Share

Bab 5 Dia yang Diharapkan

“Ini tidak benar!” Mendadak Helena berdiri dan berteriak spontan dari semulanya ia duduk diam di kasurnya. Seorang pelayan wanita yang perlahan membuka pintunya akan masuk ke dalam kamarnya menjadi terkesiap dan memegangi dadanya saking terkejutnya. “AAH! Lancang sekali dia.” Helena mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat frustasi sekali.

“Nona muda Helena! Anda kenapa?!”

Suara pekikkan seorang wanita mengalihkan mata Helena, seketika ia menghindar darinya yang sepertinya akan memeluknya karena ia melihat wanita itu berlari dengan melebarkan kedua tanganya.

Begitu cepat Helena menghindar, hampir saja waanita itu menabrak dinding di depannya seandainya kakinya tak cepat berhenti. “Huft, untung tidak jatuh.”

“Siapa kamu?” selidik Helena bersedekap mengintrogasinya.

Sofia berbalik menghadap Helena dengan sedikit membenah sikapnya lebih profesional seperti biasa sembari mendorong kacamata kotaknya, membenahinya yang hampir merosot dengan menggunakan satu jari tangannya. “Nona muda tidak mengingat saya?” tanyanya begitu tenang dari sebaliknya seorang pelayan setianya, seharusnya lebih menunjuk kekhawatirannya.

Helena memberikan gelengan ringan.

“Jadi apa yang dikatakan Andrian benar.”

Sebenarnya Helena mengingatnya sangat jelas dari ingatan Helena si pemilik tubuh asli, wanita itu pelayan setianya yang selama ini selalu melayaninya dengan sepenuh hati dan sepertinya hanya wanita itulah yang pantas bila dianggap teman ketimbang harus berteman wanita seperti Delina. Di luar saja tampak baik, namun di dalamnya, siapa tahu wanita itu akan menusuknya dengan begitu dalam. Tapi Helena pemilik tubuh asli sayangnya selalu merasa tak nyaman dengan perlakuan Sofia setiap kali bila bersamanya, saking terlampau profesionalnya. Tak seperti pelayan lainnya, wanita perfeksionis itu, selalu mengenakan stelan jas hitam dan celana hitam. Tak lupa pula, ia selalu membawa kemana-mana saja tablet berukuran 8 inci-nya. Biasa digunakannya untuk mengatur dengan baik jadwal Helena sehari-harinya.

“Baiklah saya akan memperkenalkan diri saya terlebih dahulu, Nona muda bisa memanggil saya Sofia, saya di sini biasa melayani Anda dari hal-hal kecil sekalipun. Saya yang akan mengurus semua kebutuhan Nona muda sehari-hari, di mulai itu dari saat Anda bangun pagi sampai Anda tidur kembali di malam harinya, semua kegiatan Anda saya yang akan mengaturnya,” papar Sofia menjelasnya cepat, tegas, dan jelas didengarnya.

‘Dia sesuai tipeku, pelayan yang seperti ini ‘lah yang kuharapkan.’ Helena menyukainya, sekilas tersenyum, begitu tertarik sesuai seleranya dalam memilih pelayan yang biasa mendampinya. Seperti para pelayannya selama ini, mereka semua bertalenta meski sikap mereka tak seperti pelayan Sofia.

“Apa ada yang ingin Nona muda tanyakan?”

Helena menggeleng. “Sudah cukup.”

“Oke, kalau begitu saya akan lanjutkan memberitahukan jadwal-jadwal Nona muda hari ini.” Sofia menatap tablet di tangannya yang sudah ia nyalakan, membacanya, “Pertama, bersihkan diri Anda terlebih dahulu, saya yang akan mengatur airnya sesuai yang Anda inginkan, untuk sabunnya saya sudah menyiapkan variasi sambun wangi di kamar mandi. Setelah itu … ” Sofia menghentikan bicaranya, matanya beralih melirik arloji yang terpasang di pergelangan tangannya. Setelahnya menatap kembali wanita bernetra coklat indah itu yang wajahnya tampak putih pucat. “ … sudah akan menuju malam, Nona muda Anda harus bergegas mandi. Akan ada acara dinner besar dengan para partner kerja Tuan Marvel, acara akan diadakan beberapa jam lagi. Anda harus cepat bersiap, sementara itu biar saya yang menyiapkan pakaian yang akan dikenakan Anda.”

“Kenapa aku harus ikut? Bukankah itu hanya acara antar partner kerja, Ayah.” Helena memandangi Sofia memastikannya.

“Anda harus mengingat, keberadaan Anda sekarang harus diperlihatkan bukan hanya kami-kami saja yang tahu.” ‘Kami’ yang dimaksud itu, ia sendiri, sopir Andrian dan sang pewaris Alex. “Perlihatkan pada mereka semua, Anda sudah kembali, Nona muda.” Sofia berusaha memberikannya dorongan kuat.

Bila itu Helena yang asli, mungkin akan gentar mengetaui maksud Sofia menyuruhnya untuk hadir. Namun sekarang ini, Helena yang bermental baja yang tengah dihadapannya. Apa yang dikatakan Sofia seperti provokasi baginya.

Sebenaarnya Helena merasa keberatan, masih tak yakin menghadiri acara itu sedangkan ini awal kehidupan barunya menjadi Helena wanita yang lebih muda. Namun melihat guratan keraguan di wajah Helena. Sofia mendekatinya, membisikan, “Dua orang yang merusak hidup Anda akan hadir malam ini.”

“Evan? Delina?”

Menjaga jarak sedikit dengan Helena. Sofia mengulas senyumnya. “Bisakah Anda datang?”

Helena membalasnya dengan senyum termanisnya. “Tentu, bakal rugi jika tidak datang.”

---

Malam sudah tiba mansion besar dan megah itu sudah dipenuhi para tamu yang hadir, secara langsung disambut sang kepala keluarga Dawson, Marvel Dawson. Pria yang masih gagah dan tampil menawan meski sudah hampir kepala enam itu begitu ramah pada para rekan-rekan yang selama ini menjalin kerjasama dengannya, tak terkecuali itu dari pihak keluarga Nixon dan Stewart yang tentu terdapat dua pasangan anak muda, Evan Nixon dan Delina Stewart.

Mereka menyapa ramah kepala keluarga Dawson meski dibalas pria itu dingin, tak seperti oranag tua mereka yang lebih ramah.

Delina mendumel tak senang terhadap pria itu setelah sedikit jauh dengan keberadaan Malvin Dawson yang didampingi kedua istri sahnya. “Apaan wajahnya itu, dia memperlakukan kita seenaknya.”

Evan sangat jelas mendengarnya. Delina selalu menempel padanya, memeluk lengannya sampai rasanya lengan tangan Evan terasa sangat kebas. Tapi mau menegur wanita itu, ia merasa tak enak, takutnya juga menambah suasana hatinya semakin buruk setelah mendapat perlakuan tak mengenakan dari sang kepala keluarga Dawson yaitu Malvin Dawson, tak seperti waktu-waktu lalu di saat ia dan Helena masih menjalin kasih bahkan sempat bertunangan. Malvin tak seacuh itu terhadap mereka.

Saat mereka semua sudah saling mengambil duduk di depan meja panjang yang terdapat berbagai menu makanan yang secara langsung diolah oleh para chef professional keluarga Dawson yang tentu jangan diragukan lagi masakan mereka. Pasti sangat enak.

Di tengah duduknya Evan menatapi orang-orang sekitarnya seakan mencari-cari seseorang di sini yang jelas diketahuinya seseorang yang dicarinya itu pasti tidak mungkin hadir di sini. Dia saja masih gila dan dirawat dari yang diketahuinya melalui Delina. ‘Sayang sekali Helena tidak ada di sini.’ Evan masih berharap bisa selalu melihat mantan tunangannya itu dulu. Setidaknya ia bisa melihatnya sekali saja. Padahal di sini sudah ada Delina yang setia bersamanya, tetapi masih saja begitu sulit baginya move on dari wanita yang memang dicintainya.

“Apa saya terlambat? Sepertinya saya terlalu lama datang.”

Suara itu?

Seketika Evan dan yang lainnya terkhususnya Delina menoleh ke arah asal seseorang yang memecah suasana ricuh di antara mereka.

“Helena?!”

Berbagai reaksi ditunjukkan mereka saat ketika wanita yang tak asing di mata semua orang di sini, hadir dengan dress yang sangat mencolok warnanya, biru dongker yang bertabur permata di bagian sekitar bawah pinggangnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status