Balas Dendam Yang Salah
Bab 1 Rumah Bordil“Lepaskan! Lepaskan aku! Aku tidak mau dijual!” teriak seorang wanita muda, yang meronta saat lelaki separuh baya menariknya, memaksa masuk ke rumah terlarang.Gadis itu adalah Karina Starla, ia baru saja kembali dari Singapore. Dia berniat pulang hanya untuk meminta restu kepada ibunya. Karena kekasihnya disana baru saja melamarnya.Tapi siapa sangka, belum sempat bertemu dengan ibunya, dia sudah berhadapan dengan ayah tirinya di depan rumah. Dia langsung diseret dan dimasukkan ke dalam mobil. Lalu dibawa ke rumah bordil hendak dijual oleh pria tersebut.“Kamu pergi kemana, selama ini?" hardiknya kasar.Tangan lelaki setengah baya itu, makin erat pegangannya. Membuat Karina meringis kesakitan."Ini adalah balasan untukmu! Karena tidak pernah berbakti kepada orang tuamu!" sentaknya lagi, seraya mencekal kuat tangan Karina. "Main kabur keluar negeri bertahun-tahun!” bentak Sandi—ayah tirinya. Terus mencecarnya dengan hujatan.“Maafkan aku Ayah... Aku mohon, Aku akan memberikan uang yang banyak untuk Ayah, asal jangan bawa aku ke dalam, aku mohon," rengeknya dengan kedua tangan menangkup di dadanya memohon iba dari sang Ayah tiri.“Hahahaha! Dasar tolol, setelah kamu masuk. Justru kamu akan menghasilkan banyak uang untukku! Pekerjaanmu itu sangat mudah dan nikmat!” imbuhnya dengan tawa yang terbahak.Karina berusaha keras melepaskan cekalan tangan ayahnya. Mendengar kata ‘pekerjaan yang nikmat’ saja sudah membuatnya jijik. Sungguh, Karina sangat ketakutan.“Aku tidak mau!” pekik Karina, seraya menendang kemaluan ayahnya.Reflek, genggaman tangan Sandi merenggang dan, Karina mengambil kesempatan itu untuk segera berlari dengan sangat cepat. Ia tak memperdulikan apapun lagi. Yang ia tahu, ia harus segera kabur.“Aaaargh!" jerit Sandi, seraya memegangi kemaluannya, dengan tubuh membungkuk. Menahan sakit di inti tubuhnya hingga bagian perutnya."Anak durhaka! Jangan lari kamu!” teriak Sandi, yang sontak berlari mengejar Karina, seraya memegang bagian yang sakit, dengan wajah yang meringis menahan nyeri.Karina berlari sekencang mungkin supaya terhindar dari ayah tirinya. Dia bersumpah akan kembali saja ke Singapore dan menghilang. Agar tak akan pernah bertemu dengan pria tua gila itu.Ia lupa akan Ibunya, yang menjejal isi kepalanya adalah, lepas dari pria tak berakal itu. Hingga sampailah Karina di tengah jalan. Fokusnya yang terbagi, ia tak memperhatikan langkah kakinya berlari.Tiba-tiba, sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Suara klakson terdengar melengking. Gadis itu tersentak dan sontak menghentikan langkahnya dengan mata membeliak tajam.Tiin! Tiin!“Aaaaa!” jerit Karina, seraya menutup sisi kepala dengan kedua telapak tangannya dengan mata terpejam.Nafasnya naik turun. Tubuhnya bergetar hebat. Ia sontak membuka matanya, saat tak merasakan apapun akibat tertabrak. Tapi, justru Karina merasakan tangannya ada yang mencekalnya kuat. Karina menggeragap, dengan mata nyalang penuh ketakutan, karena dia kembali tertangkap oleh Sandi, Ayah tirinya.“Mau lari kemana kamu, hah!” Sandi menarik kuat tangan Karina.“Lepaskan!” sentak Karina, menepis kuat cekalan tangan sandi. Ia terus meronta dengan wajah yang memerah.BUGG!Karina hampir terpental, akibat terseret cekalan tangan Sandi. Pria paruh baya itu menoleh cepat, menatap nyalang pada sosok pria tampan yang telah melayangkan tinju padanya. Hingga membuat pria tua itu tersungkur.“Siapa kamu! berani-beraninya memukulku!” bentak Sandi dengan dada yang membusung, setelah berhasil berdiri tegak kembali.Sandi hendak meraih tangan Karina. Tapi, pria tinggi tegap itu menghadangnya lebih dulu.“Jangan sentuh istriku!” lantangnya. Suara itu terdengar dalam dan dingin dengan sorot matanya yang tampak begitu tajam.Sandi tercengang, ia tak percaya dengan ucapan pria gagah yang berdiri di hadapannya. Isi kepalanya terus terperas. Mencerna kalimat pendek yang diucapkan pria asing tersebut.“Wanita sialan! Kamu sudah menikah!” Sandi menoleh cepat dengan mata melotot ke arah Karina.🍁 BERSAMBUNG 🍁Bab 2 AsingKarina meneguk salivanya berat. Gadis itu bingung dan juga takut . Bagaimana bisa pria itu menyebutnya istri? Bahkan Karina baru saja melihatnya. Saling mengenal pun, tidak. Pikir KarinaTapi, jika dia menjawab ‘tidak’ maka ayah tirinya pasti akan kembali memaksanya dan, membawanya ke rumah bordil laknat itu lagi. Jadi, dengan sangat terpaksa. Karina mengikuti permainan pria itu. Mungkin saja ini adalah cara pria asing itu untuk menolongnya.“I-Iya, dia suamiku,” jawab Karina gugup, entah keputusannya benar atau salah. Yang ia tahu, ia ingin lepas dari Sandi yang tak waras itu. “Apa!" pekik Sandi, semakin kaget. Lalu, ia pun menyeringai, dan menatap licik pada pria asing tersebut. "Bayar dia dulu! Baru kamu bisa membawanya pergi!” ucapnya tanpa memiliki rasa malu, Sandi menengadahkan tangan, meminta uang pada pria asing itu. Pria asing itu terlihat dingin. Tidak ingin panjang lebar, dia melempar semua lembaran merah yang ia ambil dari dalam dompetnya, ke wajah Sandi.
Bab 3 Nyaris SerupaReflek, Karina menggeser tubuhnya untuk mundur tanpa memiliki kekuatan untuk berdiri dan berlari. Aura menegangkan di sekitar sungguh menguras seluruh tenaga bahkan nafasnya.“Setelah satu bulan kau menghilang dan, mencelakai Nenek, juga mencuri uang dari dalam brankas. Kau masih berani muncul di kota ini, hah!” Suara gemeretak dari rahang tegas yang mengeras itu sangat terdengar jelas.“A-Ada apa ini? aku tidak tahu apa yang sedang anda bicarakan," protes Karina. Wajahnya semakin kebingungan. Pria itu, sontak berjongkok dan mencengkram rahang Karina.“Jangan pura-pura amnesia, kamu. Selama ini bersembunyi di mana kamu? Kau pergi dengan pria selingkuhanmu!” geramnya. Pria itu semakin kuat mencengkram leher Karina.Karina hanya bisa menggeleng dengan wajah ketakutan dan memerah karena mulai kehabisan stok oksigen dari tenggorokannya yang tercekal. “Andini!" pekiknya dengan sangat lantang. Suaranya menggelegar di dalam ruangan besar yang sunyi dan sepi itu."Bahkan
Bab 4 Balas Dendam Sesal Yang Terlambat Karina meraung. Rasa sakit, nyeri dan nikmat yang menguasai tubuhnya. Membuatnya sungguh tak berdaya. Entah apa yang sedang merasuki pria asing tersebut. Hingga tega melakukannya, tanpa meminta penjelasan dari Karina, atas semua yang ia katakan terlebih dahulu. "Aku Karina! Karina…!" raungnya dengan sisa-sisa tenaganya. Wajahnya basah air mata, tubuh polosnya menggigil akibat isak lara yang meluap dari perihnya luka hatinya. "A-apa!" Pria itu segera menarik tubuhnya dengan cepat. "Aaaa!" jerit Karina seraya menutup kakinya dan menekuk lututnya. Tangisnya kian pecah, di hadapan pria yang berdiri menatap tubuh polosnya dengan wajah bingung. "Da-darah? Tidak mungkin!" gumam pria itu, dengan suara lemah namun tegas. "Aku Karina…! Karina! Bukan Andini… aku tidak tahu siapa Andini, tidak tahu!" pekik Karina di antara isak yang terdengar sangat pilu itu. Pria itu tiba-tiba luruh, lututnya menempel ke lantai. Menatap bercak darah di atas sofa pu
Bab 5 Balas Dendam Alvis Milo SyailendraKarina membeliak, dan langsung mencelos. Saat ia melihat sosok pria yang telah menghancurkan masa depannya itu. "Kamu sudah bangun? Aku membelikan makanan untukmu. Kata dokter, kamu lapar dan sangat kelelahan. Itu akibatnya kamu pingsan," ujar pria itu dengan suara yang begitu lembut dan tatapan sangat manis. Sangat jauh berbeda dengan beberapa jam yang lalu. Karina menghela nafasnya panjang. "Huft, kenapa dokternya begitu pintar. Aku memang hendak mencari makan barusan, ish. Menyebalkan," gerutu Karina yang masih membuang muka. Ia tak menghiraukan keberadaan pria itu. Rasanya ingin sekali mencakar-cakar wajahnya tapi, semua telah percuma sekarang. Meski ia memaki, atau mengamuk sekalipun. Tak bisa mengembalikan semua ke keadaan semula. "Makanlah, atau mau aku suapin?" ucap pria itu, yang sudah duduk di samping Karina. "Aku tidak mau!" sinis Karina. Ia sangat jaga image, meski isi perutnya sangat keroncongan saat ini. Pria itu tersenyum
Bab 6 Balas DendamTempat AsingKarina melepaskan paksa infus yang menancap di punggung tangannya. Lalu melompat dari atas ranjang, dan mencari tasnya. "Astaga, dimana dia menyimpan tasku," gerutunya lirih. Menyingkap sofa, membuka laci. Lalu membuka bed dan bahkan dia mencari sampai ke dalam kamar mandi. Tapi, benda itu tam ia temukan. Karina menggelung rambut panjangnya. Lalu ia kembali mencari benda penting miliknya itu. "Bagaimana aku bisa pergi tanpa tas itu. Paspor - ku, identitasku. Aah, sial! Kemana benda itu, astaga!" Tiba-tiba, terdengar suara derap langkah mendekat. Karina sontak kembali ke atas ranjang. Dan, berpura-pura tertidur. Ia menutup semua tubuhnya menggunakan selimut, kecuali bagian kepalanya. "Apa dia mengamuk, kenapa tempat ini jadi berantakan sekali," ucap Alvis yang kaget melihat ruangan yang menjadi sangat berantakan. Saat ia memasuki kamar tersebut. Matanya mengedar ke seisi ruangan, lalu tiba-tiba ada yang masuk. Yaitu, seorang perawat wanita datang u
Bab 7 Balas Dendam Yang SalahRencana KaburSeorang wanita setengah baya masuk, dengan membawa pakaian. Lalu tersenyum dan mendekati Karina. "Nyonya sudah bangun rupanya. Ini Nyonya, pakaian ganti anda. Saya, Antini asisten di rumah ini" jelasnya. Karina terdiam dengan alis yang bertemu. Ia tak mengerti dengan yang sedang terjadi padanya. Ia hanya mengamati gerak-gerik wanita itu. "Asisten? lalu siapa majikan anda?" tanya Karina kemudian. Wanita paruh baya itu kembali tersenyum tipis. Lalu beranjak begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Karina. "Hai, kenapa tak kau jawab pertanyaanku, wanita tua!" pekik Karina. Ia geram, karena merasa diabaikan begitu saja. Wanita itu menoleh dan mengangguk hormat. Seulas senyum tak lepas dari kedua sudut bibirnya. Meski tatapannya terlihat sangat dingin. Membuat Karina sedikit merinding bulu kuduknya. "Nanti, Nyonya juga akan tahu. Siapa Tuan besar juga Nyonya besar di sini. Maaf, saya permisi. Makan malam, nanti akan kami antar kemari. Itu per
Bab 8 Balas DendamGagal KaburKarina menoleh sekejap, tapi kemudian melanjutkannya dengan cepat. Karena Antini menuju kamar mandi. Dengan dada yang berdetak tak karuan. Karina berhasil keluar dari kamar itu. Dan, ia segera memindai seluruh sudut rumah besar itu. Langkahnya terus berjalan, menyusuri ubin dingin yang warnanya mengkilap bahkan berkilauan diterpa lampu pencahayaan. Dan, langkahnya terhenti. Saat mendapati sebuah ruangan yang sangat tidak asing baginya. "Apa! Jadi, aku—" Sontak Karina mencengkram surai di kepalanya dengan kuat. Ia sungguh tak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Ia seperti sedang berada di labirin aneh. Kenapa setiap kali dia melangkah. Masih juga berkutat dengan pria yang telah menodainya itu. "Aaaaaargh!" jeritnya sekuat tenaga. Tubuhnya luruh begitu saja di atas lantai. Semua bayangan saat ia di paksa pria itu, hingga kesuciannya hilang. Melintas begitu nyata dalam ceruk kepalanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Kenapa nasibnya begitu sial. Kena
Bab 9 Balas DendamKenyataanKarina mengerjap perlahan membuka matanya. Tangannya memegangi kepalanya yang terasa begitu berat. Wajah pucatnya meringis, menahan sakit di kepala juga telapak kakinya. Setelah matanya bisa melihat dengan jelas. Ia tercengang dan kembali kesal. Sungguh, ia merasa sedang berada di labirin mengerikan. Kemanapun dia melangkah, ia akan kembali lagi ke tempat semula. "Bagaimana mungkin aku masih disini, ya Tuhan…," lirihnya dengan dada yang terasa sesak dan nyeri.Ia menoleh menatap jendela yang ia pecahkan. Mustahil, kenapa sudah rapi. Bahkan, kini semua jendela menjadi berteralis besi yang kokoh. Karina menatapnya pilu dengan bibir yang menganga tak percaya. "Oh my God! Keterlaluan. Apa sebetulnya yang ia inginkan dariku," gerutunya, seraya meremas dadanya yang semakin terasa sakit di dalam sana. Karina menggeser tubuhnya perlahan, ia ingin sekali turun dari ranjang besar itu. Dan, keluar dari kamar mewah yang bukan miliknya. Lalu segera kembali ke Singa