Share

Bab 4 Saling Bertabrakkan

“Nona muda, silahkan turun.” Sopir Andrian membukakan pintu mobil, mempersilahkan Helena keluar dari mobilnya.

Kedua kaki jenjang putih mulus Helena yang pergelangan kakinya tertutup pembalut luka, perlahan turun menginjak halaman luas mansion besar keluarga Dawson, keluarga Helena si pemilik tubuh asli yang memiliki nama depan Helena dan nama belakang keluarganya Dawson. Helena sedikit takjub dan sedikit tak menyangka juga bakal berada di tubuh putri bungsu keluarga Dawson yang merupakan partner kerjanya dahulu serta sahabatnya semasa SMA-nya, ia adalah Malvin Dawson.

“Ini mansion atau istana?” Helena yang sudah turun, terperangah melihat bangunan megah yang ada di depan matanya. Helena pernah mendengar dari Malvin Dawson bila pria itu mendapatkan tempat tinggal baru yang mungkin akan menarik mata Helena. Sampai Malvin menyarankan Helena untuk datang ke mansion barunya.

Dan tak menyangka juga, ia akan datang ke sini sendiri, bukan sebagai Helena temannya, melainkan Helena putrinya. “Memikirkannya berkali-kali pun, rasanya seperti ini bukan nyata.”

“Nona muda mungkin tidak mengingat, biasanya Nona muda paling menyukai berada di taman sambil menikmati teh,” kata Andrian.

“Layaknya Lady bangsawan, ya?” sahut Helena menebak dengan tertawa kecil. Wanita itu langsung menebak pikiran sopir bernama Andrian tentang putri bangsawan yang selalu menikmati waktunya dengan hal-hal membosankan.

Andrian tak tahu jika Nona mudanya berpikiran seperti itu, dia hanya mengangguk dan berkata, “Nona benar.”

“Mereka terlalu memanjakan 'ku. Seharusnya seorang Lady juga diajarkan berpedang, memanah, menaiki kuda dan mungkin ... bagus juga menembak. Benar 'kan, Andrian?” Helena menunjukkan seutas senyuman, berbeda dengan Andrian yang mendengarnya langsung terkejut.

“Apa maksud, Nona?”

Helena tahu persis pikiran kulot pria tua itu, hingga ia mengibaskan tangannya dan berjalan masuk begitu saja. “Ah, abaikan itu.”

“Apa ingatan Nona muda separah itu sampai melupakan hal-hal kecil seperti ini?” batin Andrian merasa kasihan. Andrian berpikir seperti itu karena Helena sengaja mengatakan bahwa ia mengalami amnesia ringan sehingga banyak melupakan sesuatu memori yang dikenangnya.

Sebenarnya itu bohong, Helena hanya tak ingin saja dipandang tidak waras lagi karena perubahan sikapnya nanti. Dan lebih baik mengatakan lupa ingatan.

“Di mansion sebesar ini, kenapa hanya ada pelayan yang menyambutku datang. Di mana keluargaku yang lain, Andrian?” Helena sudah masuk ke dalam bangunan megah itu, sepanjang jalan ia melihat hanya para pelayan saja yang menyambutnya dengan menunduk hormat bila setiap kali mereka melihatnya. Tentu rasanya janggal bila tak ada satu pun keluarganya yang menyambutnya.

“Nona muda, sebenarnya hari ini sedang ada kesibukkan besar. Akan ada dinner besar yang diadakan oleh Tuan besar dengan mengundang para rekan bisnisnya. Kepulangan Nona juga hanya saya dan Tuan muda Alex saja. Tuan besar tidak tahu, Nona.”

“Alex?” Helena menghentikan langkahnya dan menatap Andrian yang di situ memasang wajah bingung, penuh tanya. “Emm ... maksudnya kak Alex.” Helena segera meralat perkataannya, mungkin Andrian bingung dengan apa yang dikatakannya itu, asal mengatakan ‘Alex’ sementara biasanya Helena yang sebenarnya selalu memanggilnya ‘kakak’ dan tak pernah sekalipun memanggil namanya seperti tadi.

Helena berharap sopir Andrian mengerti dan mencoba memahaminya. Ya, harusnya sih begitu, tapi pria tua itu semakin menatapnya intens.

Helena mengerutkan alisnya. “Kenapa?”

“Nona muda apa tidak sebaiknya Anda tidak kembali lebih cepat?”

“Apa aku tidak boleh pulang ke rumahku sendiri?” Bukannya menjawab Helena malah balik bertanya.

“Bukan begitu maksud saya Nona muda, saya hanya berpikir jika Anda masih tidak sehat,” tuturnya berusaha menjelaskan.

Helena berdecak, tak menyangka pria itu akan menyuruhnya tetap berada di sana. “Kau pikir nyaman tinggal di sana? Jika kau ingin kau saja yang ke sana!” Bodo amat ia bersikap tidak sopan membentaknya, disuruh ke sana, sampai mati pun ia tidak akan melakukannya!

“Yang sakit ‘kan Nona muda, untuk apa saya yang ke sana?”

“Mana tahu kau ingin berobat,” jawab ketus tak sesabar itu Helena.

Andrian meletakkan satu telapak tangannya di dada dan yang dilakukan setelahnya sedikit membungkukkan tubuhnya sambil berucap, “Terima kasih atas kepedulian Anda Nona muda, tapi saya baik-baik saja. Saya bisa memastikannya 100% sehat tanpa cacat.”

Helena membuang napasnya kasar. Lelah sendiri mendengar kelakar Andrian yang menurutnya membuang-buang waktunya. Helena pergi saja meninggalkannya di situ tak peduli Andrian masih membungkuk.

“Aku sudah salah mengira, kupikir dia pria yang bijak, ternyata Andrian sangat menjengkelkan melebihi Roky.” Memijit pelipis matanya Helena berusaha meredahkan rasa pusingnya. Helena sampai tak sadar menabrak seseorang di tengah jalannya.

Hampir Helena yang masih dalam keadaan tubuh lemah itu terjatuh, bila seandainya tak segera laki-laki yang menabraknya tersebut menarik tangannya dan menangkap pinggang rampingnya, hingga kedua netra coklat mereka saling bertemu.

“Helena … ?” Tertegun sesaat melihatnya. Laki-laki itu seketika mengubah kedinginan ekspresinya menjadi cemas, “kamu tidak apa-apa?”

“Al… ka-kak Alex?”

Helena mengenalnya, dari ciri-cirinya yang tergambar dalam ingatannya. Pria bermata tajam dan berkulit sawo matang itu ... dia Alex Dawson, kakak laki-laki Helena Dawson.

Rasa kaget Helena mendadak bertambah dua kali lipat ketika spontan pria itu menarik tubuh ringkihnya, membawanya dalam pelukan eratnya. “Adikku Helena, syukurlah,” legahnya mengatakannya.

‘A-apa yang dilakukannya ini?!’ Kedua manik mata coklat Helena terbelalak lebar, seakan mata itu hampir meloncat keluar dari tempatnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Viala La
pengen lihat Helena beraksi, berantam mksudku
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
seru... penasaran banget sama Kisah Helena ini
goodnovel comment avatar
Saraswati_5
makin seru dan makin buat penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status