operasi masih berjalan, bu. Anda tunggu saja di sini.” Suster itu lalu pergi meninggalkan Tiara sendiri. 

Tiara yang sendirian langsung menjatuhkan dirinya di kursi tunggu. Tangannya masih gemetar. Pikirannya mendadak kosong, sesekali dia mengusap air mata yang terus mengalir. 

“Tuhan, selamatkan suamiku. Selamatkan Kak Naren Tuhan,” lirihnya. 

Operasi berjalan satu jam lamanya, tapi belum ada tanda-tanda orang yang keluar dari ruangan itu. Tiara mulai gelisah, setiap detik rasanya mencekam. 

Tiara menghela napas panjang. Rasa cemas bercampur satu dengan ketakutan. “Kenapa lama sekali?” ujarnya. 

Bayangan wajah Naren melayang-layang di benak Tiara. Tiga tahun bersama, meski tanpa ada kenangan yang indah. Nyatanya Tiara tetap mencintai pria itu dengan tulus, rasa cintanya nyata meski tidak pernah terbalas. 

Dan itu cukup membuat Tiara takut kehilangan Naren. Hanya pria itu yang dimilikinya, setelah ayah dan ibunya meninggal.

Tiara ingat waktu itu semua orang berusaha mendekat hanya karena ingin memanfaatkannya. Karena itulah dia memaksa Naren untuk menikahinya. 

Saat itu Naren sedang mengalami kesulitan di bisnisnya. Tiara rela memberikan semua saham yang dimilikinya di perusahaan hanya untuk Naren. Karena Tiara memang sudah mencintai pria itu sebelum adanya pernikahan. Dan, akhirnya pernikahan itu terjadi.

Tiara tidak pernah menganggap pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak, tapi Naren malah sebaliknya.  

Satu setengah jam berlalu, namun nihil. Belum ada seorangpun yang keluar dari ruang operasi. Tiara menoleh ke arah luar, dilihatnya sang ibu mertua dari arah lain datang menghampirinya. 

Rosa datang dengan mata yang menyala penuh amarah. Seperti yang sudah Tiara kira, Rosa pasti sangat marah padanya. Wanita paruh baya itu selalu membenci Tiara. 

Benar saja, wanita itu melangkah dengan sangat cepat ke arah Tiara, dan langsung menamparnya. Plak!

Pipi Tiara terasa panas, spontan tangannya langsung menutupi pipinya yang mulai memerah. “Ma…” lirihnya sambil menatap sendu sang mertua. 

“Dasar wanita pembawa sial!” umpat Rosa. “Gara-gara kamu anakku selalu sial!” bentaknya lagi sampai suaranya menggema di lorong rumah sakit. 

Tiara hanya diam saja mendapat perlakuan itu. 

“Benar ini semua salahku,” ucap Tiara dari dalam hati. Dia memang selalu menyalahkan dirinya sendiri. 

Rosa tak berhenti menampar Tiara, bahkan sekarang dengan membabi buta Rosa memukul Tiara di tubuhnya. Satu, dua, tiga pukulan, sampai wanita itu tak bisa lagi menghitungnya. 

Adik Naren, Lucy hanya melihatnya tanpa memberi pertolongan. Seolah Tiara memang pantas menerima pukulan itu. 

Mungkin jika tidak ada orang yang keluar dari ruang operasi, Rosa akan tetap menganiaya Tiara tanpa ampun 

Satu branka terlihat keluar dari ruangan itu, membuat semua orang di sana menghampiri dan meninggalkan Tiara sendiri. 

Pasien yang keluar adalah Naren, suami Tiara. 

“Bagaimana keadaan anak saya, dok?” tanya Rosa pada dokter. 

“Operasi pasien berjalan lancar, hanya saja kondisi pasien masih dalam keadaan koma.” 

Semua orang terkejut mendengar kata koma dari mulut dokter itu. Iya benar, Naren dinyatakan koma. 

Rasanya langit seakan runtuh saat itu juga dan menimpa Tiara. Tubuh wanita itu lemas seketika, kakinya tak lagi sanggup menopang dirinya. 

Semua orang menatap tajam ke arah Tiara. Seolah menyalahkan dirinya. 

Tiara menunduk. 

Tak lama pasien lain juga keluar dari ruang operasi, seorang wanita. Dan, semua orang di sana mengenalnya. “Shalsa?” gumam Lucy. 

Shalsa adalah saudara jauh keluarga Pratama. Tapi, kenapa dia berada di sini? 

“Anda semua mengenal pasien ini?” tanya salah satu dokter yang membawa Shalsa keluar. 

“Iya dok, dia masih saudara jauh kami.” 

“Wanita ini adalah pasien korban kecelakaan bersama pasien pria yang tadi.” Dokter menjelaskan bahwa Shalsa menjalani operasi bersamaan dengan Naren, karena mereka mengalami kecelakaan mobil yang sama. 

Entah kenapa hati Tiara terasa sesak. Ada banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Seperti… kenapa mereka bisa satu mobil? 

Namun, semua tidak bisa terjawab sekarang. Keadaan Shalsa tidak jauh beda, wanita itu juga dinyatakan koma seperti Naren. Meski luka wanita itu tidak separah Naren.

Lucy terlihat sibuk mengantar Shalsa. Sedangkan, Tiara hanya fokus dengan Naren, suaminya. 

Naren, ditempatkan di ruangan VIP kelas atas atas permintaan Rosa. Keluarga Pratama bukan keluarga sembarangan. Naren sendiri adalah CEO dari perusahaan JTech.

Mereka mengucilkan Tiara karena menganggapnya tidak setara dengan mereka. Padahal, selama ini Tiara selalu membantu Naren. Dia memang sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai putri keluarga Santika dari semua orang kecuali Naren.

Jadi, wajar jika Rosa dan Lucy berpikir dia hanyalah benalu di keluarga Pratama. Tiara tidak keberatan, karena dia hanya mencintai Naren. 

Tiara tidak pernah menyesali keputusannya, karena baginya Naren adalah cinta pertamanya. Mimpi indah yang membuatnya lupa bahwa ternyata itu semua hanyalah ilusi Tiara sendiri. 

***

Hari kelima Naren koma, sejak saat itu Tiara selalu menemaninya di rumah sakit. Menunggu dengan sabar sampai Naren sadar. Tiara ingin jadi wanita yang pertama dilihat suaminya saat membuka mata. 

Selama itu juga dia menelan banyak cacian dari sang mertua. Rosa seolah tak pernah kehabisan kata untuk memaki Tiara. 

Tak jarang dia juga memukul tubuh Tiara, sampai meninggalkan bekas lebam membiru karenanya. 

Tiara duduk memandangi wajah suaminya yang terpejam. 

Tiba-tiba terdengar suara roda koper yang ditarik memecah keheningan. Tiara menoleh ke sumber suara. 

Tok Tok Tok! 

Seseorang mengetuk pintu.

Tiara menyuruhnya masuk, dan seorang perawat pria masuk ke dalam ruangan dengan menarik sebuah koper. 

“Ada apa ya?” tanya Tiara. 

“Maaf, bu. Saya membawa koper milik pasien, kemarin tertinggal di bagian informasi.” 

Tiara melihat ke arah koper, benar itu koper suaminya. Dia menyuruh perawat itu meninggalkannya di dekat pintu, lalu pergi. 

Entah keberanian Tiara muncul dari mana, wanita itu langsung mencoba membuka koper milik Naren. 

Dan betapa terkejutnya dia melihat isi di dalamnya. 

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 8

    Sudah hampir satu minggu Naren sadar dari koma. Selama itu juga Naren tidak melihat Tiara sama sekali. Dia merasa ada yang aneh, karena Tiara tidak pernah datang menjenguknya sama sekali. Hal yang tidak mungkin terjadi. Mengingat wanita itu yang sangat mencintainya. Tapi kenapa? Kenapa dia tak mendengar kabar wanita itu sama sekali. Apa wajar seorang istri tak pernah mengunjungi suaminya yang sedang di rumah sakit. Naren semakin tidak habis pikir. Padahal selama ini Tiara sangat berisik kalau menyangkut soal dirinya. Hari ini pun sama, Shalsa, Lucy dan mamanya saja yang datang tanpa Tiara. “Ma…” panggil Naren. Mamanya yang sedang memindahkan vas bunga menoleh ke arahnya. “Hmm. Apa kamu perlu sesuatu?” Rosa berbalik mendekat ke arah Naren, anaknya. “Tiara dimana, Ma? Kenapa dia tidak menjengukku?” tanya Naren dengan suara beratnya. Rosa tersentak, tidak mengira Naren akan bertanya soal Tiara. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya pada Naren. Kalau dia yang mengusi

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 7

    Padahal Tiara sangat berharap pada Naren saat itu. Harapan ingin dicintai sebagai seorang wanita. Tapi, ternyata cinta saja tidak cukup dalam mempertahankan suatu pernikahan. Tiara memilih mundur, karena tidak ingin jadi istri yang tersakiti lebih dalam. Dia mendesah pelan ketika memasukkan baju terakhirnya ke dalam koper. Ya, dia berada di kamarnya sekarang. Setelah menandatangani form gugatan cerai yang diberikan mertuanya, Tiara langsung pulang ke rumah dan berkemas. Sebelum nantinya dia yang akan diusir, Tiara memilih pergi lebih dulu.“Haahhh, hmmm,” Tiara menghela nafas panjang. Matanya menyapu setiap sudut ruangan kamarnya. “Tiga tahun lalu aku kemari berharap di kamar ini dia melihatku sebagai wanita. Tapi ternyata aku harus pergi dari sini. Ha... ha... ha... lucu sekali,” Tiara tertawa getir. Selama tiga tahun perjuangannya agar dicintai Naren ternyata sia-sia. Tiara mengambil ponselnya dan menelpon seseorang. “Halo kak, ini aku Tiara. Kakak bisa jemput aku?” Entah siap

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 6

    Angin malam berhembus menerpa wajah Tiara. Wanita itu sedang duduk di kursi taman rooftop gedung. Pikirannya melayang entah kemana. Saat ini Tiara hanya ingin lari dari kenyataan.Tangan Tiara meremas ponsel Naren. Ponsel yang menampar dirinya, seolah memaksanya sadar akan sesuatu. Pernikahan yang selama ini berusaha dia lindungi, ternyata hanyalah ilusi. Semuanya terlihat jelas, Tiara mendesah. Apa ini memang sudah waktunya dia mundur dari posisi sebagai istri yang tidak dianggap?“Pa… Ma… Apa aku harus menyerah sekarang?” bisik Tiara sambil mendongak ke langit malam. Tanpa sadar dia meneteskan air matanya. Langit malam itu penuh bintang dan sangat cerah, berbanding terbalik dengan suasana hati Tiara saat ini. “Ehem!” sebuah deheman seseorang muncul tiba-tiba. Spontan Tiara menoleh. Alis matanya terangkat sempurna melihat Rafka yang sudah berdiri di belakangnya. Tiara langsung menyapanya dengan mengangguk. “Apa kata saya, angin malam di sini segar, kan?” ujar pria itu basa-basi

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 5

    Pipi Tiara masih terasa panas dan perih. Saat ia menoleh ke arah kaca toilet, ternyata ada bekas membiru di sisi wajahnya. Tamparan mertuanya sangat keras hingga meninggalkan bekas. Apalagi penampilannya yang sangat berantakan akibat siraman kopi. Tiara seolah tak memiliki harga dirinya lagi sebagai manusia. “Kenapa aku mendapatkan perlakuan buruk sampai seperti ini?” gumamnya sambil melihat dirinya sendiri di pantulan kaca. “Apa salahku?” tanya dengan tatapan kosong. Tiara terdiam lama di depan kaca sambil melihat dirinya yang berantakan. Ini bukan pernikahan yang dibayangkannya. Mungkin dia bisa bertahan dengan sikap dingin Naren selama ini, tapi… kalau pria itu sudah berselingkuh. Bukankah artinya tidak ada harapan lagi untuk Tiara bertahan.Sebesar apapun rasa cinta Tiara pada Naren. Tapi, kalau hati pria itu untuk wanita lain, apa gunanya. Dan, perlakuan yang diterima Tiara dari mertua dan keluarga Naren lainnya juga sangat keterlaluan. Tiara menggigit bibir bawahnya menaha

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 4

    Tiara masih membeku di depan ruangan Shalsa. Masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Hamil? Shalsa sempat hamil dan keguguran. Rasanya benar-benar runtuh seketika dunia impian Tiara. Dia masih memegang ponsel Naren yang ditemukannya di koper. Wanita itu terduduk di lobi rumah sakit. Menikah dengan Naren adalah impiannya, menjadi istri dan membangun keluarga kecil adalah sesuatu yang selalu diimpikan Tiara. Tapi kenapa, kenapa nasibnya selalu seperti ini. Kesepian dan ditinggalkan. Tiara tidak tahu sudah berapa lama dia duduk sendirian di sana. Sampai sebuah minuman muncul di dekat wajahnya. Tiara mendongak. Dokter Rafka sudah tersenyum padanya sambil memberikan segelas minuman pada Tiara. “Caramel Macchiato. Saya rasa minuman manis lebih baik dari kata-kata semangat. Silahkan..” katanya menyodorkan minuman. Tiara tidak langsung menerimanya. “Tidak usah dokter,” katanya sungkan. Tapi Dokter Rafka memaksa dan akhirnya Tiara menerimanya. “Apa anda masih sedih?” Tiara men

  • Balas Dendam Istri yang Tersakiti   Bab 3

    “Maaf,” ucap pria itu setelah bertemu tatap dengan Tiara. “Huh?” Tiara yang mulai sadar bahwa dia sedang menangis. Cepat-cepat dia menunduk menyembunyikan wajahnya. Cepat-cepat dia mengusap jejak air mata di pipi yang bawah mata sebelum berdiri. “Maaf, saya akan datang lagi nanti.” Pria itu hampir berbalik. Tapi, Tiara menghentikannya. “Ada urusan apa ya?” tanya wanita itu dengan suara yang tercekat. “Saya Rafka dokter jaga. Ini jadwal saya memeriksa pasien.” Pria yang bernama Rafka itu melihat ke arah Naren. “Ah, jadi anda dokter. Silahkan dok,” Tiara membuka jalan untuk Rafka. Rafka dengan menangguk sesaat setelah itu berjalan mendekat ke ranjang Naren. Pria itu melakukan tugasnya sebagai dokter, yaitu memeriksa pasien. Namun sesekali Tiara memergoki Rafka mencuri pandang padanya. Membuat dia tidak nyaman, dan memilih sedikit menjauh dari Dokter muda itu. Melihat Tiara yang menggeser posisinya, Rafka menjadi paham kalau Tiara tidak nyaman, apalagi di ruang perawatan VIP itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status