Share

Bagian 5

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-06 08:31:14

"Anda tidak boleh berlaku kejam seperti ini, Yang Mulia!" seru Lady Cherrie tiba-tiba.

Dia mengenggam tangan Pangeran Seandock. Sorot matanya tampak memelas. Sementara Lady Neenash yang ucapannya terpotong hanya menghela napas, sudah muak dengan sandiwara dramatis itu.

"Yang Mulia ... Anda dan Lady Neenash sudah bersama sejak lama. Saya tak ingin menjadi penyebab hancurnya hubungan kalian," gumam Lady Cherrie dengan mata berkaca-kaca.

Ucapanya itu mengundang banyak pujian dari para tamu. Lady yang berhati amat lembut begitulah pandangan para bangsawan. Sebaliknya, mereka menatap sinis dan mengecam Lady Neenash.

Pangeran Seandock tiba-tiba menatap tajam Lady Neenash. "Bersama sejak lama pun tidak menjamin kita benar-benar mengenal seseorang," sindirnya.

Lady Cherrie menggeleng dengan dramatis. "Jangan begitu, Yang Mulia. Anda akan melukai perasaan Lady Neenash–"

Lady Neenash berdeham. Suara manja Lady Cherrie yang membuatnya mual juga terhenti. Tamu undangan semakin melirik penuh kebencian.

Namun, Lady Neenash tak peduli. Dia hanya ingin terlepas dari situasi menjemukan sekaligus menjijikkan ini.

"Anda tenang saja, Lady Cherrie. Saya tidak akan terluka. Saya juga selalu menghargai keputusan putra mahkota." Lady Neenash mengalihkan pandangan kepada Pangeran Seandock. "Jadi, saya tunggu surat resmi pemutusan pertunangan dari istana, Yang Mulia," tuturnya anggun.

Aula seketika riuh. Para gadis bangsawan melotot sambil menutup mulut. Kebanyakan dari mereka menyayangkan keputusan Lady Neenash dan menuduhnya terlalu angkuh.

Sementara itu, putra mahkota terpaku. Dua perasaan berperang dalam benaknya. Ada rasa bahagia karena berharap bisa bersatu dengan Lady Cherrie. Namun, perih yang aneh di sudut hati terasa mengganjal.

"Saya tunggu suratnya, Yang Mulia," tegas Lady Neenash lagi, membuyarkan lamunan sang putra mahkota.

Pangeran Seandock merasa tersengat harga dirinya dan berkata ketus, "Ya, kau tunggu saja! Kau pasti akan menyesal!"

Lady Neenash susah payah menahan tawa. Dia tak akan menyesal, justru merasakan kebahagiaan. Hubungan tanpa cinta yang menjemukan dengan putra mahkota akan berakhir.

Lady Neenash juga tak perlu khawatir akan ada lamaran lain. Fitnah Lady Cherrie sudah menghancurkan reputasinya. Harapan untuk menjalin cinta bersama Pangeran Sallac pun semakin dekat dengan genggaman.

"Baiklah, Yang Mulia. Dan juga ... oleh karena kehadiran saya di sini sepertinya menganggu para tamu, saya pamit undur diri," pamit Lady Neenash sembari melakukan salam penghormatan.

Dia juga berpamitan kepada Lady Cherrie, lalu melenggang meninggalkan aula diiringi tatapan sinis dan ejekan-ejekan yang mendengung samar.

***

Seminggu setelah insiden di pesta debutante, istana benar-benar mengirimkan surat resmi pemutusan pertunangan. Keluarga Esbuach bersuka cita. Namun, seminggu berikutnya lagi datang surat undangan pertunangan putra mahkota dengan Lady Cherrie.

Keluarga Esbuach pun tak punya pilihan selain turut berhadir. Kini, mereka bagaikan terpidana yang harus menghadapi tatapan penuh cemooh tamu undangan upacara pertunangan. Kuil Suci Asteriella yang biasanya terasa damai menjadi menyesakkan.

"Aku ingin memenggal kepala orang," celetuk Sir Durio.

"Para penjilat itu memang perlu diberi pelajaran," timpal Marquess Arbeil.

"Jangan macam-macam, Yah, Kak. Aku akan membenci kalian jika bertindak sembarangan," ancam Lady Neenash.

Akhirnya, ayah dan kakak Lady Neenash hanya bisa mengumpat dalam hati. Mereka tak akan sanggup jika harus dibenci si bungsu.

Upacara pertunangan terus berlangsung. Keanehan terjadi saat pembacaan nyanyian sang dewi. Tubuh Lady Cherrie mendadak memancarkan cahaya. Aula Kuil pun menjadi riuh.

"Apa yang terjadi? Tubuh Lady Searaby bercahaya!"

"Ini keajaiban! Berkat dewi sudah turun!"

Kepala kuil mengangkat tangan. Keriuhan tamu undangan seketika berganti hening. Mata mereka terpusat ke depan, tampak tak sabar menunggu penjelasan pemimpin kuil suci.

Kepala kuil pun mulai berbicara, "Kita baru saja menyaksikan berkat dewi. Bertahun-tahun berlalu sejak kematian Saintess Harrieta. Akhirnya, Dewi Asteriella memilih kembali wakilnya. Sungguh berkat tak terkira, calon putri Mahkota kita adalah seorang saintess yang suci."

Kepala kuil terus berorasi. Para tamu larut dalam haru biru, bahkan ada yang meneteskan air mata. Rasa syukur terucap dari bibir mereka karena putra mahkota lebih memilih Lady Cherrie dibandingkan Lady Neenash.

"Aneh sekali, mengapa Dewi Asteriella memilih gadis berhati busuk menjadi wakilnya?" bisik Lady Lily.

"Hati-hati bicara, Lily. Tiang gantungan bisa menunggumu jika terdengar orang lain," tegur Lady Rosie.

Lady Neenash yang duduk di antara dua bersaudara Blossom itu mengelus dagu. Dia berpikiran sama dengan Lady Lily. Kebangkitan kekuatan suci Lady Cherrie terasa aneh.

Saintess terakhir memang telah meninggal 15 tahun yang lalu. Namun, Lady Neenash pernah merasakan kekuatan suci sang saintess. Sewaktu kecil, dia sakit keras dan diobati wanita tua bersahaja tersebut.

Seingat Lady Neenash, kekuatan suci saintess bukan hanya bercahaya dengan gemilang, tetapi juga hangat dan nyaman. Anehnya, dia tak merasakan hal itu dari pancaran cahaya Lady Cherrie.

"Kepada Yang Mulia Putra Mahkota dan Lady Searaby silakan untuk meminum anggur persembahan!" Seruan kepala kuil suci membuyarkan lamunan Lady Neenash.

Dia mengalihkan pandangan ke depan. Rupanya, upacara pertunangan telah memasuki tahap akhir. Pangeran Seandock dan Lady Cherrie mengambil gelas anggur di nampan dan mereguknya hingga habis.

"Uhuk! Uhuk! Akhhh!"

Lady Cherrie batuk hebat. Tubuhnya tampak lemas, hingga terduduk di lantai.

"Cherrie!" seru Pangeran Seandock panik.

Dia langsung menghampiri sang calon istri dan memberikan pelukan. Lady Cherrie terus terbatuk, hingga memuntahkan darah. Gaun putihnya menjadi penuh noda merah.

Kepala kuil langsung mendekat dan menggunakan kekuatan penyembuh. Kondisi Lady Cherrie perlahan membaik. Pangeran Seandock meminta pelayan Keluarga Searaby mengantarkan nona mereka ke kamar yang akan dijaga ketat.

Setelah memastikan Lady Cherrie aman, Pangeran Seandock menatap tajam kepala kuil. "Jelaskan apa yang terjadi pada tunanganku!" titahnya.

"Lady Searaby keracunan, Yang Mulia. Saya juga merasakan ada pengaruh sihir hitam," jelas kepala kuil.

"Sialan! Siapa yang berani meracuni saintess!" umpat Pangeran Seandock.

Aula kuil suci seketika menjadi hening. Berpuluh pasang mata menatap tajam ke arah Lady Neenash.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Balas Dendam Lady Neenash   Epilog

    Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 144

    Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 143

    "Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 142

    Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 141

    Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.

  • Balas Dendam Lady Neenash   Bagian 140

    Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status