Bab 3 Nyaris Serupa
Reflek, Karina menggeser tubuhnya untuk mundur tanpa memiliki kekuatan untuk berdiri dan berlari. Aura menegangkan di sekitar sungguh menguras seluruh tenaga bahkan nafasnya.“Setelah satu bulan kau menghilang dan, mencelakai Nenek, juga mencuri uang dari dalam brankas. Kau masih berani muncul di kota ini, hah!” Suara gemeretak dari rahang tegas yang mengeras itu sangat terdengar jelas.“A-Ada apa ini? aku tidak tahu apa yang sedang anda bicarakan," protes Karina. Wajahnya semakin kebingungan.Pria itu, sontak berjongkok dan mencengkram rahang Karina.“Jangan pura-pura amnesia, kamu. Selama ini bersembunyi di mana kamu? Kau pergi dengan pria selingkuhanmu!” geramnya. Pria itu semakin kuat mencengkram leher Karina.Karina hanya bisa menggeleng dengan wajah ketakutan dan memerah karena mulai kehabisan stok oksigen dari tenggorokannya yang tercekal.“Andini!" pekiknya dengan sangat lantang. Suaranya menggelegar di dalam ruangan besar yang sunyi dan sepi itu."Bahkan kau bersekongkol dengan selingkuhanmu! Brengsek kalian!" bentaknya lagi, "Berani-beraninya kalian mempermainkanku! Kurang apa aku, hah! Sampai kau mencari pria lain dan, kabur membawa hartaku!” cecar pria itu dengan lantang. Dengan kedua bola mata yang berapi-api.Dalam diam dan dengan nafas yang tercekal, Karina akhirnya memahami jika, pria ini sudah salah mengenalinya. Dengan sisa tenaganya, Karina menggeleng mencoba menerangkan pada pria tersebut. Kalau dia bukanlah wanita yang dimaksudkan.Mata bening itu berusaha menembus sorot pria yang begitu tajam. Kejujuran yang sedang ia sampaikan melalui tatapannya.“Argh!” pria itu melepas kasar cengkeramannya karena mendadak kehilangan kekuatannya setelah terlalu lama memandang mata bening yang memohon belas kasih.Uhuk! Uhuk! Uhuk!Karina memegangi lehernya yang terasa sangat sakit. Menarik nafas berulang kali, berusaha meraup oksigen sebanyak mungkin. Dia sudah seperti orang yang sekarat sebab hampir kehabisan nafas. Tapi, pria itu sama sekali tidak peduli."Masih mau mengelak! Mau lihat, apa yang aku dapatkan, hah!” Pria dengan perawakan tinggi, hidung mancung dengan jambang tipis itu berdiri lalu, menyalakan layar besar yang menempel di dinding, di sisi ruangan.Sebuah video rekaman CCTV yang menunjukkan seorang wanita, wajah yang sangat mirip dengan Karina, sedang bercinta dengan pria yang tidak terlalu jelas wajahnya. Terpampang nyata di hadapan Karina. Mata Karina sontak membulat, dengan leher yang kian tercekal.Lalu pria itu memindah ke video yang lainnya. Dimana sosok wanita itu tengah membobol brankas di sebuah kamar. Bahkan demi menyelamatkan diri, wanita itu mendorong tubuh wanita tua yang ada di dalam kamar tersebut, hingga terjungkal.Karina semakin membeku. Wajahnya semakin pucat pasi, setelah melihat bukti yang memang menunjuk padanya. Meski dia begitu yakin, itu bukanlah dirinya. Bahkan pria itu menyebutnya dengan nama, Andini."Wajah itu sangat mirip denganku. Tapi, dia bukan aku…," gumamnya lirih. Dengan suara tertahan di tenggorokan di tengah kebingungannya.“Sekarang, Nenek menjadi koma akibat perbuatanmu. Memenjarakanmu saja tidak akan cukup bagiku.” Matanya nyalang, menatap Karina yang semakin ketakutan. "Kau harus menerima imbalan yang setimpal, Andini!"Wajah pria yang buas menyunggingkan senyuman miring layaknya lucifer yang menertawakan ketidak berdayaan Karina.Dalam satu kali gerakan, pria itu membawa tubuh Karina dan menjatuhkannya di atas sofa.“Kamu mau apa! Jangan sentuh aku!” pekik Karina, ketakutan.Karina berusaha bangkit dari sofa, tapi dengan beringas pria itu menguasai tubuhnya. Bahkan dengan mudah, pria itu merobek pakaian Karina.“Kenapa aku tak boleh menyentuhmu! Kamu adalah milikku. Kamu harus menanggung semua kesalahanmu!”"Aaaaa…!" Jeritan Karina melengking, memenuhi setiap sudut ruangan itu.🍁BERSAMBUNG 🍁**********Bab 4 Balas Dendam Sesal Yang Terlambat Karina meraung. Rasa sakit, nyeri dan nikmat yang menguasai tubuhnya. Membuatnya sungguh tak berdaya. Entah apa yang sedang merasuki pria asing tersebut. Hingga tega melakukannya, tanpa meminta penjelasan dari Karina, atas semua yang ia katakan terlebih dahulu. "Aku Karina! Karina…!" raungnya dengan sisa-sisa tenaganya. Wajahnya basah air mata, tubuh polosnya menggigil akibat isak lara yang meluap dari perihnya luka hatinya. "A-apa!" Pria itu segera menarik tubuhnya dengan cepat. "Aaaa!" jerit Karina seraya menutup kakinya dan menekuk lututnya. Tangisnya kian pecah, di hadapan pria yang berdiri menatap tubuh polosnya dengan wajah bingung. "Da-darah? Tidak mungkin!" gumam pria itu, dengan suara lemah namun tegas. "Aku Karina…! Karina! Bukan Andini… aku tidak tahu siapa Andini, tidak tahu!" pekik Karina di antara isak yang terdengar sangat pilu itu. Pria itu tiba-tiba luruh, lututnya menempel ke lantai. Menatap bercak darah di atas sofa pu
Bab 5 Balas Dendam Alvis Milo SyailendraKarina membeliak, dan langsung mencelos. Saat ia melihat sosok pria yang telah menghancurkan masa depannya itu. "Kamu sudah bangun? Aku membelikan makanan untukmu. Kata dokter, kamu lapar dan sangat kelelahan. Itu akibatnya kamu pingsan," ujar pria itu dengan suara yang begitu lembut dan tatapan sangat manis. Sangat jauh berbeda dengan beberapa jam yang lalu. Karina menghela nafasnya panjang. "Huft, kenapa dokternya begitu pintar. Aku memang hendak mencari makan barusan, ish. Menyebalkan," gerutu Karina yang masih membuang muka. Ia tak menghiraukan keberadaan pria itu. Rasanya ingin sekali mencakar-cakar wajahnya tapi, semua telah percuma sekarang. Meski ia memaki, atau mengamuk sekalipun. Tak bisa mengembalikan semua ke keadaan semula. "Makanlah, atau mau aku suapin?" ucap pria itu, yang sudah duduk di samping Karina. "Aku tidak mau!" sinis Karina. Ia sangat jaga image, meski isi perutnya sangat keroncongan saat ini. Pria itu tersenyum
Bab 6 Balas DendamTempat AsingKarina melepaskan paksa infus yang menancap di punggung tangannya. Lalu melompat dari atas ranjang, dan mencari tasnya. "Astaga, dimana dia menyimpan tasku," gerutunya lirih. Menyingkap sofa, membuka laci. Lalu membuka bed dan bahkan dia mencari sampai ke dalam kamar mandi. Tapi, benda itu tam ia temukan. Karina menggelung rambut panjangnya. Lalu ia kembali mencari benda penting miliknya itu. "Bagaimana aku bisa pergi tanpa tas itu. Paspor - ku, identitasku. Aah, sial! Kemana benda itu, astaga!" Tiba-tiba, terdengar suara derap langkah mendekat. Karina sontak kembali ke atas ranjang. Dan, berpura-pura tertidur. Ia menutup semua tubuhnya menggunakan selimut, kecuali bagian kepalanya. "Apa dia mengamuk, kenapa tempat ini jadi berantakan sekali," ucap Alvis yang kaget melihat ruangan yang menjadi sangat berantakan. Saat ia memasuki kamar tersebut. Matanya mengedar ke seisi ruangan, lalu tiba-tiba ada yang masuk. Yaitu, seorang perawat wanita datang u
Bab 7 Balas Dendam Yang SalahRencana KaburSeorang wanita setengah baya masuk, dengan membawa pakaian. Lalu tersenyum dan mendekati Karina. "Nyonya sudah bangun rupanya. Ini Nyonya, pakaian ganti anda. Saya, Antini asisten di rumah ini" jelasnya. Karina terdiam dengan alis yang bertemu. Ia tak mengerti dengan yang sedang terjadi padanya. Ia hanya mengamati gerak-gerik wanita itu. "Asisten? lalu siapa majikan anda?" tanya Karina kemudian. Wanita paruh baya itu kembali tersenyum tipis. Lalu beranjak begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Karina. "Hai, kenapa tak kau jawab pertanyaanku, wanita tua!" pekik Karina. Ia geram, karena merasa diabaikan begitu saja. Wanita itu menoleh dan mengangguk hormat. Seulas senyum tak lepas dari kedua sudut bibirnya. Meski tatapannya terlihat sangat dingin. Membuat Karina sedikit merinding bulu kuduknya. "Nanti, Nyonya juga akan tahu. Siapa Tuan besar juga Nyonya besar di sini. Maaf, saya permisi. Makan malam, nanti akan kami antar kemari. Itu per
Bab 8 Balas DendamGagal KaburKarina menoleh sekejap, tapi kemudian melanjutkannya dengan cepat. Karena Antini menuju kamar mandi. Dengan dada yang berdetak tak karuan. Karina berhasil keluar dari kamar itu. Dan, ia segera memindai seluruh sudut rumah besar itu. Langkahnya terus berjalan, menyusuri ubin dingin yang warnanya mengkilap bahkan berkilauan diterpa lampu pencahayaan. Dan, langkahnya terhenti. Saat mendapati sebuah ruangan yang sangat tidak asing baginya. "Apa! Jadi, aku—" Sontak Karina mencengkram surai di kepalanya dengan kuat. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Ia seperti sedang berada di labirin aneh. Kenapa setiap kali dia melangkah. Masih juga berkutat dengan pria yang telah menodainya itu. "Aaaaaargh!" jeritnya sekuat tenaga. Tubuhnya luruh begitu saja di atas lantai. Semua bayangan saat ia di paksa pria itu, hingga kesuciannya hilang. Melintas begitu nyata dalam ceruk kepalanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa nasibnya begitu sial. Kena
Bab 9 Balas DendamKenyataanKarina mengerjap perlahan membuka matanya. Tangannya memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Wajah pucatnya meringis, menahan sakit di kepala juga telapak kakinya. Setelah matanya bisa melihat dengan jelas. Ia tercengang dan kembali kesal. Sungguh, ia merasa sedang berada di labirin mengerikan. Kemanapun dia melangkah, ia akan kembali lagi ke tempat semula. "Bagaimana mungkin aku masih disini, ya Tuhan…," lirihnya dengan dada yang terasa sesak dan nyeri.Ia menoleh menatap jendela yang ia pecahkan. Mustahil, kenapa sudah rapi. Bahkan, kini semua jendela menjadi berteralis besi yang kokoh. Karina menatapnya pilu dengan bibir yang menganga tak percaya. "Oh my God! Keterlaluan. Apa sebetulnya yang ia inginkan dariku," gerutunya, seraya meremas dadanya yang semakin terasa sakit di dalam sana. Karina menggeser tubuhnya perlahan, ia ingin sekali turun dari ranjang besar itu. Dan, keluar dari kamar mewah yang bukan miliknya. Lalu segera kembali ke Singa
Bab 10 Balas DendamNyonya Milo Syailendra Karina menyingkirkan tangan Alvis dari tubuhnya dengan kasar. Tapi, ia tak bisa menjauh darinya. Karena sakit di telapak kakinya, membuatnya sungguh kesulitan bergerak bebas. "Jangan bermimpi kamu! Aku hanya berpura-pura kala itu, bukan bicara serius!" protes Karina dengan sinis. "Iya, aku tahu itu. Tapi, sekarang kamu adalah istri sahku. Kita telah menikah secara agama, kemarin lusa. Di sini, apa kau perlu buktinya?" jawab Alvis dengan santainya. Ia turun dari ranjang, dan mengutip pakaiannya. Lalu membawanya ke kamar mandi. Sementara Karina menarik selimut dan menutupi tubuhnya rapat. Ia masih tak percaya dengan kalimat yang diucapkan Alvis padanya. Tapi juga bingung untuk mencernanya"Mustahil, itu tidak mungkin terjadi," sangkalnya lirih. Tangannya meremas-remas selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Bayangan sosok Richard menari di dalam ceruk kepalanya. Dengan kasar ia meraup wajahnya. Lalu menjambak rambut di kepalanya yang sangat
Bab 11 Balas DendamSahTangan Karina melayang ke dada telanjang Alvis. Ia terus menghantamkan kepalan kedua telapak tangannya ke sana. Sementara Alvis hanya tersenyum menanggapinya. Menerima pukulan di tubuhnya, yang ia anggap bentuk cinta dari sosok istri yang baru ia sahkan saat Karina tak sadarkan diri kala itu. "Berhenti!" serunya, saat ia melihat sosok Karina yang tubuhnya mulai limbung. Ia segera keluar dari kendaraanya, dan menghampiri Karina. Yang tubuhnya sudah tergeletak di tepi jalan. Ia menggeleng lemah, lalu segera membopong tubuh lemah Karina. "Dasar bawel. Kenapa kau sangat keras kepala, Karina." Alvis berjalan menuju mobil, dan sopir membukakan pintu untuknya. Alvis segera masuk, dan memangku tubuh Karina. Ia menarik nafasnya dalam satu helaan panjang. Saat menatap lekat wajah pucat Karina. Tangannya bergerak perlahan, menguap puncak kepala Karina. Dan, senyuman terulas di wajahnya. "Kita pulang, Pak. Aku harus segera menikahinya, sebelum ia menjadi milik orang