Share

Permintaan Sang CEO

Pagi yang cerah, sinar matahari mulai menampakkan sinarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi, namun hangatnya selimut membuat enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Dering telepon memanggil berkali-kali namun tetap tak dihiraukan, wanita itu masih terlelap dalam alam mimpinya.

“Thalita Sayang, bangun Sayang ini sudah pagi kamu mau ke kantor jam berapa? Ayo cepat bangun, ayah tunggu ya di meja makan,” teriak pak Tio ayah Thalita dari arah dapur untuk membangunkan putri kesayangannya.

“Hmm, iya Ayah aku sudah bangun,” sahut Thalita dengan mata yang masih sangat mengantuk, perempuan itu berusaha bangun dari mimpinya yang indah.

Thalita bergegas untuk mandi, karena dua jam lagi ia sudah harus sampai di kantor tempatnya bekerja. Ia adalah seorang sekretaris di sebuah perusahaan yang cukup besar dan terkenal bernama ARGA Advertising. ARGA Advertising merupakan perusahaan yang bergerak di bidang advertising atau periklanan.

Hari ini bertepatan dengan hari ulang tahun bosnya yang sangat terkenal dengan sikap disiplinnya. Untuk itu Thalita tidak ingin sampai terlambat, karena bosnya tidak akan menoleransi kesalahan sekecil apa pun apalagi sampai terlambat. Hal itu berlaku untuk semua karyawan di kantornya tidak terkecuali Thalita, sekretarisnya.

Thalita Aurelia sudah menjadi sekretaris seorang CEO ARGA Advertising selama hampir satu tahun ini, CEO tersebut bernama Diko Argawinata. Diko merupakan pewaris tunggal perusahaan keluarganya karena ia adalah anak satu-satunya keluarga tersebut, untuk itu semua hal yang berhubungan dengannya haruslah sempurna dan terbaik.

**

Flashback ON…

Sebelumnya, Thalita adalah karyawan yang bekerja di bagian desain. Hasil kerjanya selalu memuaskan dan juga ia anak yang cukup rajin. Untuk itu saat sekretaris Diko mengundurkan diri, manajernya mempromosikan Thalita pada Diko sebagai pengganti sekretarisnya yang telah mengundurkan diri.

“Apa? Jadi sekretaris CEO?” pekik Thalita pada manajernya seolah tak percaya dengan hal yang ia dengar barusan. “Maaf Pak, saya tidak bermaksud tidak sopan. Saya hanya tidak menyangka akan mendapat promosi secepat ini, tapi maaf sekali lagi. Saya merasa belum pantas Pak,” lanjutnya dengan nada merendah.

“Sudah kamu tenang saja, saya jamin kamu pasti bisa bekerja di posisi ini. Kerja kamu selama ini sangat bagus dan kamu juga orang yang rajin, jadi CEO kita pasti tidak akan salah jika memilih kamu untuk menjadi sekretaris beliau.”

“Tapi Pak, maaf sekali saya benar-benar tidak berminat dengan posisi itu. Bukannya saya tidak mau berkembang Pak, tapi untuk menjadi sekretaris CEO terlalu cepat rasanya, saya kan masih baru di sini. Saya rasa masih banyak karyawan lain yang lebih pantas di posisi itu Pak,” ujar Thalita dengan sesopan mungkin.

“Thalita, saya sudah coba untuk mempromosikan karyawan yang lain, tapi CEO kita tidak mau. Dia sudah melihat semua hasil kinerja kamu dan beliau langsung meminta saya untuk membujuk kamu, kalau tidak … jabatan saya taruhannya. Jadi saya mohon kamu mau ya jadi sekretaris CEO,” pinta Kevin, manajer Thalita dengan tatapan memohon.

Thalita tampak berpikir sejenak, sebenarnya ia tidak mau jika harus berurusan dengan CEO yang katanya sangat keras, disiplin dan tidak ramah pada karyawannya. Itu sebabnya sekretaris yang bekerja padanya hanya bertahan satu atau paling lama tiga bulan saja. Semuanya memilih untuk mengundurkan diri karena tidak kuat dengan tekanan dan tugas yang diberikan oleh sang CEO. Tapi di sisi lain ada Kevin manajernya yang harus menerima konsekuensi jika ia sampai menolak permintaan sang CEO.

Dengan berat hati Thalita mencoba menerima tawaran manajernya itu untuk menjadi sekretaris CEO, ia hanya dapat berdoa agar dirinya dapat bertahan dengan segala tekanan kerja yang akan diberikan nanti atau kalau tidak ia terpaksa harus mengikuti jejak rekan lainnya yang mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lainnya.

Ia tidak mau jika sampai melakukan itu, karena mencari pekerjaan di saat ini sangat susah. Untuk itu ia akan berusaha semaksimal mungkin, agar dirinya bisa menjadi sekretaris yang baik nantinya.

Thalita tidak habis pikir, kenapa CEO-nya lebih memilih dirinya dibanding karyawan lain yang sudah senior dan lebih berpengalaman darinya. Tak ingin ambil pusing, ia mencoba menerima dan menjalani takdirnya berharap hidupnya akan berubah lebih baik kelak.

“Jadi bagaimana, kamu mau kan menerima jabatan baru ini?” tanya Kevin memastikan.

Thalita mengangguk dengan ragu. “Iya baiklah Pak, saya akan mencoba menerima jabatan ini. Semoga saya bisa menjadi sekretaris yang baik untuk bapak CEO nanti,” ujarnya penuh keyakinan dan harapan.

“Nah, begitu dari tadi kan enak. Ya sudah, saya mau memberi tahu bapak CEO dulu kalau kamu bersedia menjadi sekretaris beliau ya,” kata Kevin penuh semangat dan dijawab dengan anggukan oleh Thalita.

**

Seorang pria dengan netra indah yang berwarna hazel dan memiliki tinggi 180cm tengah sibuk memeriksa beberapa tumpukan dokumen di meja kerjanya. Beberapa kali ia melirik ke arah jam di pergelangan tangan kirinya seperti menanti kedatangan seseorang. Selang lima menit kemudian pintu ruangannya diketuk oleh seseorang dari luar, ia merapikan sedikit penampilan serta duduknya sebelum mempersilakan orang tersebut untuk masuk.

“Permisi Pak Diko, saya datang dengan seseorang yang akan menjadi sekretaris Anda,” ujar Kevin seraya berdiri di ambang pintu.

“Oh ya, silakan masuk,” sahut Diko seraya menutup dokumen yang sedang ia periksa.

Kevin pun masuk beserta Thalita yang sedari tadi hanya menunduk, sesekali ia mencuri pandang ke arah sang CEO tak berani menatap secara langsung. Bukan karena malu, hanya saja ia belum terbiasa bertemu dengan CEO di kantornya yang terkenal galak itu. Apalagi jika ia menjadi sekretarisnya nanti, maka tak bisa dihindari lagi mereka akan bertemu setiap hari.

Diko bukan tak memperhatikan sikap karyawan yang sebentar lagi akan menjadi sekretarisnya itu, ia masih tidak menyangka saja akan dipertemukan dengan adik ipar mantan kekasih yang sudah mengkhianati dirinya. Setelah menyewa orang untuk menyelidiki Dara mantan kekasihnya, akhirnya ia tahu bahwa mantan kekasihnya itu telah menikah dengan Vino kakak dari Thalita.

Oleh sebab itu, untuk melampiaskan rasa sakit hatinya Diko ingin membuat orang-orang terdekat Dara dan Vino menderita. Seperti kebetulan atau takdir, adik mereka Thalita bekerja di perusahaannya selama lima bulan terakhir, karenanya ia mencoba untuk lebih dekat dengan menjadikan Thalita sekretarisnya.

“Jadi ini adik dari lelaki yang sudah membuat wanita yang aku cintai berkhianat. Mungkin ini cara Tuhan agar aku bisa membalas sakit hatiku dengan cara mempertemukanku dengan adik kalian. Tunggu saja kalian akan menerima balasan yang sepadan dariku melalui adik tersayang kalian,” batin Diko tersenyum sengit seraya menatap tajam ke arah Thalita yang sedari tadi masih menunduk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status