Share

Bagian 4

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2023-03-06 00:16:03

Sosok yang menabrak Lady Neenash adalah Lady Cherrie. Gadis bermata biru itu tampak gemetaran. Raut wajahnya persis seperti terpidana hukuman mati, padahal Lady Neenash tidak menunjukkan ekspresi marah sama sekali.

"Ada apa Lady Searaby?" tanya Lady Neenash dengan nada datar.

Lady Cherrie mendadak berlutut. Air mata berlomba menuruni pipinya. Dia mulai terisak dengan suara teramat menyayat.

"Saya bersalah sudah mengotori gaun Anda! Mohon ampuni saya, Lady!" jeritnya histeris.

"Tenanglah, Lady Searaby. Saya tidak marah," bisik Lady Neenash. "Kenapa Anda ketakutan dan berteriak? Kita akan jadi pusat perhatian–"

Ucapan Lady Neenash terhenti. Dia menyadari tatapan sinis beberapa gadis bangsawan di toko kue. Bisikan-bisikan tak sedap mendengung samar. Namun, telinga sensitif Lady Neenash bisa mendengarnya dengan jelas.

"Ya ampun, bukankah hanya kotor sedikit? Kenapa Lady Esbuach harus semarah itu?"

"Tidakkah Lady Esbuach terlalu angkuh?"

"Mungkinkah Lady Esbuach masih kesal karena putra mahkota memperhatikan Lady Searaby di pesta semalam?"

Lady Neenash menghela napas berat. Lady Cherrie ternyata tak sepolos kelihatannya. Dia bahkan sempat melihat sekelebat senyum tipis gadis itu. Lady Cherrie memang sengaja menjebaknya.

"Berdirilah, Lady Searaby! Jika Anda memang ingin meminta maaf, cukup lakukan dengan etika seorang bangsawan!" tegas Lady Neenash.

Lady Cherrie semakin histeris. Suara tangisnya memicu kedatangan dua pria yang sedari tadi menunggu di luar. Sosok-sosok itu tak asing bagi Lady Neenash, yakni Duke Thalennant Reinnerd, salah seorang murid ayahnya dan putra mahkota yang sedang menyamar.

Duke Thalennant dan Pangeran Seandock menghampiri Lady Cherrie. Mereka bergantian menghiburnya. Alhasil, sandiwara Lady Cherrie semakin menjadi-jadi. Lady Neenash mendadak mual melihat tingkah sok lemah gadis itu.

"Nona, bukankah Tuan Duke selalu bersikap dingin dan tak ramah ke sembarangan orang? Kenapa beliau begitu khawatir dengan Lady Searaby?" bisik Pheriana.

Sebenarnya, Lady Neenash juga sedikit heran. Duke Thalennant sudah menjadi murid Marquess Arbeil sejak usia 10 tahun. Mereka cukup akrab seperti saudara kandung. Seperti yang dikatakan Pheriana, sang duke adalah sosok dingin terutama pada wanita kecuali dengan orang-orang terdekat.

Meskipun heran, Lady Neenash tak ingin ambil pusing. Dia berpikir seorang duke dingin pun punya hak untuk jatuh cinta dan berubah menjadi hangat.

"Kebanyakan laki-laki memang mudah tersentuh dengan wanita lemah dan polos, Pheri," sahut Lady Neenash akhirnya. "Sudahlah, lebih baik kita pulang saja."

Pheriana mengangguk. Mereka pun melangkah menuju pintu.

"Tunggu Neenash!" sergah Duke Thalennant.

Lady Neenash menghentikan langkah dan berbalik dengan elegan. "Ada apa, Tuan Duke?"

"Bukankah kau berhutang permintaan maaf kepada Lady Cherrie?"

Pheriana mengepalkan tangan. Jika tidak mengingat status dan kehebatan berpedang Duke Thalennant, dia pasti sudah menampar lelaki itu.

Sementara itu, Lady Neenash tetap memasang raut wajah tenang. Dia mengalihkan pandangan pada putra mahkota yang sedang menyamar.

Pemuda itu tampak memiliki pemikiran yang sama dengan Duke Thalennant. Namun, dia memilih diam. Mungkin sang putra mahkota bermaksud menyembunyikan identitas, padahal Lady Neenash sudah mengetahuinya.

"Saya tidak merasa memiliki salah pada Lady Searaby. Dia yang menabrak saya. Saya bahkan tak ambil pusing dan hendak pulang, tapi dia malah menangis histeris," jelas Lady Neenash.

"Tidak mungkin Lady Cherrie begitu ketakutan jika kamu tidak memarahinya!" sergah Duke Thalennant.

"Saya tidak meminta Anda untuk percaya. Saya hanya menjelaskan kebenarannya, " sahut Lady Neenash tenang.

Duke Thalennant tiba-tiba menatap sendu. "Neenash, dulu kamu gadis baik hati, kenapa menjadi seperti ini? Apakah kamu cemburu karena perlakuan putra mahkota di pesta kemarin malam?"

Lady Neenash menghela napas berat.

"Saya bahkan tidak keberatan jika putra mahkota ingin memiliki seratus selir sekalipun. Cukup jangan lakukan secara terang-terangan demi menjaga martabat!" tegasnya, lalu keluar dari toko bersama Pheriana.

Dia tak peduli dengan panggilan kesal Duke Thalennant dan amarah putra mahkota.

***

Lady Neenash menghela napas berat. Suasana tak nyaman di pesta debutante Lady Cherrie terasa mencekiknya. Suara-suara sumbang yang saling berbisik membuat telinga menjadi panas.

"Lihatlah, Lady Esbuach hadir! Apa yang direncanakannya?"

"Apa dia akan menyakiti Lady Searaby lagi?"

"Dia pasti hendak menyombongkan diri. Lihatlah gaun mewah dan perhiasan yang berlebihan itu!"

Akibat perbuatan Lady Cherrie, Lady Neenash yang dulu begitu dikagumi kini menjadi tokoh jahat. Tak hanya sekali Lady Cherrie membuat masalah dengannya. Entah bagaimana mereka juga sangat sering bertemu, seperti kebetulan yang disengaja.

Sialnya, sebagian besar bangsawan yang berada di tempat kejadian selalu membela Lady Cherrie. Putri bungsu Count Searaby itu memang pandai bertingkah sebagai korban. Akibatnya, Lady Neenash terlihat seperti berbuat jahat.

Rumor Lady Neenash menjadi wanita jahat tentu memancing amarah Marquess Arbeil, Sir Durio, dan Pangeran Sallac. Mereka bahkan hampir saja merencanakan pemberontakan. Namun, Lady Neenash mengancam akan membenci mereka jika berbuat macam-macam.

"Apa sebaiknya aku pulang lebih dulu saja?" gumam Lady Neenash lirih.

Dia termenung sendiri. Lady Neenash tak menyadari Lady Cherrie mendekat ke arahnya. Anehnya, para tamu juga tak menyadari gerak-gerik Lady Cherrie.

Begitu berada di belakang Lady Neenash, Lady Cherrie menyeringai. Dia mendadak menepuk pundak Lady Neenash dengan cukup keras. Tak ayal, Lady Neenash kaget dan refleks menepis, menyebabkan Lady Cherrie terdorong jatuh.

"Aduh!" jerit Lady Cherrie.

Tamu pesta yang tadi tak memperhatikan kini menatap ke satu arah. Sorot-sorot mata menghakimi menodong Lady Neenash. Belum sempat dia membela diri, putra mahkota sudah menghampiri mereka dengan wajah merah padam.

"Kau baik-baik saja, Lady Cherrie?" tanya Pangeran Seandock cemas sembari menolong Lady Cherrie berdiri.

"Saya tidak apa-apa, Yang Mulia, hanya tergores sedikit," sahut Lady Cherrie berpura-pura tegar, tetapi sengaja memperlihatkan goresan di telapak tangannya.

Putra mahkota seketika menatap tajam Lady Neenash. "Apa kau tak bisa menjadi lembut dan baik hati seperti Lady Cherrie, Neenash?" bentaknya. "Padahal aku berharap tunanganku bisa menjadi contoh bagi lady lain, bersikap lembut dan penyayang."

Lady Neenash tersenyum pahit. "Dari dulu, saya sudah seperti ini. Bukankah saat melamar saya dulu, Anda mengatakan akan menerima kelebihan dan kekurangan saya?" sindirnya.

"Rasanya, aku menyesal melamarmu! Apakah lebih baik pertunangan kita diputuskan saja? Bagaimana, Neenash?" ancam Pangeran Seandock.

Aula kediaman Count Searaby seketika menjadi hening. Berpuluh pasang mata memusatkan pandangan kepada Lady Neenash. Lady Cherrie tersenyum samar, tetapi tertutupi raut wajah pura-pura sedihnya.

Setelah keheningan mencekik, Lady Neenash membuka mulut dan bergumam, "Saya ...."

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Balas Dendam Lady Neenash   Epilog

    Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 144

    Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 143

    "Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 142

    Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 141

    Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 140

    Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status