Share

Bagian 5

"Anda tidak boleh berlaku kejam seperti ini, Yang Mulia!" seru Lady Cherrie tiba-tiba.

Dia mengenggam tangan Pangeran Seandock. Sorot matanya tampak memelas. Sementara Lady Neenash yang ucapannya terpotong hanya menghela napas, sudah muak dengan sandiwara dramatis itu.

"Yang Mulia ... Anda dan Lady Neenash sudah bersama sejak lama. Saya tak ingin menjadi penyebab hancurnya hubungan kalian," gumam Lady Cherrie dengan mata berkaca-kaca.

Ucapanya itu mengundang banyak pujian dari para tamu. Lady yang berhati amat lembut begitulah pandangan para bangsawan. Sebaliknya, mereka menatap sinis dan mengecam Lady Neenash.

Pangeran Seandock tiba-tiba menatap tajam Lady Neenash. "Bersama sejak lama pun tidak menjamin kita benar-benar mengenal seseorang," sindirnya.

Lady Cherrie menggeleng dengan dramatis. "Jangan begitu, Yang Mulia. Anda akan melukai perasaan Lady Neenash–"

Lady Neenash berdeham. Suara manja Lady Cherrie yang membuatnya mual juga terhenti. Tamu undangan semakin melirik penuh kebencian.

Namun, Lady Neenash tak peduli. Dia hanya ingin terlepas dari situasi menjemukan sekaligus menjijikkan ini.

"Anda tenang saja, Lady Cherrie. Saya tidak akan terluka. Saya juga selalu menghargai keputusan putra mahkota." Lady Neenash mengalihkan pandangan kepada Pangeran Seandock. "Jadi, saya tunggu surat resmi pemutusan pertunangan dari istana, Yang Mulia," tuturnya anggun.

Aula seketika riuh. Para gadis bangsawan melotot sambil menutup mulut. Kebanyakan dari mereka menyayangkan keputusan Lady Neenash dan menuduhnya terlalu angkuh.

Sementara itu, putra mahkota terpaku. Dua perasaan berperang dalam benaknya. Ada rasa bahagia karena berharap bisa bersatu dengan Lady Cherrie. Namun, perih yang aneh di sudut hati terasa mengganjal.

"Saya tunggu suratnya, Yang Mulia," tegas Lady Neenash lagi, membuyarkan lamunan sang putra mahkota.

Pangeran Seandock merasa tersengat harga dirinya dan berkata ketus, "Ya, kau tunggu saja! Kau pasti akan menyesal!"

Lady Neenash susah payah menahan tawa. Dia tak akan menyesal, justru merasakan kebahagiaan. Hubungan tanpa cinta yang menjemukan dengan putra mahkota akan berakhir.

Lady Neenash juga tak perlu khawatir akan ada lamaran lain. Fitnah Lady Cherrie sudah menghancurkan reputasinya. Harapan untuk menjalin cinta bersama Pangeran Sallac pun semakin dekat dengan genggaman.

"Baiklah, Yang Mulia. Dan juga ... oleh karena kehadiran saya di sini sepertinya menganggu para tamu, saya pamit undur diri," pamit Lady Neenash sembari melakukan salam penghormatan.

Dia juga berpamitan kepada Lady Cherrie, lalu melenggang meninggalkan aula diiringi tatapan sinis dan ejekan-ejekan yang mendengung samar.

***

Seminggu setelah insiden di pesta debutante, istana benar-benar mengirimkan surat resmi pemutusan pertunangan. Keluarga Esbuach bersuka cita. Namun, seminggu berikutnya lagi datang surat undangan pertunangan putra mahkota dengan Lady Cherrie.

Keluarga Esbuach pun tak punya pilihan selain turut berhadir. Kini, mereka bagaikan terpidana yang harus menghadapi tatapan penuh cemooh tamu undangan upacara pertunangan. Kuil Suci Asteriella yang biasanya terasa damai menjadi menyesakkan.

"Aku ingin memenggal kepala orang," celetuk Sir Durio.

"Para penjilat itu memang perlu diberi pelajaran," timpal Marquess Arbeil.

"Jangan macam-macam, Yah, Kak. Aku akan membenci kalian jika bertindak sembarangan," ancam Lady Neenash.

Akhirnya, ayah dan kakak Lady Neenash hanya bisa mengumpat dalam hati. Mereka tak akan sanggup jika harus dibenci si bungsu.

Upacara pertunangan terus berlangsung. Keanehan terjadi saat pembacaan nyanyian sang dewi. Tubuh Lady Cherrie mendadak memancarkan cahaya. Aula Kuil pun menjadi riuh.

"Apa yang terjadi? Tubuh Lady Searaby bercahaya!"

"Ini keajaiban! Berkat dewi sudah turun!"

Kepala kuil mengangkat tangan. Keriuhan tamu undangan seketika berganti hening. Mata mereka terpusat ke depan, tampak tak sabar menunggu penjelasan pemimpin kuil suci.

Kepala kuil pun mulai berbicara, "Kita baru saja menyaksikan berkat dewi. Bertahun-tahun berlalu sejak kematian Saintess Harrieta. Akhirnya, Dewi Asteriella memilih kembali wakilnya. Sungguh berkat tak terkira, calon putri Mahkota kita adalah seorang saintess yang suci."

Kepala kuil terus berorasi. Para tamu larut dalam haru biru, bahkan ada yang meneteskan air mata. Rasa syukur terucap dari bibir mereka karena putra mahkota lebih memilih Lady Cherrie dibandingkan Lady Neenash.

"Aneh sekali, mengapa Dewi Asteriella memilih gadis berhati busuk menjadi wakilnya?" bisik Lady Lily.

"Hati-hati bicara, Lily. Tiang gantungan bisa menunggumu jika terdengar orang lain," tegur Lady Rosie.

Lady Neenash yang duduk di antara dua bersaudara Blossom itu mengelus dagu. Dia berpikiran sama dengan Lady Lily. Kebangkitan kekuatan suci Lady Cherrie terasa aneh.

Saintess terakhir memang telah meninggal 15 tahun yang lalu. Namun, Lady Neenash pernah merasakan kekuatan suci sang saintess. Sewaktu kecil, dia sakit keras dan diobati wanita tua bersahaja tersebut.

Seingat Lady Neenash, kekuatan suci saintess bukan hanya bercahaya dengan gemilang, tetapi juga hangat dan nyaman. Anehnya, dia tak merasakan hal itu dari pancaran cahaya Lady Cherrie.

"Kepada Yang Mulia Putra Mahkota dan Lady Searaby silakan untuk meminum anggur persembahan!" Seruan kepala kuil suci membuyarkan lamunan Lady Neenash.

Dia mengalihkan pandangan ke depan. Rupanya, upacara pertunangan telah memasuki tahap akhir. Pangeran Seandock dan Lady Cherrie mengambil gelas anggur di nampan dan mereguknya hingga habis.

"Uhuk! Uhuk! Akhhh!"

Lady Cherrie batuk hebat. Tubuhnya tampak lemas, hingga terduduk di lantai.

"Cherrie!" seru Pangeran Seandock panik.

Dia langsung menghampiri sang calon istri dan memberikan pelukan. Lady Cherrie terus terbatuk, hingga memuntahkan darah. Gaun putihnya menjadi penuh noda merah.

Kepala kuil langsung mendekat dan menggunakan kekuatan penyembuh. Kondisi Lady Cherrie perlahan membaik. Pangeran Seandock meminta pelayan Keluarga Searaby mengantarkan nona mereka ke kamar yang akan dijaga ketat.

Setelah memastikan Lady Cherrie aman, Pangeran Seandock menatap tajam kepala kuil. "Jelaskan apa yang terjadi pada tunanganku!" titahnya.

"Lady Searaby keracunan, Yang Mulia. Saya juga merasakan ada pengaruh sihir hitam," jelas kepala kuil.

"Sialan! Siapa yang berani meracuni saintess!" umpat Pangeran Seandock.

Aula kuil suci seketika menjadi hening. Berpuluh pasang mata menatap tajam ke arah Lady Neenash.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status