Galan memandangi layar laptopnya dengan perasaan campur aduk. Sebuah email dari David Chen baru saja masuk—pendek, tapi mengandung dampak besar.
"Pak Pratama, Nordic Education Solutions akan melakukan background assessment terhadap semua calon mitra potensial. Tim due diligence kami akan meninjau rekam jejak perusahaan, reputasi manajemen, dan stabilitas organisasi dalam minggu ini. Mohon siapkan dokumen yang diperlukan."
Background assessment. Kalimat yang terdengar profesional dan biasa saja, namun bagi Galan, itu seperti pemeriksaan yang menakutkan. Ia tahu betul apa yang mungkin akan terungkap jika mereka menggali lebih dalam tentang dirinya.
Dina masuk ke ruangannya dengan setumpuk dokumen dan ekspresi wajah yang ragu.
"Pak, ini dokumen yang diminta Nordic untuk assessment. Tapi..."
"Tapi apa, Din?"
"Ada beberapa hal yang mungkin perlu kita antisipasi."
Galan menarik napas panjang. "Skandal tahun lalu?"
"Iya
Galan terbangun lebih pagi dari biasanya. Tanpa alarm, tanpa mimpi—hanya perasaan kosong yang entah bagaimana terasa berat. Seperti tubuhnya tahu, hari ini bukan hari biasa. Hari ini bisa menjadi titik balik... atau titik hancur.Ia menatap langit-langit kamar apartemennya yang temaram. Jakarta masih setengah tertidur, tapi suara klakson dan deru kendaraan mulai merambat dari kejauhan.Hari pengumuman.Ada rasa mual di perutnya—bukan karena sakit, tapi karena campuran gugup, harapan, dan ketakutan yang diam-diam menggerogoti selama berminggu-minggu. Semua dokumen sudah dikirim. Semua presentasi sudah dilakukan. Semua pertanyaan sudah dijawab.Yang tersisa sekarang hanyalah… menunggu.Sebuah pesan masuk di ponselnya. Dari Dina.“Pak, pihak Nordic sudah konfirmasi. Pengumuman jam 10 pagi, tempatnya masih di hotel yang sama. Mobil siap kapan saja.”Galan membalas cepat.
Galan memandangi layar laptopnya dengan perasaan campur aduk. Sebuah email dari David Chen baru saja masuk—pendek, tapi mengandung dampak besar."Pak Pratama, Nordic Education Solutions akan melakukan background assessment terhadap semua calon mitra potensial. Tim due diligence kami akan meninjau rekam jejak perusahaan, reputasi manajemen, dan stabilitas organisasi dalam minggu ini. Mohon siapkan dokumen yang diperlukan."Background assessment. Kalimat yang terdengar profesional dan biasa saja, namun bagi Galan, itu seperti pemeriksaan yang menakutkan. Ia tahu betul apa yang mungkin akan terungkap jika mereka menggali lebih dalam tentang dirinya.Dina masuk ke ruangannya dengan setumpuk dokumen dan ekspresi wajah yang ragu."Pak, ini dokumen yang diminta Nordic untuk assessment. Tapi...""Tapi apa, Din?""Ada beberapa hal yang mungkin perlu kita antisipasi."Galan menarik napas panjang. "Skandal tahun lalu?""Iya
Galan merapikan dasi sutranya untuk ketiga kalinya dalam lima menit. Hari ini adalah hari yang telah ia tunggu-tunggu selama berminggu-minggu—pertemuan penting dengan Nordic Education Solutions, perusahaan multinasional asal Denmark yang tertarik mengekspansi pasar pendidikan Asia Tenggara.Nilai kontraknya mencapai 12 juta dolar. Hak distribusi eksklusif untuk seluruh Indonesia. Sebuah kemitraan jangka panjang yang bisa mengubah arah masa depan perusahaannya."Pak, delegasi dari Nordic sudah tiba di lobi," lapor Dina melalui interkom."Saya turun sekarang."Galan menarik napas panjang. Ini bukan sekadar soal satu kontrak. Ini soal kelangsungan hidup perusahaan. Soal pembuktian bahwa perusahaannya masih relevan di industri yang berubah begitu cepat.Ia sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat teliti—analisis pasar, proyeksi keuangan, keunggulan kompetitif, hingga timeline implementasi. Presentasi yang ia yakini akan mengesankan dan menyeluruh.Di lobi Hotel Grand Hyatt, Galan menyam
Galan menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Di sana, terpampang sebuah email dari PT Surya Pendidikan—klien yang telah bekerja sama dengannya selama empat tahun terakhir. Isi email itu seperti pisau tumpul yang perlahan tapi pasti menyayat hatinya."Dengan berat hati kami informasikan bahwa per tanggal 1 November, PT Surya Pendidikan akan mengakhiri kontrak distribusi dengan perusahaan Anda. Kami telah menemukan solusi logistik yang lebih sesuai dengan kebutuhan operasional kami yang berkembang. Terima kasih atas kerja sama yang baik selama ini."Empat tahun. Empat tahun membangun kepercayaan, mengoptimalkan rantai pasok, menyelesaikan krisis demi krisis bersama. Kini, semuanya berakhir dalam satu paragraf.Suara ketukan pelan di pintu membuatnya tersadar. Dina masuk, wajahnya tampak gelisah."Pak... ada beberapa email lagi yang perlu Bapak baca."Galan menghela napas. "Berapa lagi?""Tiga. Dari PT Mitra Edukatif, CV Belajar Mandiri, dan..." Dina terdiam sejenak, ragu."Dan?"
Ruang rapat di lantai tiga puluh kantor pusat Galan terasa lebih sesak dari biasanya. Bias cahaya dari jendela kaca besar tak mampu mengurangi suasana yang menekan. Meja kayu mahoni yang dulu jadi saksi presentasi penuh optimisme, kini hanya dipenuhi berkas-berkas berisi kabar buruk.Enam kursi kulit mengelilingi meja, masing-masing diduduki direktur yang wajahnya mencerminkan kekhawatiran serupa.Galan duduk di ujung meja, matanya mengamati satu per satu wajah yang sudah bertahun-tahun membantunya membangun imperium ini. Di sana ada Hendrik, Direktur Keuangan, yang biasanya kalem tapi kini gelisah sambil membolak-balik laporan. Sandra, Direktur Operasional, menggenggam bolpoin begitu erat sampai buku jarinya memutih. Rizki, Direktur Marketing, menatap kosong ke arah langit Jakarta yang mendung dari balik kaca."Terima kasih sudah datang dengan cepat," buka Galan. Suaranya berat, nyaris berbisik. "Kalian semua pasti sudah tahu kenapa kita ada di sini."Hendrik menegakkan tubuhnya. "Si
Galan masih terpaku di kursi kerjanya, menatap layar ponsel yang sudah tiga hari tak berubah—pesan untuk Nayla masih centang dua, tapi tetap tanpa balasan. Sunyi. Seolah jawaban itu tak akan pernah datang.Ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Dina masuk dengan raut wajah lebih pucat dari biasanya, menggenggam tablet yang sudah terbuka pada halaman berita bisnis."Pak... ada berita yang Bapak harus lihat."Galan menatapnya dengan firasat yang tak lagi asing—rasa was-was yang akhir-akhir ini setia menemaninya."Berita apa, Din?"Dina mendekat dan meletakkan tablet di mejanya, seolah benda itu bisa meledak jika tidak ditangani hati-hati."TokoBelajar.com baru saja mengumumkan kerja sama eksklusif dengan Bright Future Learning."Dunia Galan seakan runtuh—untuk kedua kalinya dalam seminggu. TokoBelajar.com adalah platform e-commerce edukasi terbesar di Indonesia. Selama tiga tahun terakhir, merekalah tulang punggung distribusi digital produknya. Enam puluh persen pendapatan perus