Bab 15 Balas DendamSosok AlvisAlvis menghela nafasnya cepat. Lalu beringsut dari atas ranjang. Ia membuka lemarinya dan mencari pakaian. Karina mengamati pria yang merupakan suaminya itu dengan seksama. Ia banyak berharap, pria itu akan mengabulkan keinginannya. Tapi, hingga Alvis usai mengenakan pakaiannya. Pria itu kembali mendekati Karina. Lalu menangkup wajahnya, dan menempelkan kedua bibir mereka. "Aku akan kabari kamu lagi nanti, ya. Nenek sudah menungguku di rumah sakit. Mungkin aku tidak akan pulang. Kamu, nyenyakkan tidurmu. Esok pagi, bangunlah dengan semangat dan bahagia. Aku akan menemuimu lagi esok pagi. Ingat, sambut aku dengan senyuman termanismu. Juga penampilan terbaikmu, mengerti," ujarnya, seraya menyugar surai coklat milik istrinya. Karina tercengang. Gurat senyum yang mengembang sontak berubah garis datar dengan mata yang mengembun. "Aku pergi dulu, jika butuh sesuatu. Ada Mbak Antini di rumah, panggil saja dia." Pria itu kemudian melangkah pergi. "Tidak! A
Bab 16 Balas DendamIlusi KarinaAlvis tersenyum lebar, dengan mulut yang terbuka. Lalu berjalan mendekat, memegang dagu lancip milik istrinya itu. Sekejap, ia kembali menempelkan kedua bibir mereka. Karina sepertinya telah meracuni pria dingin nan tampan itu. Memberikan candu akan nikmat tubuhnya bagi si pria yang Karina anggap, penjahat. Tatapan mereka beradu dengan deru nafas yang hangat menyentuh kulit wajah mereka. "Sabarlah, kau akan mendapatkannya kembali, nanti. Aku ingin kau sehat terlebih dahulu. Dan menjadi nyaman di tempat yang seharusnya kau sukai. Kau mengerti?" bisik Alvis, seraya mengusap bibir sensual istrinya menggunakan jempol tangannya. "Tapi aku aku memintanya sekarang, Tuan," paksanya sekali lagi. Alvis memejamkan matanya rapat. Dengan satu helaan nafasnya yang panjang dan terdengar berat. Ia sontak melepaskan tangannya dan berdiri tegak di hadapan Karina. Kedua tangannya ia simpan di saku celana chinosnya. Karina terus menatap pria yang memang harus ia akui
Bab 17 Balas Dendam Yang SalahPermohonan Karina Karina masih tercengang dengan sosok yang menciumi tubuhnya. Dengan nafas yang menderu di dadanya, ia mencoba mengerjapkan kedua matanya. Menyadarkan dirinya yang seakan bersama kekasih hatinya itu. "RI-Richard?" gumamnya lagi. Rambut basah dengan mata yang terpejam, pria itu terus melancarkan serangannya mencium leher Karina dengan buasnya. Bahkan ia masih mengenakan pakaiannya meski kini telah basah kuyup akibat tersiram kucuran air shower. Tubuh Karina gemetaran, ia tidak yakin dengan yang ia lihat. Dan, saat pria itu menarik kepalanya lalu menatap Karina lekat. Karina membuka bibirnya dengan wajah yang sangat terkejut. "Kamu!" sentaknya seraya mendorong tubuh itu kuat. "Jangan menolakku, sayang," balas Alvis yang sudah menarik tangan Karina kuat. Tubuh polos Karina kembali berada dalam dekapan suaminya—Alvis. Dan, wanita itu tak bisa lagi menolak cumbuan mesra dari lelaki yang memang suaminya itu. Bahkan kini ia mengerang, s
Bab 18 Balas Dendam Yang SalahTerjebakAlvis berdiri dari hadapan Karina dan membuka lemarinya. Lalu menukar pakaiannya dengan piyama. Kemudian kembali mendekati Karina, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Tidurlah, aku akan mengatur waktu yang tepat untuk kau bertemu dengan mantan kekasihmu itu," ujar Alvis yang sudah menggunakan kedua tangannya sebagai tambahan bantal untuk kepalanya. "Sungguh?" pekik Karina dengan kedua bola mata yang bersinar. Wanita itu sangat terlihat bahagia. Ia sontak merangkak dengan cepat dan memeluk suaminya itu dengan sangat erat. Alvis tercengang, tapi membiarkan Karina melakukannya. "Terima kasih, aku tak akan menuntut apapun padamu, Tuan. Asal kau biarkan aku pergi dari hidupmu," ujar Karina. "Hmm, menyingkirlah dari tubuhku. Jika kau tak ingin hidup bersamaku," ucap Alvis dingin. Karina tersentak, dan sontak menarik tubuhnya agar menjauh. Lalu ia beringsut dari kasur. Lalu turun dan duduk di atas sofa. Susah payah ia ingin merebahkan tubuhny
Bab 19 Balas Dendam Yang SalahKamu IstrikuAlvis terbahak dalam hati. Ia kemudian turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Karina menatap punggung pria yang membawanya dalam lelap tidur penuh kehangatan. "Bodoh! Seharusnya aku tak perlu tidur. Aku harus terjaga sepanjang malam. Astaga, apa aku menggodanya semalam?" rutuknya dalam hati. Ia masih meremas-remas selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia melirik lingerie yang semalam ia kenakan. Tergeletak serampangan di bawah lantai. Gemericik air dari dalam kamar mandi membuatnya ingin sekali membasahi tubuhnya yang tiba-tiba menjadi panas dan gerah. Tapi, ia menunggu suaminya keluar dari tempat itu. Dan, saat pria itu keluar dengan bertelanjang dada. "Damn it! Astaga! Kenapa denganku?" batin Karina meracau. Melihat tubuh basah Alvis, dengan sisa-sisa air dan aroma sabun yang begitu menggoda. Libidonya terusik dan meronta. Karina mencebik, lalu menggulung tubuhnya menggunakan selimut. Dan turun dari ranjang untuk segera b
Bab 20 Balas Dendam Yang SalahRasaAlvis memindai seluruh bagian tubuhnya yang bisa dijangkau dengan tatapannya. Namun, ia tak mendapati ada yang aneh pada dirinya. Ia Pun kembali menatap istrinya yang masih terkikik dengan bibir yang terbungkam."Ka!" panggil Alvis sedikit memekik. "Iya, Mas… eh, Abang Alvis. Oh salah, kurang pantas. Bagaimana kalau Kak Alvis. Ya ampun… semua itu tidak pantas untuk menyematkan dalam panggilan untukmu, Tuan." Karina dengan senyum polosnya kembali terkikik seraya membungkam mulutnya. Alvis mencebik, dan melanjutkan melepaskan pakaiannya. Sementara Karina membanting tubuhnya ke kasur sebab, masih terbahak. Alvis tak menghiraukannya. Ia menatap istrinya dari cermin dilemarinya. Bahkan ia mengagumi wanita yang kini sedang menampakkan wajah cantiknya dengan tertawa lepas. Tidak seperti beberapa hari yang berlalu. Dia selalu tampak murung dan terus saja marah-marah. Alvis hanya tersenyum menatap istrinya melalui cermin di hadapannya. "Berapa usiamu, Tu
Bab 21 Balas Dendam Yang SalahNafsuKarina mendengus, saat yang ia lihat adalah Antini. Perempuan yang selalu mengulas senyuman di bibirnya tapi, sorot matanya begitu dingin. "Maaf, Nyonya. Tuan Alvis meminta dompetnya. Katanya tertinggal di kasur, ada bersama Nyonya," ucapnya. Karina sontak mencarinya, ia mengedarkan tatapannya ke hamparan kasur yang ia tindih. Dan sudut matanya melihat benda itu di samping pahanya. Ia gegas mengambil dan menyerahkan kepada Antini. "Ini," ucapnya. "Baik, terima kasih Nyonya. Permisi," ujar Antini berpamitan seraya mengangguk hormat. "Bu, sebentar," sergah Karina seraya menarik lengan Antini. Wanita itu sontak menoleh dan menatap Karina lekat. Dengan wajah yang sedikit seram. Sebab lengkungan di wajahnya kini terlihat datar. "Iya, ada apa Nyonya? Apa yang anda butuhkan?" jawabnya. "Em, katakan pada suamiku. Aku ingin sekali menghirup udara luar. Aku sangat bosan di dalam kamar. Bolehkah aku keluar, sekedar melihat sekitar rumah besarnya ini?"
Bab 22 Balas Dendam Yang SalahAlvis Untuk Karina Beruntung Antini saat itu kembali sebab, membawakan camilan untuk Nyonya Mudanya. Ketika dia baru saja membuka pintu kamar. Antini mendengar suara Karina yang sedang memuntahkan isi perutnya. "Nyonya!" pekiknya, saat ia melongok ke kamar mandi. Tubuh Karina sudah tergeletak di atas ubin. Dia gegas merogoh kantongnya dan menghubungi keamanan rumah. Agar membantunya membopong tubuh Karina. Setelah itu, Antini gegas menghubungi Alvis juga dokter keluarga. Alvis akhirnya membatalkan kepergiannya. Ia kembali lagi ke rumah. Dan meminta asisten pribadinya menemui sang nenek. Alvis berlari dengan sangat cepat menuju kamarnya. "Apa yang terjadi!" tanyanya dengan nafas yang menderu dan terengah-engah. Antini menunduk seraya memundurkan langkahnya. Memberikan ruang pada Alvis agar bisa mendekati Karina, yang sedang dipasang jarum di punggung tangannya. "Aku sudah ambil sampel darahnya. Besok aku bawakan hasil labnya, ya. Ini, jika nanti di